MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI

MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI

Oleh:  Maulina Fikriyah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
4 Peringkat
120Bab
92.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hana dihina oleh mantan suami dan keluarganya karena setelah bercerai ia justru bekerja sebagai penjual sayuran keliling. Tidak ada yang tahu tentang bagaimana takdir berjalan, pun seperti apa sosok Hana di kemudian hari karena salah seorang di masa lalu seolah tengah membantu Hana membalas hinaan dari mantan suami dan keluarganya.

Lihat lebih banyak
MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Rian Gladi
saya suka novel ini syg buka halaman sangat mahal
2022-11-12 15:15:35
3
user avatar
Maulina Fikriyah
Halo, teman-teman Maaf hari ini libur ya, bocil lagi demam. Mohon doanya
2022-09-26 15:34:25
1
user avatar
Winarsih_wina
Bagus kak makin keren
2022-09-09 01:29:20
2
user avatar
Maulina Fikriyah
Yuk, baca yuk
2022-09-08 18:40:30
0
120 Bab
Hinaan dari Mantan Suami dan Ipar
|Janda menyedihkan! Lihat, baru kucerai sudah kalang kabut aja jualan sayur. Ha ... ha ... ha ...| Aku meremas baju yang melekat di dada saat jemariku tanpa sengaja membuka status WA Mas Ari, mantan suamiku enam bulan yang lalu. Ternyata tidak cukup sampai di situ, di bawah status Mas Ari, terpampang jelas nama Mbak Risa, kakak ipar yang kini sudah menguasai rumah Ibu mertua. Mas Ari dua bersaudara. Kakak pertamanya bekerja di luar pulau dan beristrikan Mbak Risa. Sedang anak kedua yakni Mas Ari, mantan suamiku. |Makanya jadi wanita itu yang nurut. Sok-sokan minta cerai, eh, nggak taunya malah jadi buruh penjual sayur, wkwkwk| Pada caption yang dia tulis, disertakan pula fotoku yang sedang melayani pembeli. FLASHBACK ON ... "Han, ini jatah belanja kamu sebulan. Cukup-cukupin!" Mas Ari melempar beberapa lembar uang berwarna merah tepat di depan wajahku. Hatiku sakit? Tentu saja! Tapi aku bisa apa selain mulai memunguti uang itu satu per satu, tanpa menghitungnya lagi karena suda
Baca selengkapnya
Ipar Maut
FLASHBACK ON .... Prang ...!!! "Tempe terus ... tempe terus ....!" Mas Ari melepar wajan berisi tempe yang baru saja aku tiriskan. Aku berjingkat, air mata mengalir begitu saja melihat wajan kecil yang sudah menghitam itu tergeletak di lantai dengan minyak goreng yang tentu saja sudah bertumpah ruah. Hatiku berdenyut nyeri, tapi aku bisa apa? Aku masih membutuhkan Mas Ari sekalipun uang yang dia berikan tidak seberapa. Aku tidak memiliki penghasilan lain. "Sekali-kali beli ayam, Han. Aku ini kerja ... capek ... masa tiap hari kamu suguhi tempe?" Aku menghela napas kasar, "Ayam mahal, Mas. Uang lima ratus ribu benar-benar aku hemat agar cukup sampai gajian bulan depan," sahutku berterus terang. "Persetan!" Mas Ari menginjak-injak beberapa potong tempe yang berhamburan di lantai, dan .... Brugh! Suamiku terpeleset minyak goreng yang belum sempat aku bersihkan. Dia meringis kesakitan bahkan aku pun ikut meringis karena jatuhnya sangat keras. Saat tanganku terulur hendak membant
Baca selengkapnya
Kenyang dengan hinaan
Aku terkekeh. "Insecure, Mbak? Buat apa, toh kita sudah tidak terikat hubungan apapun. Lagipula kamu tidak secantik yang kamu pikirkan loh," sindirku. "Apa maksudmu? Aku sama kamu ya jelas cantik aku lah! Semua orang juga tahu itu!" Aku menoleh sejenak dan mengedikkan bahu, lalu kembali berfokus pada para ibu-ibu yang meminta dihitung belanjaannya. Mbak Risa menghentak-hentakkan kaki melihatku yang tidak merespon ucapannya. "Loh, Ris, nggak belanja?" teriak Mbak Juli pada Mbak Risa yang melenggang pergi menjauhi gerobak sayur. "Dih, nggak level banget aku, Mbak, beli ke dia. Mending ke Mall, uang bulanan dari Ari cukup banyak!" Dia mengibaskan tangan di udara. Aku hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Mbak Risa yang semakin menjadi-jadi semenjak aku bercerai dari Mas Ari. "Kamu nggak cemburu lihat iparmu itu, Han?" tanya Yu Tikah. Aku tersenyum tipis dan menggeleng, "Tidak sama sekali, Yu. Lagipula saya sama Mas Ari juga sudah lama bercerai. Dan ya ...." Yu
Baca selengkapnya
Pengakuan Suami
FLASHBACK ON.... "Hana ... Hana ....!" Aku yang sedang menyiapkan makan malam di dapur sedikit terkesiap mendengar Mas Ari berteriak lantang dari depan. Segera kumatikan kompor dan menghampirinya yang sudah berdiri di depan pintu dengan berkacak pinggang. "Ada apa, Mas? Kenapa teriak-teriak?" "Ada apa kamu bilang, hah? Kamu sadar kan apa yang udah kamu lakuin ke ibu?" Aku menghela nafas kasar. Selalu saja begini, Mas Ari seolah buta dengan situasi yang terjadi. Dia hanya akan membela Ibu sekalipun aku membela diri. "Mas ... harusnya aku loh yang marah sekarang!" Aku berusaha mengeluarkan suara, meskipun jantungku sudah mulai berdebar tidak beraturan. "Punya hak apa kamu di rumah ini? Sadar diri, Han ... kamu itu wanita miskin, jika saja aku dulu tidak menikahimu, mungkin kamu nggak bisa hidup seenak ini. Kamu itu cuma numpang! Numpang disini!" teriak Mas Ari. Suaranya memecah keheningan di dalam rumah. "Uang bulanan yang kamu kasih hanya lima ratus ribu, Mas. Mana ada aku ua
Baca selengkapnya
Melawan setelah Bercerai
FLASHBACK OFF.... *** "Cabe sepuluh ribu," ujar Ibu Mas Ari datar. Suasana mendadak hening, tidak ada lagi canda tawa para Ibu-ibu yang berbelanja. Mereka seolah mengerti, aku sedang melayani siapa sekarang. "Ini, Bu." Kuserahkan sekantong plastik berisi cabe. Harga cabe sedang naik, wajar saja jika sepuluh ribu hanya dapat segenggam saja. "Kamu mau menipuku?" bentak Ibu Mas Ari dengan lantang. Aku mengerutkan kening. Menipu? "Maksutnya, Bu?" "Iya, kamu mau menipuku kan? Mana ada cabe sepuluh ribu cuma dapat seuprit gini!" Dia melempar kantong plastik tepat di depanku. Aku menghela napas kasar. Ibu salah jika ingin bermain-main denganku sekarang. Karena aku bukan Hana yang dulu. "Lalu Ibu maunya segimana? Segini cukup?" Aku mengambil lagi segenggam cabe rawit di tangan dan kutuang ke dalam kantong plastik tadi. Ibu Mas Ari tersenyum penuh kemenangan membuatku semakin bersyukur bisa lepas dari keluarganya. "Sini!" bentaknya lagi. Ibu-ibu yang lain
Baca selengkapnya
Hana bodoh!
FLASHBACK ON ... *** "Ar ... ada masalah penting. Bisa kita ngobrol berdua?" Mbak Risa datang saat aku dan Mas Ari berseteru. Suamiku menghentikan amarahnya begitu melihat istri kakaknya itu mendekat dengan raut wajah yang tak bisa kujelaskan. Semacam takut ... cemas ... berkali-kali dia mengecek ponsel di genggaman. "Kita ngobrol di depan," pinta Mas Ari. Mbak Risa mengangguk. Dia berjalan lebih dulu menuju teras sementara Mas Ari mewanti-wanti agar aku tidak menguping pembicaraan mereka. "Pergi ke dapur, buatkan Mbak Risa minum. Awas kalau kamu nguping! Kupotong telingamu!" ancam Mas Ari. Aku bangkit. Tanpa banyak bicara lagi berpura-pura melengang menuju dapur. Dengan cekatan aku membuat minuman untuk mereka berdua. Bodoh? Memang! Aku memang bodoh karena tidak bisa berbuat apa-apa melihat Mas Ari dan Mbak Risa terlibat obrolan serius. Mulut mereka sama-sama terkunci saat aku datang menyuguhkan minuman dingin di atas meja. "Tunggu apa lagi, sana pergi!" Mbak Risa berbisi
Baca selengkapnya
Bertemu Kenan
FLASHBACK OFF .... *** Hatiku masih berdebar mengingat betapa beraninya aku menentang ucapan Mas Ari dan Mbak Risa tadi. Hana ... Hana yang dulu begitu bodoh dengan semua perlakuan suami dan iparnya kini berubah menjadi wanita yang berani. Ingin rasanya aku menangis. Sejak dulu aku ingin bisa membalas semua ucapan buruk mereka terhadapku, tapi sayang ... baru setelah bercerai aku bisa bersikap demikian. Ya, setidaknya aku bisa melawan mereka, tidak hanya diam seperti yang dulu sering aku lakukan. Sesampainya di halaman rumah Bu Wira, beberapa gerobak sayur terlihat sudah terparkir rapi. Tapi tunggu ... bukankah motor itu tadi yang ... ah, tidak mungkin! Banyak sekali yang punya motor model baru itu sekarang. Siapa tau itu milik anak Bu Wira. Pria kemarin yang ... menggodaku sampai membuatku lari ketakutan. "Setoran kamu kenapa banyak minusnya, Han? Apa ada masalah hari ini?" tanya Bu Wira lembut. Aku menunduk, memainkan sepuluh jemari dengan gelisah. Kebaikan hati Bu Wi
Baca selengkapnya
Hati yang Mati
***Aku terkekeh, "Aku takut? Rasa takut itu bahkan telah menguap bersama dengan luka-luka yang sudah dia ciptakan," ujarku.Bu Wira mengusap lenganku lembut. Setelah sadar, aku menutup mulut dan mengusap sudut mata yang sedikit berair."Duh, maaf, Bu, Mas Kevin. Tadi ... anu ... kelepasan. Malah curhat."Keduanya tertawa melihat kegugupan yang kutunjukkan. Baru kali ini aku melihat Kevin tertawa dan bersikap seperti pria baik-baik, padahal sejauh yang kudengar, dia adalah sosok yang suka bermain perempuan. Entah benar atau tidak, aku tidak peduli."Santai saja, Mbak. Kalau butuh teman curhat, pundakku siap untuk kau jadikan sandaran," ucap Kevin dengan mengedipkan satu matanya.Bu Wira menonjok lengan Kevin dengan keras. Pria itu sampai dibuat meringis dan mengusap-usap lembut bekas tonjokan Sang Ibu."Sana pergi!" usir Bu Wira mendelik.Kevin mendengkus, "Ayolah, Ma. Karyawan cantik kayak dia sepertinya cocok untuk dijadikan menantu di rumah ini."Aku mendongak. Menatap tidak percay
Baca selengkapnya
Tawaran pekerjaan
FLASHBACK OFF ....***Sejak pukul lima pagi aku sudah datang di tempat Bu Wira. Ada sekitar tiga karyawan lain yang sudah datang lebih dulu. Mang Husen, Kang Jono, Yu Srina, dan aku. Kita berjualan di komplek yang berbeda."Apa diantara kalian ada yang mau menggantikan Hana berjualan di komplek ini?" tanya Bu Wira pada ketiga karyawan yang lain.Mereka saling pandang, lalu bersamaan menggelengkan kepala. Aku mendesah lirih, sudah kutebak jika salah satu dari mereka tidak akan ada yang mau menggantikan berkeliling di komplek tempatku berjualan. Mereka memilih berkeliling di tempat yang mereka anggap lebih dekat dari tempat tinggal. "Tidak apa-apa, Bu, saya lanjut saja jualannya," sahutku tak enak hati."Emang kenapa mau tukar, Han? Kamu malu ketemu mantan suamimu yang kaya itu?" selidik Yu Srinah.Aku menggelengkan kepala samar. Sejak pertama aku bergabung di rumah sayuran milik Bu Wira, Yu Srinah sudah menunjukkan ketidaksukaannya padaku. Ya. Kami menamai tempat ini dengan rumah say
Baca selengkapnya
Siapa sebenarnya Kenan?
FLASHBACK ON ....***"Tempe sama tahu terus, Han. Nggak bosen?" ujar Mbak Juli saat melihat tanganku memilih tempe di depannya."Enggak, Mbak. Memang bisanya beli ini," sahutku datar."Duh, Han. Hati-hati Ari berpaling loh. Kamu nggak bisa banget ngatur uang bulanan ya?" selidiknya.Aku menghela napas kasar, "Kenapa sibuk ngurusin saya, Mbak? Emang Mbak Juli tau berapa banyak suami saya ngasih uang belanja. Enggak kan?" ucapku dengan suara bergetar.Mbak Juli mencebik, terlihat dari kejauhan Ibu berjalan bersisian dengan Mbak Risa menuju ke arah dimana kami para ibu-ibu berkerumun di depan gerobak sayur Kang Parmo, karyawan Bu Wira selaku pemasok sayuran di kota ini."Wah, mertua sama menantu yang satu ini emang nggak terpisahkan ya?" sindir Mbak Juli melirik ke arahku."Sudah, Kang. Tolong dihitung ya!""Buru-buru amat, Han. Kamu malu sama Mbak?" Mbak Risa menarik tanganku dengan kasar. Mau tidak mau aku mundur dan berdiri di sampingnya. "Coba lihat, Mbak Jul, aku sama Hana emang ba
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status