共有

BAB 3

作者: Rahma Amma
last update 最終更新日: 2025-08-21 17:51:26

"Yank, jam tanganku mana?" tanya Mas Ivan dengan wajah panik, aku mah tetap santai. 

"Mana aku tahu Mas," jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari kue yang sedang kusiapkan untuk dibawa. 

"Kenapa gak ada di lemari, Yank?" tanyanya dengan kesal. 

"Ya mana aku tahu, Mas!" jawabku lagi. 

"Kok, bisa nggak tahu? Kan cuma kita berdua yang tinggal di rumah ini!" ucapnya lagi seperti menuduhku yang mengambil jam miliknya. 

"Jadi maksudmu, karena hanya ada kita berdua di rumah ini terus aku yang ngambil jam kamu gitu?" tanyaku dengan marah. 

"Ya, mungkin aja kan!" jawabnya enteng. 

"Keterlaluan kamu, Mas," balasku dengan marah. 

"Buru, mana jam tanganku? Nggak kamu jual kan?" tanyanya lagi tanpa berdosa, dan jujur ingin rasanya ku jahit bibir suamiku yang asal ceplos ini. 

"Nanti kalau ketemu, pasti aku jual!" jawabku pelan. 

"Apa, Yank?" tanyanya memastikan, ia pasti tak mendengar karena suaraku memang sangat pelan. 

"Mas, sini deh!" Aku menyuruhnya mendekat dan ia menurut. 

"Lemari yang isinya barang berhargamu itu, dikunci kan?" tanyaku dengan serius, Mas Ivan mengangguk pasti. 

"Terus kuncinya selalu kamu bawa atau kamu sembunyikan di suatu tempat yang sangaaat aman kan?" tanyaku lagi, dan ia kembali mengangguk. 

"Terus kenapa sekarang kamu nuduh aku, Mas Bambang?" ucapku dengan keras tepat di telinganya dan sukses membuat wajahnya memerah karena marah. 

"Bambang, siapa Maimunah?" tanyanya terlihat kesal. 

"Kamu tuh aneh tahu Mas, setiap ada barang yang hilang pasti nuduh aku yang jual. Seandainya memang bisa, sudah dari kemarin-kemarin kujual itu barang satu lemari!" ancamku padanya. 

"Terus jam tanganku mana, Yank?" rengeknya lagi. 

"Menyebalkan!" Aku ke dalam Kamar dan membuka laci lemari di mana jam tangannya tersimpan di sana, bisa-bisanya dia lupa padahal dia sendiri yang meletakkannya di sana. 

"Ups, maafin aku ya. Aku kira kamu…." 

"Apa? Makanya jangan asal nyeplos nuduh-nuduh nggak ada bukti! Mau ku laporin karena pencemaran nama baik?" ancamku dan sukses membuatnya terperangah. 

"Sadis amat sih, Yank, masa suami sendiri mau dilaporin?" ucapnya tegang. 

Tak kuhiraukan Mas Ivan yang kini kembali sibuk dengan jam tangannya, tapi ada satu hal yang membuatku sangat bersemangat dan aku yakin dia akan sangat marah saat mengetahuinya. 

*** 

Nanda dan Ivan sudah berada di rumah Tante Erni, saat selesai do'a bersama kini mereka semua berkumpul di halaman belakang dan makan sepuasnya dengan berbagai hidangan yang telah disediakan. 

"Bang, sini dulu bentar," ucap Arka anak dari Tante Erni, Ivan segera mengikutinya ke arah kolam renang. 

"Kenapa, Ka?" tanya Ivan dengan lembut. 

"Uang yang Abang pinjam udah Abang transfer?" tanyanya, membuat Ivan kaget sekaligus bingung. 

"Uang yang mana?" tanya Ivan tak mengerti.

"Kan tadi pagi Abang bilang pinjam dua puluh juta terus mau diganti malam ini, Abang suka bercanda deh!" jawab Arka sembari tertawa, namun tawanya sukses membuat lelaki yang berada di depannya mematung. 

‘Berarti uang yang tadi pagi kupakai untuk bayar barang dan beli tas Nanda adalah uang Arka. Dan Nanda bilang kalau aku yang pinjam, terus sekarang aku harus gimana?’ batin Ivan gelisah.

"Emm, emang Nanda ya, yang bilang kalau aku yang pinjam?" tanya Ivan berpura-pura santai. 

"Enggak Bang, kan Abang sendiri yang Wa aku pakai Hp Kak Nanda," jawabnya sembari menunjukkan Ponselnya padaku. 

[Arka, ini Bang Ivan. Bisa tolong pinjam uang nggak kaya biasa? Dua puluh juta aja sih perlunya pagi ini. Soalnya ada barang datang, entar malam aku ganti sekalian kita ketemu di Rumahmu ya.] 

[Kok tumben, pakai hp Kak Nanda, Bang?] 

[Iya, Hp Abang, ketinggalan di Toko.] 

[Oke, Bang, lima belas menit lagi aku transfer ya.] 

Mata Ivan tak berkedip membaca pesan yang seolah dikirimkan olehnya sendiri. Ivan juga tak mungkin menyangkalnya, karena memang uang itu ia yang memakainya. 

‘Benar-benar Nanda sangat menjengkelkan!’ maki Ivan dalam hati.

"Jadi gimana Bang?" tanya Arka lagi membuat Ivan sadar dari lamunan. 

"Oh, iya! Besok Abang transfer ya. Untuk sekarang kamu pegang aja dulu jam tangan Abang ini," ucap Ivan seraya melepas jam tangan kesayangannya dengan berat hati, ada rasa harap semoga Arka menolaknya, namun sayangnya mata lelaki di depannya itu malah terlihat berbinar. 

"Ini jam limited edition keluaran toko Raja kan, ya?" tanyanya dengan semangat. 

"Aku sudah lama banget ngincar ini tapi selalu telat dan kehabisan!" lanjutnya lagi, sembari mengambil jam tangan itu dari tangan Ivan dan kini ia sedang menatapnya dengan penuh cinta. 

"Oh, he'eh" jawab Ivan dengan sangat berat. 

Kini Ivan hanya bisa diam mematung melihat jam itu bertengger manis di tangan kiri Arka, perih rasa hatinya.

"Mas...." Suara Nanda membuat hati lelaki dengan tubuh tinggi ideal itu mendidih, namun karena masih ada Arka di depannya, Ivan harus menahan emosi dengan kuat. 

"Eh, Kak Nanda," tegur Arka dengan senyum tampannya. 

"Ngapain kalian di sini?" tanya Nanda sembari melirik ke arah suaminya yang membalas dengan tatapan tajam. 

"Ini…." tunjuk Arka ke arah jam yang ia pakai. 

"Loh, bukannya itu Jam tangannya Mas Ivan, ya?" tanya Nanda polos seolah tak berdosa, padahal Ivan yakin istrinya itulah yang merencanakan semua ini untuk membalas dirinya.

"Iya, tapi untuk lebih jelasnya tanya Bang Ivan aja ya, Kak!" jawab Arka kemudian berlalu. 

Nanda ingin mengikuti Arka namun dengan cepat Ivan menghentikan istrinya dengan menarik tangannya. 

"Apa, Mas?" tanya Nanda bingung. 

"Kamu...." 

"Mau berantem? Entar aja di rumah! Di sini banyak keluarga!" jawab Nanda enteng kemudian melepas genggaman Ivan lalu pergi begitu saja kembali berkumpul dengan keluarganya. 

'Awas kamu ya, Nan!' Batin Ivan.

"Mas, ayo gabung!" teriaknya lagi dengan sengaja, agar Ivan tak bisa menolaknya. 

“Ternyata, sungguh sangat menjengkelkan memiliki Istri yang otaknya cemerlang seperti Nanda,” lirih Ivan hampir tak terdengar, ia terus melangkah mendekati Istrinya itu agar mereka terlihat baik-baik saja. Bagaimanapun juga, Ivan dan Nanda harus terlihat seperti pasangan yang kompak dan bahagia walaupun sebenarnya bagi Ivan sangat menyebalkan dan selalu saja membuat masalah, begitu pula sebaliknya Nandapun merasakan hal yang sama.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • AKU BUKAN ATM BERJALANMU, MAS!    BAB 18

    [Mbak, Mas Ivan lagi ada di sini, kayanya kecurigaan kita emang bener deh, Mbak, kalau dari apa yang aku lihat, kayanya Mas Ivan memang ada main sama si Irma.] Dengan mantap Inara mengirim pesan kepada kakak ipar yang disayanginya, tentu saja tak hanya sekedar kalimat, ia juga mengirimkan sebuah video berdurasi lima belas detik di mana Ivan dan Irma sedang duduk berhadapan di meja makan sambil tertawa lepas bersama. Nanda yang baru saja selesai mandi tersenyum miring melihat Video yang dikirimkan adik iparnya itu, pantas saja Ivan tak membalas pesan yang dikirimkannya sejak beberapa jam tadi rupanya lelaki itu sedang asik dengan selingkuhannya. Memilih tak membalas pesan Inara, Nanda dengan sigap bersiap, ia memakai sedikit make up dan memakai baju santai lalu dengan cepat memesan taksi online, ya tujuannya adalah ke rumah mertuanya. ‘Sepertinya bakalan seru!’ ucapnya dalam hati. Sepanjang perjalanan pikiran Nanda sedikit berkecamuk, ia merasa lelah dengan semua keadaan yang pals

  • AKU BUKAN ATM BERJALANMU, MAS!    BAB 17

    Tiga hari berlalu dengan rutinitas biasa, berusaha baik-baik saja walaupun sebenarnya retak di mana-mana. Nanda sudah pulang ke rumah dan Ivan berlaku sebagai suami pada umumnya, berangkat pagi ke toko dan pulang sore. “Assalamualaikum,” ucap Ivan masuk ke dalam rumah dan mendapati istrinya sedang asik-asikan nonton drakor sambil makan kue kering dengan lahapnya. “Waalaikumussalam, udah pulang ya, Mas?” sahut Nanda sembari mendekati suaminya itu, mengambil tangan dan mengecupnya singkat. “Enak banget ya kamu, di rumah seharian nggak ngapa-ngapain cuma ngedrakor aja sambil nyemil,” sindir Ivan, entah kenapa moodnya hari ini jelek, selain karena toko tak seramai biasanya juga karena Irma merengek dan lumayan menguras tenaga untuk membujuknya. “Loh? Terus aku harus ngapain? Kan aku mau bantu kamu ke toko tapi kamu nggak izinin, kamu bilang aku cukup di rumah aja doain kamu! Lagian ya Mas, yang kamu liat aku ngedrakor sama nyemil ini pas akunya aja lagi istirahat, sebelumnya aku nggak

  • AKU BUKAN ATM BERJALANMU, MAS!    BAB 16

    “Ma, kayanya Irma mau pulang aja ke kampung,” ucap gadis sok polos itu dengan raut wajah disedih-sedihkan. “Lah, kenapa Sayang? Memangnya ada masalah di sana?” tanya Diana kaget. “Nggak ada sih, Ma, cuma Irma ngerasa nggak enak aja di sini apalagi Inara ….” Ia berhenti sejenak, menghapus air mata yang sebenarnya memang tak pernah turun, Irma mulai memainkan perannya sebagai ratu drama. “Kenapa sama Nara?” tanya Diana mulai terdengar tak enak. “Inara kayanya nggak suka aku di sini, Ma!” lanjutnya lagi, kini gerakan tangannya dipercepat seolah air mata turun dengan banyak. “Kamu ngomong apa sih? Nggak mungkin lah Nara kaya gitu, orang dia yang ajak dan bawa ke sini, lagian ada alasan apa Nara nggak suka kamu disini?” jawab Diana tertawa kecil. “Nara ngira Irma sama Mas Ivan ada apa-apa, Ma,” sahut Irma, ia mulai sesenggukan dan jelas itu dibuat-buatnya. “Maksudnya?” Kembali Diana teralihkan dan kini sesuatu yang dianggapnya hanya lelucon menjadi topik yang cukup serius. “Kamu ke

  • AKU BUKAN ATM BERJALANMU, MAS!    BAB 15

    Tak sadar karena lelah dengan apa yang kurasakan, ternyata aku tertidur, dan satu jam hampir berlalu. Kudengar sudah tak ada suara berdebat dari luar. ‘Apa Mama sudah pulang?’ batinku. Baru saja hendak membuka pintu, samar aku mendengar seperti ada suara tapi sangat jauh, sepertinya dari depan, dan aku membuka pintu sangat pelan. Kulihat Mas Ivan membuka pintu hanya sedikit saja, ia terlihat sedang berbicara dengan seseorang dari luar, aku penasaran dan langsung keluar. “Siapa Mas?” tanyaku yang ternyata membuatnya sangat terkejut, dan tentu saja ekspresinya itu membuatku curiga. “Orang salah alamat!” jawabnya terlihat salah tingkah. “Oh ya? Nyari siapa dia?” tanyaku lagi, kali ini aku berniat keluar melihat secara langsung tapi alangkah terkejutnya lagi aku ketika tubuhku ditarik dan masuk dalam pelukan Mas Ivan. “Maaf,” lirihnya, membuatku terpaku sejenak. Tak ada perasaan nyaman seperti dulu saat pelukan dari lelaki ini adalah tempatku berpulang dan merasa aman, kali ini se

  • AKU BUKAN ATM BERJALANMU, MAS!    BAB 14

    Irma seorang gadis desa yang terlihat lugu dan sederhana, namun pepatah jangan melihat buku dari sampulnya saja itu berlaku pada gadis ini, nyatanya keluguan diluar tak sesuai dengan kelicikan yang sudah mendarah daging di dalam dirinya. Otak cerdas yang dianugerahkan Tuhan untuknya malah ia jadikan sebagai pencipta ide-ide jahat yang mengalirkan pundi-pundi uang ke rekeningnya dan kehidupannya selama ini, dengan bermodalkan kisah sedih keluarga yang kurang mampu, kuliah dari beasiswa, dan orang tua yang sudah ringkih dan tak mampu mencari uang lagi menjadikannya sebagai pusat perhatian semua orang termasuk Inara dan keluarganya yang kini sudah masuk ke dalam perangkapnya. Tapi apa mungkin waktu seminggu mampu mendekatkan seorang lelaki dengan gadis yang baru saja dikenalnya, bahkan kini mereka terlihat seperti pasangan kekasih yang dimabuk cinta. Tentu saja tidak! Enam bulan yang lalu saat Ivan sedang mengunjungi Inara di kota dimana adik perempuannya itu sedang menimba ilmu di saat

  • AKU BUKAN ATM BERJALANMU, MAS!    BAB 13

    “Assalamualaikum, Bun,” ucap Nanda dengan lembut setelah telepon tersambung. “Waalaikumussalam, kenapa Sayang?” tanya Bunda Nanda tak kalah lembut dan penuh kasih dari putri kesayangannya. “Bun, sekarang Nanda lagi ada di rumah Nanda, ini Nanda sama Mas Ivan lagi ada masalah yang kayanya butuh Bunda di sini,” ucap Nanda serius, membuat Ivan dan Diana saling berpandangan dan tanpa pikir panjang Ivan menarik paksa ponsel Nanda dan mengambil alih telepon, ia kira istrinya itu hanya membentak dan mengancam saja tapi ternyata Nanda tak main-main telepon benar-benar tersambung dan suara lembut di seberang sana membuat jantung Ivan berdebar kencang. “Masalah apa, Nan? Kok ….” “Assalamualaikum Bunda, ini Ivan, maaf ya Bun ngagetin Bunda, Nanda lagi PMS jadi agak sensitif sampai nelepon Bunda padahal kami cuma lagi debat kecil biasa, Bun, hehehe,” potong Ivan cepat, ia berusaha berbicara dengan sesantai mungkin agar tidak membuat ibu mertuanya itu curiga kalau mereka memang sedang sangat t

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status