Share

27 Hari Menanti Janji Palsu
27 Hari Menanti Janji Palsu
Author: Wanda

Bab 1

Author: Wanda
Di kamar mayat, aku memandangi wajah ibuku dengan air mata berderai.

Dia membesarkanku sendirian, tanpa pernah menuntut apa-apa dariku.

Tapi, aku bahkan tidak bisa mengabulkan keinginan terakhirnya.

Setelah mengetahui penyakit ibuku stadium akhir, aku memohon kepada pacarku untuk menikahiku. Aku dan Rayhan sudah berpacaran selama enam tahun. Aku ingin ibuku tahu bahwa akan ada seseorang yang menjagaku setelah dia pergi.

Aku memohon padanya selama 27 hari.

Tapi, Rayhan terus mencari-cari alasan.

Hari pertama, mobil teman masa kecilnya rusak, jadi dia harus pergi menjemputnya.

Hari kedua, dia membantu teman masa kecilnya pindah rumah, jadi tidak ada waktu.

Dan seterusnya.

Hingga hari ke-26, penyakit perut teman masa kecilnya kambuh, jadi dia harus merawatnya.

Andai Mira tidak memposting akta nikah hari ini ...

Aku tidak akan pernah tahu.

Aku sudah mencarikan sejuta alasan untuk Rayhan, tapi aku tidak pernah terpikir bahwa dia sudah menikah.

Aku berlutut di samping tempat tidur ibuku hingga malam, hingga Rayhan akhirnya menelepon.

Suaranya tetap lembut seperti biasa.

"Kenapa larut malam belum pulang? Kamu di mana, biar kujemput."

Mulutku terbuka, tapi tidak ada kata-kata yang keluar.

Dulu, aku akan pura-pura merajuk agar dia membujukku, lalu menunggu kedatangannya dengan senang hati.

Tapi sekarang, aku tidak sanggup lagi mengucapkan kata penuh cinta padanya.

Suara Rayhan terdengar sedikit cemas.

"Nadia, di mana kamu sekarang?"

"Di rumah sakit."

Rayhan terdiam sejenak, seolah baru ingat bahwa aku selama ini sedang merawat ibuku.

"Aku ... tunggu aku. Aku ke rumah sakit sekarang untuk menemanimu."

Setelah menutup telepon, aku menahan kesedihanku dan bangkit untuk mulai mengurus pemakaman.

Tapi sepuluh menit kemudian, sebuah pesan datang.

[Nadia, aku harus bantu Mira mengurus orang tuanya. Lain kali, aku pasti datang jenguk Tante!]

Aku tidak terkejut.

Selama dua tahun terakhir, itulah kata-kata yang paling sering kudengar darinya.

[Lain kali, pasti.]

Melewatkan hari jadi pacaran? Lain kali, pasti kita rayakan.

Batal datang menjenguk Ibu? Lain kali, pasti bisa datang.

Menunda pernikahan? Besok, pasti ada waktu.

Dia tahu aku akan memaafkannya, jadi dia menyakitiku tanpa rasa takut.

Tapi kali ini, tidak akan ada lain kali.

Karena ibuku tidak akan punya lain kali lagi.

Dan aku tidak akan memaafkannya lagi.

...

Malam itu, aku tidak pulang. Aku bermalam di rumah sakit.

Rayhan mengirim pesan sepanjang malam dan menelepon berkali-kali.

Aku tidak melihatnya, tidak menjawabnya.

Keesokan harinya, aku datang ke kantor lebih awal untuk menyiapkan surat pengunduran diri.

Rayhan adalah pendiri perusahaan tempatku bekerja.

Aku hanya seorang desainer biasa.

Aku telah menemaninya sejak dia tidak punya apa-apa, membantunya membangun bisnis ini dari nol.

Sekarang, posisiku di perusahaan malah menjadi tidak berarti.

Bahkan jika aku menghilang, Rayhan tidak akan menyadarinya sama sekali.

Saat aku sedang mencetak surat pengunduran diri, Rayhan tiba-tiba muncul di belakangku.

Di bawah tatapannya, aku dengan tenang memegang surat pengunduran diri itu.

Dia menatapku, suaranya lembut.

"Sudah selesai mencetak?"

"Ya."

Rayhan menatapku, seolah tidak menyadari sikap dinginku.

Dia terbatuk pelan.

"Nadia, ikut aku sebentar."

Saat Rayhan memanggilku, rekan-rekan di sekitar langsung berbisik-bisik.

"Tahu nggak? Pak Rayhan sudah menikah."

"Beneran? Pantas saja Nadia dan Pak Rayhan menyembunyikan hubungan mereka dan selalu sembunyi-sembunyi. Ternyata dia selingkuhan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 27 Hari Menanti Janji Palsu   Bab 9

    Rayhan menatap bekas luka di pergelangan tangan wanita itu, yang pernah dipakai untuk membohonginya dengan pengakuan KDRT. Dia tiba-tiba tertawa sinis."Orang-orang sepertimu, bahkan neraka pun nggak mau kamu masuk karena kamu terlalu kotor."Mata Mira menyipit, lalu dia berbalik dan menghilang di tengah kerumunan.Tiga hari kemudian, sebuah laporan berita mengungkap ledakan kapal pesiar di Samudera Pasifik. Sebuah paspor yang ditemukan di reruntuhan kapal bertuliskan nama Mira....Musim hujan datang tak terduga.Saat aku memasuki studio sambil memegang tumpukan sketsa desain, aku bertabrakan dengan Elvan yang berdiri di pintu, dengan payung terangkat."Ketepatan waktumu masih perlu ditingkatkan."Pria itu tersenyum dan mengibaskan tetesan air dari payung. Kacamata berbingkai emasnya berembun.Tiba-tiba, suara serak menembus tirai hujan di luar."Nadia ..."Rayhan berdiri basah kuyup di sudut jalan. Jas mahal yang dia kenakan kusut seperti kain lap. Tangannya memegang kotak beludru ya

  • 27 Hari Menanti Janji Palsu   Bab 8

    Menjelang pekan mode, di belakang panggung, rambutku tersangkut pada renda di leherku.Pintu ruang ganti tiba-tiba terbuka. Elvan bersandar pada bingkai pintu dan bersiul."Apakah sang putri membutuhkan seorang ksatria untuk menyelamatkannya?""Semangat ksatriamu datang di tempat yang salah."Wajahku memerah saat aku mencoba melepaskan rambut yang tersangkut, tapi dia menahan pergelangan tanganku."Jangan bergerak."Dia mengeluarkan sepasang gunting perak entah dari mana. Bilahnya yang dingin menyentuh leherku. "Jangan khawatir, aku sering membantu ibuku memodifikasi pinggang bajunya."Saat rambutku berjatuhan ke lantai, embusan napasnya menyentuh leherku.Lampu ruang ganti tiba-tiba berkedip. Dalam bayangan yang berkelap-kelip, cermin memantulkan bayangan kami yang hampir menempel.Jari-jari Elvan tanpa sadar memilin ujung-ujung rambutku yang terurai hingga hitungan mundur pembawa acara terdengar dari luar."Waktunya tampil."Dia mundur, menyimpan guntingnya di saku, dan kembali menja

  • 27 Hari Menanti Janji Palsu   Bab 7

    "Bingkai foto murahan ini harusnya sudah dibuang sejak lama! Rayhan, bangun! Nadia mungkin sedang di ranjang laki-laki lain sekarang ..."Byur!Sebuah ember penuh air kotor mendarat tepat di kepala Mira.Tangan karyawan yang memegang ember kosong itu gemetar."Bu Mira, aku sudah gatal ingin melakukan ini sejak kamu merusak kaktus Kak Nadia."...Angin laut membawa aroma lembap dan asin, menyelinap melalui jendela yang setengah terbuka. Aku menorehkan garis terakhir pada sketsa dan mendongak menatap Elvan yang bersandar di ambang pintu.Dia memegang dua cangkir kopi. Mata indah di balik kacamata emasnya sedikit melembut."Pola sayap di versi final "Burung dalam Sangkar" ditambah tiga retakan lebih banyak daripada versi pertama."Jari-jariku terhenti. Sayap burung yang hancur dalam gambar itu tetap tegak ke atas, mencerminkan kondisi mentalku malam itu, saat aku menggambar di gudang perusahaan.Aku mengulurkan tangan dan mengambil kopi itu. Rasa pahitnya menyebar di lidahku. "Retakan ada

  • 27 Hari Menanti Janji Palsu   Bab 6

    "Menurutku menarik, seseorang dengan sayap yang patah masih bisa menggambar tentang kebebasan."Elvan mendorong kacamata berbingkai emasnya. Mata di balik lensa melengkung membentuk bulan sabit."Aku salah satu juri tahun itu, dan perlu kamu tahu, aku memberimu nilai tertinggi.""Kamu mulai kerja besok. Gaji tiga kali lipat dari sebelumnya, dengan syarat kamu menyelesaikan seri "Burung dalam Sangkar" ini.""Tentu saja!"..."Pak Rayhan, Bu Mira datang lagi ..."Asisten Rayhan berdiri di luar pintu, tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi menahan diri."Suruh dia pergi!"Rayhan membanting ponselnya ke lantai. Saat layar pecah seperti jaring laba-laba, suara klik-klak sepatu hak tinggi Mira mendekat."Kak Ray, ada apa? Nadia benar-benar meninggalkanmu?"Dia bersandar di pintu, menenteng tas Hermès barunya, senyum mengejek tersungging di bibir merahnya."Sekarang, seluruh dunia tahu kamu mencampakkan istri yang baru kamu nikahi demi mantan kekasihmu. Betapa dalamnya cinta dan kesetiaanmu."

  • 27 Hari Menanti Janji Palsu   Bab 5

    "Dua puluh tujuh kali."Rayhan tertawa terbahak-bahak, ujung akta cerai yang tajam menusuk telapak tangannya."Selama 27 hari Nadia memohon padaku, kamu sakit perut 12 kali, mobilmu mogok 7 kali, dipukul keluargamu 4 kali, bahkan anjing Chihuahua-mu kena diare akut 4 kali. Mira, kamu pikir aku sebodoh itu?"Beberapa pasangan muda yang sedang mengurus pernikahan di lobi diam-diam mengangkat ponsel mereka.Wajah Mira pucat pasi. Rambutnya yang dikeriting rapi menempel di pelipisnya karena keringat dingin."Kamu yang janji mau membantuku membohongi keluargaku! Sekarang kamu pura-pura jadi korban? Di mana kamu saat Nadia di sini ...""Diam!"Rayhan menghantamkan tinjunya ke mesin antrean elektronik. Retakan menyerupai jaring laba-laba langsung menyebar di layarnya."Kamu tahu sendiri ibunya ..."Layar yang hancur memantulkan wajahnya, membentuk bayangan yang terdistorsi. Kenangan yang sengaja ditekan kembali meluap.Kenangan saat aku berjongkok di depan printer pada pukul tiga pagi merevis

  • 27 Hari Menanti Janji Palsu   Bab 4

    Pesawat bersiap mendarat di tujuan. Di kota pesisir yang belum pernah kukunjungi, tapi sudah lama kuimpikan.Di sini, tidak ada Rayhan, tidak ada Mira, tidak ada gosip menyesakkan yang membuatku seperti tercekik.Saat pesawat terbang menembus awan di luar jendela, aku tiba-tiba teringat pada malam penuh badai enam tahun lalu. Ketika Rayhan basah kuyup di lantai bawah gedung rumahku dan menyatakan cintanya kepadaku."Nadia, maukah kamu jadi pacarku? Aku janji akan memberimu hidup yang baik!"...Aku membuka ponselku dan melihat 17 pesan yang belum dibaca. Pesan terbaru dikirim lima menit lalu.[Nadia, aku di pintu masuk Kantor Catatan Sipil. Kapan kamu akan datang?]Menatap layar, aku tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.Ironis sekali.Dua puluh tujuh hari memohon, hanya untuk dibalas dengan janji "aku akan menikahimu tiga hari lagi."Dan kini, tiga hari itu telah berlalu, tapi aku bahkan tidak punya tenaga untuk merobek kebohongannya.Jari-jariku meluncur di atas nomor yang sangat lekat d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status