Aku Dan Pengkhianatan Suamiku

Aku Dan Pengkhianatan Suamiku

Oleh:  OptimisNa_12  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
16Bab
739Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah suamiku menikah lagi, aku adalah musuh dalam selimut untuknya dan keluarganya. *** Nana, wanita yang dikhianati suaminya tanpa alasan yang jelas. Padahal, selama membangun rumah tangga bersamanya, suaminya yang bernama Indra itu selalu bersikap manis padanya. Bahkan, Indra masih bisa bersabar ketika istrinya tak kunjung diberikan anak. Lantas, apa yang membuat pria itu menikah lagi? Bahkan, tanpa sepengetahuan istrinya? Bukan hanya karena diduakan, yang akhirnya membuat Nana memutuskan untuk membalas perbuatan suaminya itu. Terlebih selama menikah dengan Indra, membuat Nana secara tidak langsung mendapatkan siksaan batin dari ibu mertua dan adik iparnya. Lantas, akankah Nana berhasil membalaskan rasa sakitnya? Ikuti terus ceritaku ini, yaa ... *Happy reading dan tetap utamakan baca Alqur'an ygy ...*

Lihat lebih banyak
Aku Dan Pengkhianatan Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
16 Bab
Suamiku Ijab Qobul
Bab 1 Suamiku Ijab Qobul"Kondangan?" tanyaku pada suamiku, Mas Indra yang sedang bersiap di depan cermin lemari."Iya. Di ajak Ibu," balasnya melihat ke arah ku dari cermin di depannya."Kenapa mendadak? pekerjaan rumah kan belum selesai," kata ku seraya mendekati Mas Indra yang kini telah menyelesaikan akivitasnya.Mas Indra mengubah posisinya menghadap ke arahku. "Maaf ya, Na, kata Ibu cukup Mas aja yang mewakili. Jadi, kamu gak perlu ikut," ujar Mas Indra.Ada rasa menjanggal. Karena biasanya, acara apapun yang dihadiri Mas Indra pasti ia mengajak diriku. Sekalipun acara itu ibunya yang mengajak. Aku tak pernah absen meskipun ibu mertuaku itu tak menyukai keberadaanku."Ini kan Mas juga cuma diminta buat nemenin Ibu aja. Maaf, ya," ucap Mas Indra lagi, lalu mengecup keningku.Aku hanya bisa terdiam tanpa memberi respon. Meski merasa janggal, namun aku mencoba mengabaikan kecurigaanku itu. Mas Indra tak mungkin mengkhianatiku.Kami sudah menikah selama tiga tahun. Meski belum diber
Baca selengkapnya
Peringatan Dari Ibu Mertua
Bab 2 Peringatan Dari Ibu Mertua"Saya terima nikah dan kawinnya Tiyem Lestari binti Suparman dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas 10 gram dibayar tunai.""Bagaimana para saksi?" Sah?""Sah!"Tubuhku seketika terasa lunglai disaat terdengar jelas prosesi ijab qobul yang dilakukan Mas Indra, suamiku. Perlahan aku pun memundurkan langkahku dan berbalik berjalan dengan gontai meninggalkan gedung dengan perasaan hancur sekaligus tak percaya. "Loh, bukannya itu Nana, istrinya Indra?" bisik orang-orang saat aku melewati mereka. "Aku pikir dia ada di sana sama mereka. Duh, kasihan, ya."Aku terus berjalan di tengah bisikan orang-orang yang menatapku iba. Ku abaikan mereka demi kebaikan hatiku. Tubuhku tergoncang hebat dan tangisanku semakin menjadi-jadi ketika aku sampai di dekat motor milik Ayuk. Aku terlambat. Mas Indra telah menikah lagi dengan wanita yang juga aku kenal.Tiyem Lestari, atau yang bisa dipanggil Tiyem, dia adalah pemilik salon yang berada di salah satu ruko
Baca selengkapnya
Bantuan dari Bu Intan
Bab 3 Bantuan Dari Bu Intan Tak perlu menunggu lama, balasan dari Ayuk pun datang. [Besok ya kita ketemu bos ku] [Iya, siap] Tak henti-hentinya aku berucap syukur. Lalu meminta hatiku untuk berhenti merasa sakit. Karena dengan bantuan Bu Intan, semoga saja apa yang aku usahakan ini akan menjadi langkah awal diriku memulai kehidupan baru yang lebih baik. Serta menjadi jalan untuk ku membalikkan kehidupan orang-orang licik seperti mereka. ***"Nana!" Aku terperanjat mendenger panggilan dari Bu Ria. Segera aku menemui ibu mertuaku itu yang kini sedang sibuk menghitung uang di meja kasir. Yaa begitulah. Meski kesehariannya sama dengan ku, tetapi wanita yang telah melahirkan Mas Indra itu hanya menghabiskan waktunya duduk manis di depan meja kasir. Jarang sekali ia membantuku sekalipun keadaan warung sedang ramai-ramainya. "Iya, Bu?" tanyaku. Tanpa menoleh dan tetap sibuk dengan lebaran-lebaran rupiahnya, ibu mertuaku itu pun berkata," Bu Intan pesen dua mie ayam. Cepet kamu buatk
Baca selengkapnya
Izin Pulang Kampung
Bab 4 Izin Pulang Kampung"Iyaa ...," jawabku dengan suara lemah. Lantas berjalan ke arah gerobak yang tak jauh dari ku seraya menatap tajam ke arah Mas Indra yang malah ikut memerintah ku dan bukannya membantuku. Di momen itu, aku melihat jelas perubahan suamiku. Wajar, mungkin karena sekarang bukan aku lagi yang mengisi hatinya. Tak apa, toh, setelah ini aku akan berpisah dengannya. "Tunggu saja, Mas. Pernikahan keduamu ini adalah langkah awal menuju kesuksesanku."Dengan perasaan yang harus dipaksa untuk kuat, aku mengantarkan pesanan untuk Tiyem dan lainnya. "Permisi, Mbak," ucapku seraya meletakkan satu per satu mangkok bergambar ayam jago di atas meja. "Makasih, ya, Na," balas Tiyem sambil mengembangkan senyumannya. Betul-betul merasa tak bersalah pada ku. Aku menyunggingkan senyumku. "Iya, Mbak.""Oya, kamu gabung sekalian aja, soalnya kan aku mau bahas kerja sama antara salonku sama warungnya Bu Ria," ujar Tiyem yang membuatku terheran-heran. Kerja sama? kerja sama apa y
Baca selengkapnya
Usaha Sendiri Mulai Berdiri
Bab 5 Usaha Sendir Mulai BerdiriTanpa berkata lagi, Bu Ria lantas meninggalkan ku. Jelas sekali raut wajahnya tampak kesal sekaligus khawatir. Sebab, dengan apa yang barusan aku sampaikan, hal itu pasti membuat Bu Ria takut lantaran akan ada orang yang menyaingi usahanya."Ini baru awal, Bu," batinku. Menatap ibu mertuaku yang dilanda kegelisahan.***Di pagi harinya, ketika fajar mulai menampakkan sinarnya, aku telah bersiap untuk menjalankan rencanaku hari ini. Dengan berpura-pura akan balik ke kampung halamanku, yang padahal sebenarnya akuingin menemuiseseorang untuk kumintai bantuannya."Aku pamit, ya, Mas," kataku saat melewati Mas Indra yang baru saja keluar dari kamar mandi."Loh, sepagi ini kamu berangkatnya?" tanya Mas Indra heran. Langkahku pun terhenti seketika."Iya, biar gak macet di jalan. Lagian kan jauh. Dah, ya, aku pergi. Assalamualaikum." Aku kembali melanjutkan langkahku."Gak salim dulu?!" tanya Mas Indra sedikit berteriak. Namun, aku abaikan karena memang tak
Baca selengkapnya
Persaingan Dimulai
Bab 6 Persaingan Dimulai "Udah, jangan nangis lagi. Sekarang waktunya kamu berjuang," papar Rika. "Iya, makasih, ya."Sebelum pulang, aku dan Rika kembali membahas bagaimana kedepannya aku akan menjalankan usaha ku ini. Karena bagaimanapun aku tetap harus bekerja di warung mie ayam milik Bu Ria. Sedangkan, untuk juru masak di warung ku sendiri aku belum mendapatkannya. Di tengah-tengah kebingungan yang sedang melanda, tiba-tiba Rika bersuara. "Tetep kamu yang masak, Na. Kan, untuk ayamnya gak tiap hari masak, to? Jadi kedepannya bisa lah diakalin. Dan untuk pelayannya nanti biar aku minta dua pekerja ku bantu di sini. Lagian kan sekarang kita parnert kerja," kata Rika lalu menyunggingkan senyuman. Mendengar apa yang dikatakan teman baik ku itu, sontak membuat semangat ku kembali terbakar. Aku kembali bersemangat untuk bisa membangun usaha ku kali ini. Sampai akhirnya Aku dan Rika mengurungkan niat kami untuk pulang. Kami memutuskan untuk pergi ke pasar guna membeli kebutuhan bah
Baca selengkapnya
Kedatangan Bu Ria di Warung Nana
Bab 7 Kedatangan Bu Ria Di Warung Nana Sementara aku, merasa mood-ku mulai kembali setelah mendengar semangat yang disebarkan oleh teman baikku itu. Lalu bersiap di depan gerobak untuk meracik pesanan dari pelanggan pertama. Dari depan tungku, netra ku terus saja memperhatikan mobil yang baru saja terparkir. Dan setelah pemilik mobilnya itu turun, betapa terkejutnya aku ketika mengetahui siapa orang tersebut. Dia adalah ... Bu Intan. Aku benar-benar tak menyangka kalau pelanggan pertamaku adalah Bu Intan. Tentu saja mendapati hal demikian, aku akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk wanita yang sudah membantuku itu. Bu Intan berjalan dengan elegan memasuki warung. "Assalamualaikum, Nana," sapa Bu Intan sambil tersenyum. "Wa'alaikumsalam, Bu Intan ...," balasku ramah seraya mengulas senyum manis ke arah wanita yang cukup berjasa untuk ku itu. "Tolong buatin dua puluh porsi mie ayam bakso, ya," pesan Bu Intan. Kedua mataku terbuka lebar seketika. "Du-dua puluh, Bu?" balasku
Baca selengkapnya
Diminta Pulang
Bab 8 Diminta PulangDengan memasang wajah tegap, Rika berkata, "memangnya ada urusan apa sampai mencari pemilik warung ini? Ada masalah kah?" Rika menatap tajam ke arah Bu Ria.Setelah mendapat balasan demikian, aku pikir ibu mertuaku itu akan menciut nyalinya. Tapi ternyata aku salah. Malah, Bu Ria bertindak di luar sangkaan ku yang membuatku tercengang. "Awas kamu!!" peringat Bu Ria dengan dua bola matanya yang hampir keluar. Lalu, meludah di depan Rika dan pergi dengan angkuhnya.Di momen itu, aku melihat sahabatku itu hanya bergeming sambil menatap dua wanita set*n itu pergi. Mungkin Rika terlalu syok lantaran baru kali ini ada orang yang meludah di depannya, yang mana hal itu bukanlah tindakan yang baik."Astaghfirullah ... ternyata sejahat itu ibu mertuaku," ucapku melihat sikap kasar dari Bu Ria.Aku tak pernah menyangka kalau wanita yang telah melahirkan suamiku itu rupanya bisa sekasar itu pada orang lain. Sekarang, aku sadar bahwa Bu Ria bukan hanya orang yang jahat, namun
Baca selengkapnya
Menjalankan Perintah Ibu Mertua
Bab 9 Menjalankan Perintah dari Ibu Mertua  "Halah! Kamu tuh tau apa soal usaha. Ibu itu minta kamu pulang buat ngerjain sesuatu. Bukan nasehatin Ibu!" balas Bu Ria ketus.  "Ngelakuin sesuatu? Apa, Bu?" jawab ku yang sedikit terkejut sekaligus penasaran. Jangan-jangan, ibu mertuaku itu meminta ku untuk ....  "Jangan bilang Ibu mau Nana pergi ke warung baru itu terus taruh kecoa mati lagi," tebak ku.  "Hus! Ngawur kamu!" tegur Bu Ria tak terima.  Aku terheran, ternyata tebakan ku salah. Lantas, apa yang dimaksud ibu mertuaku itu?  "Ibu itu cuma minta Mbak Nana buat pergi ke warung baru itu!" timpal Jamilah dengan muka sinis nya.  Hah? Aku tercengang mendengar perkataan adik iparku barusan. Apa aku tak salah dengar? Ya kali wanita tua itu memintaku pulang hanya untuk mendatangi warung baru yang katanya adalah saingan bisnisnya itu.  Lagipu
Baca selengkapnya
Nana Mau Jujur?
 Bab 10 Nana Mau Jujur?   "Lagian, tumben kamu di sini, Mas? bukannya ini masih jam kerja, ya?" tanyaku. Mencoba mengalihkan pembicaraan sekaligus mencari jawaban atas rasa penasaranku.    Mendengar pertanyaan yang aku ajukan barusan, membuat perubahan raut wajah Mas Indra terlihat jelas. Suamiku itu tampak gugup seolah bingung memberikan jawaban yang tepat. Tentu karena hal tersebutlah yang membuatku merasa curiga kalau pasti ada yang sedang disembunyikan dari pria yang menikahi ku beberapa tahun silam itu.    "Kenapa, Mas? sakit? apa dipecat?" tanyaku lagi.   
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status