Bujang Lapuk ( Malam Pertama dengan Om Perkasa )

Bujang Lapuk ( Malam Pertama dengan Om Perkasa )

last updateLast Updated : 2022-09-07
By:  GleoriudCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
41 ratings. 41 reviews
100Chapters
322.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Bujang, pria matang yang tak lagi memikirkan pernikahan karena selalu gagal dalam perjodohan. Dia menepi di hutan menikmati kesendirian. Lalu, bagaimana jika Keke, gadis manis, muda dan cantik datang padanya menawarkan pernikahan?

View More

Chapter 1

1

Bujang mengayun kapaknya dengan semangat. Membuat kayu besar yang sudah dipotong itu tebelah dalam satu kali terjang. Peluh yang menetes membasahi tubuh Bujang membuat kulitnya yang sawo matang mengkilap ditimpa cahaya matahari pagi.

Lengan berotot keras, perut kotak-kotak yang terbentuk secara alami karena sering melakukan pekerjaan kasar dan mengangkat beban berat.

Bujang memisahkan kayu yang sudah terbelah dengan tempat yang berbeda. Kayu itu harus dibentuk lagi sebelum dijadikan kayu bakar.

Katakanlah Bujang kolot, memang, disaat orang memakai gas untuk memasak, dia malah mengandalkan tungku andalannya. Bukan dia tak memiliki uang, hanya saja pria yang kerap digelari Bujang lapuk itu merasa tak perlu membeli perabotan atau pun pecah belah. Bujang meletakkan kapaknya, lalu duduk di kayu yang masih utuh untuk menyalakan rokok. 

Asal rokok mengepul dari bibir gelap itu, sementara keringat membasahi rambutnya, mengalir ke pelipisnya.

"Seharusnya cari istri saja," kata seorang laki-laki yang sudah memiliki rambut bawarna abu-abu. Kekehan mengejek itu sudah biasa bagi Bujang.

Bujang mendengus.

"Siapa yang mau denganku, gadis zaman sekarang lebih memilih pria kota dari pada laki-laki yang hidup di tengah hutan."

"Ah, kau benar, mungkin kau perlu menunggu wanita ajaib yang menyasar ke sini, seperti film-film."

"Dari tadi kau bicara saja, ayo bantu aku memasukkan perabot pesanan Abang Sholeh."

"Tunggu dulu, Kopiku belum habis."

"Dua menit lagi kalau kau tak bergerak, aku takkan mengeluarkan upahmu hari ini."

"Aku tau kau kejam." Pria yang sudah berumur itu terpaksa bangkit.

"Apa mejanya bisa diantar sekarang?" Suara halus nan merdu, mengalun berhasil menghentikan gerakan pria yang berbeda usia itu. 

"Jang! Wanita kesasar!" kata pria itu pada Bujang. Dan Bujang kembali mendengus.

***

"Mana barangnya?"

Bujang berjalan menuju gudang, perabot disimpan di sana. Wanita itu mengekorinya sambil mengamati sekeliling, lalu tersenyum kecil saat Luqman teman Bujang mengangguk padanya. Senyuman menggoda.

"Ini dia," kata Bujang menunjukkan sebuah meja yang baru saja diberi cat pernis.

"Loh? Kok begini, Bang? Saya mintanya bukan begini, saya minta mejanya agak tinggi karena mau dipakai buat meja belajar saya." Wanita cantik berambut panjang dan ikal itu menatap kurang puas.

"Siapa namamu?" tanya Bujang, wanita ini masih muda, sekitar dua puluhan.

"Saya Keke."

"Anak Pak Iwan, kan?" tanya Bujang sambil melihat catatan bon di tangannya.

"Iya,"

"Beberapa hari yang lalu, ayahmu yang ke sini, saya membuat sesuai pesanan ayahmu. Kalau yang datang hari itu kamu, tentu saya buatkan seperti yang kamu mau."

Wanita muda itu, tampak belum puas dengan jawaban Bujang. Dia bahkan terlihat tak berminat pada meja yang dipesan oleh ayahnya.

Bujang menanti tanggapan dari gadis berkemah kotak-kotak dan memakai celana jins selutut itu. Sepatu kets putihnya sudah kotor terkena tanah.

"Terus gimana ini? Barangnya mau diantar langsung atau diperbaiki dulu?" tanya Bujang.

"Antar yang ini dulu! Nanti buatkan lagi yang baru sesuai yang saya mau," jawab Keke menyerah, padahal dia sudah mengatakan berulangkali pada ayahnya, bahwa dia mau meja belajar, yang ukurannya sesuai dengan posturnya yang tinggi semampai, ini malah mirip meja belajar anak TK. Padahal dia belum memiliki keponakan, kakaknya saja belum punya anak sampai saat ini.

"Baiklah! Kamu mau meja yang seperti apa?"

"Tunggu!" Keke mengeluarkan smartphone-nya. "Aduh, nggak ada jaringan lagi, di sini," keluhnya.

"Pokoknya sepeti meja belajar pada umumnya, tapi bikinin agak tinggi."

"Baiklah!"

"Uangnya saya kasih setelah barang sampai di rumah, ya, Bang." Keke berjalan menuju motor matic-nya. Gadis cantik itu memasang helm, dan menyalakan benda itu.

"Rumah kamu yang mana?"

"Abang ikuti saya saja!" jawab gadis itu melakukan motornya lebih dulu.

"Ahay, rejeki nomplok, mengekori gadis cantik, mudah-mudahan kalian berjodoh," goda Luqman.

Bujang hanya menggeleng-gelengkan kepala. 

"Gadis kecil itu tidak mungkin jadi jodohku."

"Bukan kecil, tapi kau yang ketuaan, dua tahun lagi sudah empat puluh."

Bujang tak ambil pusing ocehan Luqman, mobil pick-up yang dipenuhi beberapa barang itu melaju mengikuti Keke.

Dulu Bujang memang ingin menikah, menikah dengan gadis desa yang pintar memasak. Sayangnya beberapa kali meminang, selalu ditolak karena dia bukan orang kantoran. Lagi pula siapa yang mau diajak tinggal di atas perbukitan yang lumayan terpencil dari keramaian. 

Bagi Bujang, sosok istri ideal tak perlu cantik, yang penting santun dan pandai mengurus keluarga. Namun, keinginan untuk menikah itu sudah berhenti sejak tiga tahun terakhir, dia mulai berhenti berharap. Mungkin takdirnya hidup sendiri.

Bujang mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang diletakkan di bahunya. Jalan yang dilalui menurun dan dipenuhi kerikil, tapi tubuh langsing yang tak begitu jauh jaraknya dari mobil Pick-up, begitu lihai membawa motornya. Bujang sampai berpikir, gadis bergaya kota ini kenapa repot-repot menemuinya untuk menanyakan meja pesanan ayahnya. 

***

Rumah Keke atau rumah Pak Iwan terletak di desa seberang, sebuah rumah sederhana yang beratap genteng dengan bangunan semi permanen.

Pak Iwan menyambut Bujang dan membantu pria itu menurunkan meja pesanannya.

"Ayah, maksud Keke, bukan begitu model mejanya." Keke tak sanggup menyembunyikan raut kesalnya.

"Loh, kan ini meja belajar juga, bedanya kalau menggunakannya, kau harus duduk lesehan."

"Mana ada meja belajar lesehan, Ayah."

"Lha? Ini buktinya ada kok."

"Terserah ayahlah, yang jelas aku pesan satu lagi sama Abang itu." 

Keke berlalu dan masuk ke dalam rumah.

"Harap maklum, dia walaupun sudah berumur dua puluh dua tahun, tapi masih sepertu anak-anak."

"Iya, tidak apa-apa."

"Kau tak bertanya?" kata Pak Iwan.

"Menanyakan apa?"

"Anakku, bukannya ini pertama kali kalian berjumpa?"

"Pernah dulu, saat dia masih SD."

"Oh, dia cantik tidak?"

Bujang berhenti mengikat barang yang tersisa. Lalu memandang Pak Iwan sekilas.

"Cantik."

"Kau suka?" goda Pak Iwan lagi.

Bujang tertawa kecil. 

"Jangan meledek saya, Pak! Keke lebih cocok jadi keponakan saya."

"Mau tidak aku jodohkan kau dengannya?"

"Permasalahannya, mau tidak Keke dijodohkan dengan saya? Jawabannya seratus persen tidak. Sudahlah, Pak Iwan, anak kok dijadikan candaan."

Bujang naik ke kursi kemudi.

"Ya sudah! Ini uangnya. Pesanan Keke berapa lama bisa diantar? Jangan tunggu dia mengamuk dulu, kau tak punya hp untuk dihubungi."

"Kali ini saya akan tepat waktu, tiga hari lagi."

"Baiklah, aku tunggu!" Jawab Pak Iwan ramah.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(41)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
41 ratings · 41 reviews
Write a review
user avatar
Eni Supri
sad ending atau happy ending
2025-03-26 16:42:33
0
user avatar
Azhuri Faqot
oke bagus dan menghubur
2023-03-19 10:49:11
0
user avatar
imam soetopo
ceritanya masih bersambung atau sudah selesai?
2022-10-24 20:17:57
0
user avatar
Sihol MP Simamora
Cerita novel ini kl dijadikan film kira2 karakter Bujang cocoknya diperankan sm siapa ya.........
2022-10-17 10:46:37
2
user avatar
aina adlika
Jalan ceritanya sangat menarik,kisah cinta yang sederhana tapi penuh makna,tak hanya menyajikan sebuah kisah,tapi juga pembelajaran
2022-10-15 19:30:03
0
user avatar
Danee DanaPraja
kisah ini sangat menarik
2022-10-15 06:07:47
0
default avatar
sekar.putri2882
baru mulai baca, tapi jalan cerita nya bagus. suka dengan karakter Bujang.
2022-10-06 22:33:53
1
user avatar
Sinok Indi
aku suka alur ceritanya Bagus seki ,Thor jgn ada masalah yang berarti ya dlm rmh tangga bang bujang dan keke
2022-09-30 10:24:11
1
user avatar
Misdaliza
klu di lihat dari tempat ya.. ini kayak di buatan Siak deh.. karna yg banyak sawit nya di Siak thor.. salam kenal dari pekan baru riau.........
2022-09-28 10:12:06
1
user avatar
Rifail Xiomi
yaaah ...dah tamat ya thor
2022-09-13 09:15:14
1
default avatar
siti.suryanii
lanjut Thor, jangan kasih kendor.. ceritanya bagus bikin ketagihan, update dong
2022-09-05 19:05:18
0
user avatar
Chacha
bagus kak ceritanya.. .............
2022-08-15 17:41:40
0
user avatar
Andi Jumriani
suka..sekaaaaaaaliiiii*kkkkkkkkkk
2022-08-10 23:55:26
0
user avatar
Yen Lamour
Bagus ceritanya, semangat terus ya kak thor ^^ salam dari mafia romance. Ketika cinta datang di antara dendam, mana yang akan dipilihnya?
2022-08-10 21:29:12
0
user avatar
Grape
awas Keke nanti swamimu d ambil Anne
2022-08-05 02:11:00
4
  • 1
  • 2
  • 3
100 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status