Gadis Lugu Pilihan Nenek

Gadis Lugu Pilihan Nenek

Oleh:  Kiki Olivia  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 Peringkat
11Bab
2.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bima seorang CEO tampan dan mapan, dijodohkan oleh seorang gadis lugu bernama Lika yang berasal dari desa terpencil. Mampukah Lika membuat Bima jatuh cinta? Sementara Lusy wanita yang pernah membuat Bima mabuk kepayang hadir kembali dalam hidup Bima? Apakah keluguan Lika mampu menyingkirkan Lusy?

Lihat lebih banyak
Gadis Lugu Pilihan Nenek Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Atiah
ya abis lanjut donk lagi seru habis
2022-10-23 00:59:20
1
user avatar
Reny aprilia
lanjutkan kak
2022-04-02 19:54:20
1
user avatar
Bintu Ikhwani
Semangat ya ... ...
2022-04-02 18:40:35
1
user avatar
Mustacis
jarang-jarang ada romance yang bercerita dari sudut pandang cowok, mengalir bacanya. penggambarannya pas dengan karakter Bima
2022-04-02 18:13:58
0
user avatar
Kardinah
Bikin Bima bucin, deh
2022-04-02 15:57:01
1
user avatar
alfatihsronan
enak ya punya kakek dan nenek pengertian seperti bima
2022-04-02 15:06:30
1
user avatar
Tyarasani
Novel yang sangat bagus ...
2022-04-02 14:14:17
1
11 Bab
1. Pertemuan Pertama
"Bima, besok kita ke kampung ya. Nenek akan kenalkan kamu ke Lika. Calon istrimu."Nenek bicara serius denganku pagi ini. Sudah ada sarapan nasi goreng buatan Bu Marni di atas meja, tapi ternyata ada 'sarapan tambahan' lagi dari Nenek. Apalagi kalau bukan pembicaraan tentang Lika, dan aku yakin, sampai malam nanti nama Lika akan terus berkumandang di rumah ini."Nek, Aku bisa cari jodoh sendiri," sahutku masam."Sampai kapan? tiga tahun lalu kamu juga bilang seperti itu, tapi sampai sekarang kamu masih tetap jomblo. Nggak bosan apa jomblo terus. Sendal aja ada pasangannya, masak kamu nggak?"Uh ... Nenek sungguh menyebalkan!Beberapa menit kemudian Nenek mendekatkan wajahnya ke wajahku. Menyelidiki dari kening, mata, sampai ke bibirku. Mengamat-amatiku seperti ada sesuatu yang asing di wajahku ini."Jangan-jangan kamu nggak suka cewek?" Nenek mulai menginterogasi."Maksud Nenek?" Aku mengernyitkan dahiku tanda tak mengerti."Kamu homo, Bim?" Mata Nenek terbelalak sempurna, menuduhkan h
Baca selengkapnya
2. Lika
"Bim ... Bima, bangun, Bim." Sayup-sayup kudengar suara nenek memanggilku. Nenek menepuk-nepuk pipiku. Apakah aku beneran pingsan tadi? Aku sudah terbaring di atas tikar yang dibentangkan di lantai sekarang."Ana, ambilkan minyak kayu putih di kamar Ibu." Perintah Bi Mala kepada gadis bergigi emas yang membuatku pingsan tadi.Apa? Ana? Bi Mala memanggil gadis itu Ana? Berarti dia bukan Lika? Seketika aku tertawa dan terbahak sendiri. Betapa konyolnya aku. Berprasangka dengan pikiranku sendiri sampai pingsan."Astaga, kamu malah ketawa sendiri. Ya Tuhan. Apa Bima kerasukan ya, Di?" Nenek menoleh kepada Paman Ardi.Mereka semua tampak cemas. Apalagi Nenek."Kalau masuk ke kampung orang, pikiran kamu harus bersih Bim. Jangan ada pikiran yang aneh-aneh," ucap nenek masih khawatir."Bima hanya kecapekan, Nek. Sakit kepala," ujarku mencoba menyembunyikan kebodohanku tadi. Akupun bangkit duduk."Nak Bima tidur dan istirahat saja dulu. Pasti capek nyetir tadi. Perjalanan kesini cukup jauh jug
Baca selengkapnya
3. Rencana Pernikahan Dipercepat
"Nek, ini nggak seperti yang Nenek lihat." aku mencoba menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi pada Nenek ""Cukup!! Diam!!" Nenek terlihat marah sekali. Ia memeluk Lika dengan erat. Apa yang ada dipikiran Nenek sekarang?"Lika, ayo bantu jelaskan sama Nenek." aku mencoba meminta pertolongan Lika. Tapi Lika masih saja menangis tersedu-sedu.Wajar sih dia menangis. Mungkin dia syok. Kupegang tangannya saja dia mengira bisa hamil. Apalagi kejadian tadi."Ada apa Bu Irma?" Paman Ardi dan Bi Mala datang ke kebun belakang. Mungkin mereka mendengar suara ribut-ribut. Dan mereka kaget melihat Lika menangis tersedu-sedu di pelukan Nenek."Ardi, Mala. Pernikahan dipercepat jadi Minggu depan." ucap Nenek tegas. Aku melotot sempurna.Apa-apaan ini? Aku tak melakukan apapun. Ini semua murni kecelakaan. Tapi Nenek sudah mengira aku berbuat mesum. Lika pun tak mau bersuara menjelaskan apa yang terjadi. Dia hanya menangis saja terus."T
Baca selengkapnya
4. Atur Strategi
Aku dan Lika sudah duduk diruang tamu menghadap Nenek. Nenek menyidang kami sekarang."Apa kalian nggak bisa menunggu, hanya tinggal seminggu lagi? Setelah sah menikah, kalian bebas melakukan apapun." Nenek melotot kearahku."Semua yang Nenek lihat itu nggak seperti yang Nenek bayangkan. Bima dan Lika nggak ngapa-ngapain. Lika yang salah masuk kamar." Aku mencoba membela diri.Lika terlihat diam di tempat duduknya. Wajahnya bersemu merah seperti menahan rasa malu."Kalau begitu, besok Nenek dan Lika pindah kerumah Nenek saja. Nenek rasa itu lebih baik.""Bima setuju. Tapi ijinkan Bima bicara dulu sama Lika ya nek. Empat mata. Bima ajak Lika jalan keluar dulu ya."Sebenarnya badanku sudah terasa capek. Tapi sepertinya aku harus ajak Lika keluar dulu malam ini untuk berkompromi. Demi masa depanku dan Lika. Demi sebuah pernikahan yang benar-benar kami inginkan. Bukan pernikahan terpaksa karena mengikuti kemauan Nenek.Aku mau pernika
Baca selengkapnya
5. Sang Mantan
Nenek dan Lika akan pindah hari ini ke rumah Nenek. Memang sebaiknya seperti itu. Mengingat aku dan Lika belum sah menjadi suami istri.Sebenarnya nggak ada yang peduli di apartemen ini, mau dalam satu apartemen tinggal pria dan wanita yang belum menikah sekalipun. Mungkin akan berbeda jika aku tinggal di komplek perumahan, bisa jadi akan menjadi bahan gunjingan ibu-ibu komplek.Tapi demi menjaga diriku dan Lika. Memang sebaiknya kami tinggal terpisah dulu. Menghindari hal-hal yang tak diinginkan."Nek, aku mampir nanti kerumah Nenek pas istirahat siang." ujarku pada Nenek, dan aku siap-siap untuk berangkat ke kantor."Iya, Nenek sambil urusin sebagian keperluan untuk pernikahan kalian." jawab Nenek masih sibuk dengan ponselnya. Ntah apa yang dia lihat di ponsel itu. Dari tadi ia terlihat nge-scroll layar ponselnya.Nenek masih bersikeras dengan rencana pernikahan kami yang dipercepat. Aku melirik ke Lika. Sepertinya strategi kami kemarin harus
Baca selengkapnya
6. Melupakan Masa Lalu
Aku dan Lusy berada disebuah restoran di dalam mall. Sekadar makan malam bersama teman tidak masalah bukan?"Kamu nggak banyak berubah Bim." "Memangnya aku harus berubah gimana?" Aku tertawa menanggapi ucapan Lusy. Dia juga nggak banyak berubah. Masih tetap cantik dan anggun. Malah terlihat tambah modis. Apa iya, pesona janda memang lebih memukau ya? Eh!"Kamu kenapa belum nikah?" "Uhukkk... uhuk..." Minuman yang baru saja kuteguk mendadak tak bisa melewati tenggorokanku. Aku tersedak karena kaget. Pertanyaan macam apa itu? Kenapa aku belum nikah? Haruskah kuakui di hadapannya bahwa luka yang ia goreskan di hatiku belum sembuh?"BIMA AKAN SEGERA MENIKAH. NGGAK LAMA LAGI.""Uhukkk... uhukkk..." Belum lagi tenggorokanku terasa lega, sekarang malah tambah sakit. Dadaku sesak. Sepertinya minuman yang kuteguk tadi salah masuk, bukan ke kerongkongan, tapi ke hati, tembus ke jantung. Itu suara Nenek. Sejak kapan be
Baca selengkapnya
7. Membuka Hati Untuk Lika
[Test]Sebuah pesan W******p masuk ke ponselku. Ternyata dari Lika. Pasti ini bocah lagi kemaruk mainin ponsel baru.[Siapa?] tanyaku pura-pura.[Lika Mas. Ih, bukannya semalam Mas udah simpan nomor Lika.][Oh, Malika kedelai hitam yang dirawat seperti anak sendiri.][Bukan Mas, Malika Putri Permatasari.] Tampaknya nggak bisa diajak bercanda ini bocah.[Oh, Malika yang takut hamil karena tangannya dipegang.][Mas Bima nyebelin.]Kukirim stiker emoji love. Mau melihat responnya. Ternyata nggak ada balasan lagi. [Mas kangen sama kamu.] kukirim lagi pesan itu. Dan ternyata masih belum ada balasan.[Nanti siang Mas jemput ya, makan siang.]Jujur ada rasa rindu yang sudah terbit di hati ini. Rindu melihat senyum manisnya yang polos. Melihat ekspresi wajahnya ketika sedang kesal. Padahal baru semalam kami bertemu. Apakah ini yang dinamakan, benih-benih cinta sudah mulai tumbuh? Kuharap begitu.[Lika nggak mau Mas. Lidah Lika nggak cocok dengan
Baca selengkapnya
8. Tunangan
Hari ini Aku dan Lika resmi bertunangan. Tidak ada acara meriah, karena aku memang meminta pada Nenek untuk acara sederhana saja.Paman, Bibi, dan Ana juga datang dari kampung. Dan seorang lagi. Kalian tahu siapa? Tono! Ia ikut menyaksikan acara tunangan gebetannya, Lika."Selamat Lika. aku harap kamu bahagia selamanya." Tono menyalam Lika dengan suara bergetar. Seperti menahan tangis.Mungkin ada sesal yang terasa sesak dihatinya. Kenapa selama ini ia hanya memendam rasa sukanya pada Lika, tanpa mencoba mengungkapkannya. Ia sudah kalah sebelum berperang, karena kebodohannya sendiri yang tak pernah mengaku cinta pada Lika."Terima kasih Tono. Kita masih bisa komunikasi dari WhatsApp." ujar Lika."Tolong jaga dan bahagiakan Lika, Mas." kali ini dia berbicara padaku.Duh, bocah tengil ini malah menasehatiku. Tak usah diminta pun aku pasti menjaga Lika. "Tentu!" Lika tampak berbeda hari ini. Wajahnya yang cantik
Baca selengkapnya
9. Baju Mahal
"Cie... yang udah jadi tunangan orang, mukanya berseri-seri terus." Sepanjang hari Sari menggodaku di kantor. Aku sampai harus memeriksa wajahku di cermin. Apa iya, seperti yang dikatakannya, tampak berseri-seri.Ah, ya tentu saja aku bahagia. Lika, gadis polos dan lugu itu benar-benar membuatku banyak berubah. Pandanganku tentang kecantikan perempuan menjadi berubah. Perempuan cantik tidak hanya perempuan yang berpenampilan modis, wajah glowing bak porselen, make up tebal, tinggi langsing, kulit putih bening. Kepolosan dan keluguan Lika telah membuat paradigmaku berubah. Karena sekarang, faktanya aku telah jatuh hati pada perempuan sederhana, polos, jauh dari kata modis, tidak terlalu putih, tidak bermake-up dalam kesehariannya, dan tidak tinggi langsing bak foto model. "Sar, kamu pulang lebih awal deh. Temani Lika belanja. Beli baju-bajunya yang banyak." Aku menyodorkan kartu kreditku yang unlimited pada Sari."Tapi Pak, aku baru pulang libur
Baca selengkapnya
10. First Kiss
"Jadi gara-gara harga baju ini kamu pingsan?" "Iya, Mas." Lika mengangguk lemah."Astaga, Lika. Kamu nggak usah pikirin masalah harganya. Kalau kamu suka, ambil aja. Mas udah suruh Sari untuk temani kamu belanja.""Tapi Mas, kalau hanya satu baju aja harganya satu juta. Apakah boleh Lika minta uangnya untuk beli buku-buku saja, dan bukunya dikirim ke kampung. Lika nggak usah beli baju nggakpapa. Di kampung banyak anak-anak yang nggak punya kesempatan sekolah. Lika pengen mereka semuanya jadi anak pintar, walaupun hidup di desa terbelakang. Biasanya tiap Sabtu, Lika dan Ana ngajar anak-anak di kampung Mas. Anak-anak yang nggak bisa sekolah."Aku terdiam menatap Lika. Ternyata gadis lugu dan polos di hadapanku ini memiliki hati emas. Dia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. "Sar, ambil baju itu. Tetap beli untuk Lika," titahku pada Sari. Sari pun mengangguk. Ia mulai memilih baju-baju yang cocok dan disukai oleh Lika.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status