Isha dan Satrio tepergok berduaan di dalam kontrakan dan dianggap berbuat mesum. Keduanya dipaksa menikah saat itu juga atau akan diarak keliling kampung dan diusir dari sana. Mau tak mau Isha menikah dengan Satrio yang dianggap penganguran dan tidak jelas pekerjaannya. Setelah menikah Isha dan Satrio tinggal di rumah orang tua Isha. Keduanya terus-terusan direndahkan dan dianggap remeh oleh ibu dan Vita, adik tiri Isha. Satrio selalu dibandingkan dengan Surya, pacar Vita, yang bekerja di perusahaan besar dan punya jabatan bagus. Satrio tetap diam saat dirinya direndahkan, tapi dia selalu membela saat Isha direndahkan. Bagaimana cara Satrio membela istrinya dan membungkam orang-orang yang merendahkan mereka?
View More“Berani meninggalkan Abang ya. Awas kalau ketangkap, Abang hukum Dek Isha nanti!” Satrio kemudian mengejar istrinya yang berlarian seperti anak kecil. Isha tampak sangat gembira karena suaminya tak mampu mengejar dia. Padahal pria berambut ikal itu sengaja tak mengerahkan semua tenaganya untuk mengejar Isha. Dia ingin wanitanya itu menikmati kebebasan yang selama ini jarang didapatkan.Isha akhirnya berhenti berlari saat dia sudah merasa capek. Dia berdiri sambil berkacak pinggang menunggu sang suami menyusulnya. Saat itu barulah Satrio menghampiri istrinya dan langsung merangkul bahunya. “Abang bisa tangkap ‘kan sekarang. Tunggu hukuman dari Abang nanti malam.” Satrio mengedipkan sebelah mata pada sang belahan jiwa.Isha mencebik. “Ya jelas bisa menangkap soalnya aku berhenti berlari. Coba kalau enggak, pasti Abang ga bisa nangkap aku,” cakapnya dengan pongah.“Mau coba lagi? Ga butuh waktu lama, Abang pasti bisa menangkap Dek Isha. Tadi itu Abang sengaja ngalah, Dek.” Satrio berala
“Apa masih harus aku jawab, Bang?” Isha menatap lekat suaminya.Satrio mengangguk. “Biar Abang merasa lebih tenang, Dek,” jawabnya.Isha tersenyum pada pria yang sudah menghalalkannya itu. “Insya Allah aku sudah lebih percaya sekarang, tapi namanya manusia pasti ada rasa takut dibohongi meskipun persentasenya kecil. Maaf kalau apa yang aku katakan ini mengecewakan Bang Satrio karena aku tidak mau ada yang ditutupi lagi,” tuturnya.Pria berambut ikal itu pun membalas senyum sang wanita. “Abang ngerti, Dek. Abang akan melakukan yang terbaik biar Dek Isha bisa percaya penuh sama Abang,” timpalnya.“Makasih sudah mau mengerti, Bang.” Isha kemudian mencium pipi sang suami. Saat dia akan menjauhkan diri, Satrio menahan lantas menyatukan bibir mereka.Keesokan harinya, sejoli itu kembali turun saat matahari sudah tinggi. Satrio benar-benar memanfaatkan waktu mereka untuk memadu cinta sesuka hati. Tanpa harus menahan diri dan merasa malu karena bangun kesiangan. Asih tidak tampak di dapur, t
Isha membalas tatapan sang suami. Entah bagaimana Satrio bisa tahu apa yang ada di hatinya. Apakah Satrio sekarang sudah bisa membaca pikiran?“Jangan sok tahu, Bang. Memangnya Bang Satrio bisa melihat isi hatiku?” kilahnya.“Kalau tahu apa yang jadi ganjalan di hati Dek Isha, Abang tidak akan bertanya, Dek.” Satrio menghela napas panjang. Dia tampak frustrasi karena istrinya tidak mau jujur.“Dek, kita sudah jadi suami istri selama tiga bulan. Sedikit banyak Abang jadi lebih mengenal pribadi Dek Isha. Abang tahu saat Dek Isha bahagia, marah, kesal, jujur, bohong hanya dengan melihat wajah Dek Isha,” papar pria berambut ikal itu.“Karena itu Abang mohon dengan sangat, keluarkan apa yang ada di hati Dek Isha biar Abang tidak merasa bersalah. Abang merasa gagal jadi suami karena tidak bisa membuat Dek Isha bahagia,” imbuhnya dengan wajah sendu.“Bang Satrio tidak salah, aku saja yang overthinking. Maaf karena sudah membuat hubungan kita jadi tidak nyaman, Bang,” lontar Isha yang jadi me
Isha tak langsung menjawab pertanyaan Satrio karena memikirkan jawaban yang tepat. “Aku penasaran saja bagaimana Bang Satrio yang orang biasa, bisa kenal sama orang-orang kaya seperti mereka. Biasanya ‘kan orang-orang kaya hanya bergaul dengan yang dari kalangan mereka saja,” cakapnya seraya memandang suaminya yang sedang fokus mengemudi.Satrio mengulum senyum, lantas mengerling sekilas pada Isha. “Tidak semua orang kaya seperti itu, Dek. Kebetulan teman-teman Abang itu low profile semua. Mereka mau berteman dengan berbagai kalangan dan tidak pernah membeda-bedakan dari mana asalnya,” jelas pria berambut ikal itu.“Jangan-jangan Bang Satrio sekolah di sekolahan elit jadi bisa berteman baik sama mereka?” Isha tampak masih belum percaya dengan penjelasan yang diberikan sang suami.Bukannya menjawab, Satrio malah tertawa. “Tidak semua orang kaya sekolahnya di sekolah elit, Dek. Banyak kok yang di sekolah negeri,” timpalnya setelah berhenti tertawa.“Mungkin karena aku sekolahnya tidak d
Bakda Asar, Satrio dan Isha meninggalkan vila. Satrio mengenakan kemeja, blazer, dan celana bahan berwarna krem, sementara Isha mengenakan gamis semi formal berbahan satin yang warnanya senada dengan sang suami. Dress code pesta sore itu memang warna krem sesuai yang tertera di undangan.Meskipun riasan Isha hanya sederhana karena merias sendiri, dia tetap terlihat cantik alami. Isha diam-diam belajar merias wajah agar tidak membuat malu suaminya bila diajak bepergian. Setidaknya dia bisa mengaplikasikan dasar riasan dengan benar dan tidak terlihat berlebihan. Satrio memang tak peduli apa kata orang, tapi Isha peduli.Wajah Isha sekarang jadi lebih cerah dan terawat karena Satrio pernah mengajaknya ke salon kecantikan untuk mengecek kondisi kulit dan melakukan perawatan wajah. Sejak itu, dia jadi rutin menggunakan berbagai macam krim dan serum agar wajahnya terlihat lebih bersinar. Semua itu Isha lakukan demi Satrio. Dia juga ingin secantik Gwen yang kulit wajahnya terlihat kinclong d
Surya menyugar rambutnya begitu mengingat Vita sedang mengandung anak mereka. Hubungannya dengan Vita tidak seperti pacaran pada umumnya yang melakukan sentuhan fisik hanya dengan berpegangan tangan atau berpelukan. Mereka mulai melakukan hubungan suami istri sejak Surya menyatakan keseriusannya ingin menikah dengan Vita. Membuat gadis yang sangat mencintai Surya itu pun mau menyerahkan kehormatannya pada sang kekasih padahal belum ada ikatan halal di antara mereka. Keduanya beberapa kali melakukan check-in di hotel sepulang kerja atau saat malam mingguan. Biasanya Surya menggunakan pengaman atau melepaskan di luar. Namun satu hari Surya mengajak Vita berhubungan tanpa pengaman karena sudah tidak tahan lagi. Karena terlalu menikmati, dia lupa menarik diri dan melepaskan benihnya di rahim Vita hingga kini tumbuh janin di sana. Itulah yang mendorong Vita ingin cepat menikah dengan Surya. “Beb, mau ke mana?” tanya Vita saat suaminya beranjak dari tempat tidur.“Mau merokok. Asem mulutk
Satrio keluar dari kamar setelah memastikan istrinya benar-benar tidur. Dia pergi ke ruang televisi untuk mengambil pakaiannya dan Isha yang berserakan di sekitar sofa. Pria itu sekaligus merapikan ruangan-ruangan yang tadi menjadi saksi bisu kemesraannya dengan Isha. Lebih tepatnya menghapus jejak cinta mereka. Satrio kemudian masuk ke sebuah ruangan yang seperti ruang kerja di dekat dapur. Dia menyalakan komputer sebelum mendudukkan diri di kursi. Pria itu langsung memegang tetikus dan menggerakkannya. Tak lama muncul video cctv dari berbagai sudut vila pada layar monitor.Pria berambut ikal itu kemudian mencari rekaman CCTV ruangan yang tadi digunakan untuk bermesraan dengan Isha. Setelah menemukan rekamannya, dia gegas menghapus dan memastikan tidak ada yang terlewat agar tidak ada yang melihat aktivitas panasnya dengan sang istri. Usai melakukan yang harus dilakukan, Satrio kembali ke kamar lalu menyusul Isha ke alam mimpi.“Bang, bangun. Mandi terus salat Subuh dulu.” Isha yang
Satrio seketika menoleh pada istrinya. “Itu orang tuanya teman Abang, Dek. Abang sudah akrab sama mereka, jadinya sudah seperti orang tua sendiri,” jawabnya.“Bang Satrio, sudah sering ya ke sini sampai akrab sama Mang Ujang dan Bi Asih?” Isha kembali bertanya.Satrio mengangguk. “Dibilang sering juga tidak, beberapa kali saja. Biasanya Abang tidak cuma sehari menginapnya, jadi akrab karena sering ngobrol kalau di sini,” jelasnya.“Silakan diminum tehnya,” ucap Asih seraya meletakkan dua cangkir teh panas ke atas meja makan.“Den Bhumi sama Neng Isha, sudah makan atau belum?” tanyanya kemudian.“Belum, Bi. Tidak usah disiapkan biar nanti kami beli di luar saja. Sekalian mengajak istri saya jalan-jalan. Menikmati malam di sini,” jawab Satrio.“Bibi tadi sudah masak kok, Den. Tinggal dihangatkan saja kalau mau makan. Tapi kalau ingin makan di luar juga tidak apa-apa. Biar Bibi masukkan ke kulkas,” tukas Asih.“Bang, kita makan di sini saja. Besok saja jalan-jalannya. Bang Satrio juga pa
“Beb, apa-apaan sih!” Vita mendorong dada Surya kala pria itu mendekat padanya.“Loh katanya mau bulan madu seperti kakakmu dan suaminya. Ini ‘kan aku mau ngajak kamu bulan madu, Beb.” Surya memandang istrinya.“Itu sih bukan bulan madu tapi mencari surga dunia, Beb. Bulan madu itu pergi liburan terus bersenang-senang di sana,” sanggah Vita.“Kalau begitu liburan di rumah kita aja. Kita bebas bersenang-senang di sana. Tidak akan ada yang mengganggu,” ujar Surya.“Ish, jangan bikin aku makin kesal dong, Beb. Mana ada liburan di rumah yang belum jadi kaya gitu. Bulan madu itu menginap di hotel atau vila gitu,” tukas Vita.“Jadi intinya menginap di hotel atau vila gitu?” tanya Surya yang ditanggapi Vita dengan anggukan.Surya mengembuskan napas panjang. “Oke, kalau itu maumu. Kita menginap semalam di BlueDoorz atau Owo yang tarifnya di bawah dua ratus ribu,” putusnya kemudian.Vita membelakkan mata. “Apa? Menginap di sana? Ga elit banget sih, Beb. Aku ga mau.” Dia menolak usulan pria yan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments