Bayi Miliarder Yang Tak Terduga

Bayi Miliarder Yang Tak Terduga

last updateLast Updated : 2025-05-06
By:  MiarosaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
111Chapters
349views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Hidup Brisa berubah drastis setelah sebuah kesalahan medis membawanya hamil meskipun masih perawan. Demi nama baik keluarga, ia pun dipaksa menikah dengan pria pilihan orang tuanya, seorang miliarder, pemilik perusahaan Hendratama Grup. Lantas, bagaimana nasib Brisa? Lalu, apa tanggapan sang miliarder jika tahu ini semua?

View More

Chapter 1

Bab 1. Hamil

Ruangan itu terasa sesak oleh keheningan yang mencekam. Tatapan tajam Pak Aryan menusuk Brisa, membuat gadis itu semakin menunduk. Wajah Bu Tara yang biasanya lembut kini tampak murung, matanya berkaca-kaca.

"Brisa, siapa laki-laki itu?" Suara Pak Aryan menggelegar, memecah keheningan.

Brisa terisak, tubuhnya gemetar hebat. "Pa... Papa, aku nggak tahu."

"Tidak tahu? Bagaimana bisa tidak tahu, Brisa?" Pak Aryan semakin marah.

"Kamu sudah melakukan hal memalukan seperti ini, tapi masih berani bohong!"

"Papa, aku beneran nggak tahu. Aku belum pernah... belum pernah tidur sama siapa-siapa." Suara Brisa teredam oleh isakannya.

Pak Aryan tertawa sinis. "Jangan berbohong lagi, Brisa! Kamu hamil? Kamu pikir Papa bodoh? Hasil medical check up menyatakan kamu hamil."

"Papa, aku... aku nggak bohong!" Brisa memohon, air matanya mengalir deras.

Bu Tara mendekat, mengelus bahu Brisa. "Brisa, coba ingat-ingat lagi. Mungkin kamu lupa?"

Brisa menggelengkan kepala putus asa. "Bu, aku udah berusaha ingat, tapi aku beneran nggak tahu. Aku juga nggak ngerti kenapa bisa kayak gini."

"Sudahlah, Bu. Percuma kita tanya lagi. Dia jelas-jelas sudah mempermalukan kita!" Pak Aryan memotong ucapan istrinya.

"Papa, jangan marah sama Brisa. Mungkin ada penjelasan lain," Bu Tara membela anaknya.

"Penjelasan apa lagi? Dia hamil di luar nikah! Ini sudah jelas-jelas aib bagi keluarga kita!" Pak Aryan membentak.

Brisa semakin terisak. Hatinya hancur melihat ayahnya yang biasanya penyayang kini begitu marah padanya.

"Brisa, kalau kamu tidak mau mengaku, jangan salahkan Papa kalau Papa bertindak keras!" ancam Pak Aryan.

Brisa semakin ketakutan. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia hanya ingin semua ini segera berakhir.

"Brisa, coba kamu ingat-ingat lagi. Mungkin ada sesuatu yang terlewatkan. Jangan sampai kamu menutup-nutupi kebenaran," bujuk Bu Tara.

Brisa menghela napas panjang. Ia memejamkan mata, berusaha mengingat-ingat semua kejadian yang pernah dialaminya. Namun, otaknya terasa kosong. Ia benar-benar tidak bisa mengingat apapun kalau ia pernah tidur dengan seorang pria, karena ia memang tidak pernah melakukannya.

"Sudah, Bu. Percuma kita bicara dengannya. Dia tidak akan pernah jujur!" Pak Aryan memotong ucapan istrinya lagi.

"Papa, aku mohon, jangan marah sama Brisa." Bu Tara memohon.

Brisa semakin merasa terpuruk. Ia merasa dirinya tidak berguna dan sudah mengecewakan semua orang yang menyayanginya.

Bunga rampai yang biasa menghiasi ruang keluarga kini tampak layu. Aroma harum yang dulu menenangkan, kini terasa mencekik. Brisa masih terisak di sudut ruangan, tubuhnya gemetar hebat. Tatapan Pak Aryan semakin tajam, bagai elang yang siap menerkam mangsanya.

"Brisa, masuk ke kamarmu sekarang juga!" perintah Pak Aryan dengan suara bergetar menahan amarah.

Brisa menggeleng lemah, air matanya semakin deras.

"Jangan bantah, Brisa!" Pak Aryan menunjuk pintu kamar.

Dengan langkah gontai, Brisa berjalan menuju kamarnya. Pintu dibanting keras dari dalam. Brisa memeluk lututnya, tubuhnya terkulai lemas di atas ranjang.

Bu Tara menghampiri suaminya, berusaha menenangkan. "Aryan, jangan terlalu keras pada Brisa."

Pak Aryan menghela napas kasar. "Bagaimana aku tidak marah, Bu? Dia sudah mempermalukan kita!"

"Tapi, Aryan, kita harus mencari solusi yang terbaik. Kita tidak bisa terus-menerus menyalahkan Brisa."

"Solusi apa yang bisa kita ambil? Perjodohan dengan keluarga Hendratama sudah di depan mata. Bagaimana kalau mereka tahu tentang ini? Brisa akan menjadi bahan tertawaan!"

Bu Tara terdiam. Ia tahu suaminya sangat gengsi. Nama baik keluarga adalah segalanya baginya.

"Aku akan bicara dengan keluarga Hendratama," ujar Bu Tara pelan.

Pak Aryan menggeleng tegas. "Tidak! Jangan pernah!"

Bu Tara merasa putus asa. Ia tidak tega melihat anaknya menderita. Beberapa hari kemudian, Brisa tetap dikurung di kamarnya. Ia hanya keluar untuk makan, kerja, dan mandi, itupun sambil diawasi oleh pembantunya.

Sementara itu, Pak Aryan terus memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalah ini. Ia tidak ingin perjodohan dengan keluarga Hendratama batal, namun di sisi lain, ia juga tidak tega melihat anaknya menderita.

"Aryan, aku sudah memikirkannya matang-matang," ujar Bu Tara suatu siang. "Kita harus jujur pada keluarga Hendratama."

Pak Aryan menatap istrinya dengan tajam. "Apa maksudmu?"

"Kita harus memberitahu mereka tentang keadaan Brisa. Kita tidak bisa terus-menerus menyembunyikan kebenaran."

Pak Aryan menggelengkan kepala. "Tidak, Bu. Aku tidak mau nama baik keluarga kita tercemar."

"Tapi Aryan, kita tidak bisa terus-menerus berbohong. Kebenaran akan terungkap juga."

Pak Aryan terdiam. Ia tahu istrinya benar. Namun, egonya masih sangat besar. Ia tidak ingin kehilangan muka di hadapan masyarakat.

Bu Tara menghela napas panjang. Ia tahu suaminya akan sulit untuk menerima kenyataan ini.

***

Cahaya matahari sore menyinari kamar Brisa, menembus celah tirai. Brisa terbangun dengan perasaan berat. Pikirannya berkecamuk memikirkan masa depannya yang tak menentu. Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka dan Pak Aryan masuk.

"Ada apa lagi, Pa."

"Ada yang ingin Papa bicarakan denganmu," ujar Pak Aryan dengan nada serius.

Brisa terduduk di tepi ranjang, matanya menatap ayahnya dengan penuh tanya.

"Tentang perjodohanmu dengan keluarga Hendratama, Papa sudah memutuskan...."

Hati Brisa berdebar kencang. Ia sudah menduga pembicaraan mereka akan mengarah ke sana.

"...Papa tetap akan melanjutkan perjodohan ini, meskipun sekarang kamu sedang hamil," sambung Pak Aryan tegas.

Brisa tertegun. "Tapi, Pa, aku...."

"Dengar, Brisa," potong Pak Aryan. "Ini demi kebaikan kita semua. Keluarga Hendratama adalah keluarga yang sangat baik. Anaknya juga orang yang sukses dan bertanggung jawab. Dia akan menjadi suami yang baik untukmu dan akan menyelamatkan rasa malu kita, karena kamu hamil di luar nikah."

"Tapi, Pa, aku tidak mencintainya," ucap Brisa lirih.

"Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, Brisa," jawab Pak Aryan.

"Lagipula, kamu akan memiliki segalanya. Kehidupan yang nyaman, keluarga yang baik, dan masa depan yang cerah."

"Mereka akan tahu kalau aku hamil," ucap Brisa dengan suara bergetar.

"Selama perutmu belum membesar, mereka tidak akan tahu. Itu sebabnya kamu harus cepat menikah."

"Aku tidak ingin membohongi siapapun, Pa," jawab Brisa. "Aku tidak bisa menikah dengan seseorang yang tidak kucintai, apalagi dalam keadaan seperti ini."

"Ini jalan satu-satunya agar kita tidak malu. Ini salahmu tak bisa jaga diri."

Seberapa pun usaha Brisa untuk memberitahu ayahnya, bahwa ia belum ada satu pun pria yang menyentuhnya, ayahnya tak akan pernah percaya, bahkan kehamilannya masih jadi misteri.

"Kamu pikir dengan memberitahu mereka tentang kehamilanmu, masalah akan selesai?" bentak Pak Aryan. "Kamu akan menjadi bahan tertawaan orang! Nama baik keluarga kita akan hancur!"

"Lalu, apa yang harus aku lakukan, Pa?" tanya Brisa putus asa.

"Kamu akan tetap menikah dengan salah satu putra keluarga Hendratama," tegas Pak Aryan. "Dan kamu akan merahasiakan kehamilanmu. Anak itu akan menjadi anak suamimu. Tidak ada yang akan tahu tentang ini."

"Tidak, Pa! Aku tidak mau berbohong!" bantah Brisa.

"Kamu tidak punya pilihan lain, Brisa," ucap Pak Aryan. "Ini demi kebaikanmu dan anak yang sedang kamu kandung. Apa kamu ingin anakmu nanti tak punya ayah?"

"Bagaimana dengan masa depanku, Pa? Aku ingin melanjutkan kuliah di Inggris," ucap Brisa dengan suara bergetar.

"Luar negeri? Lupakan saja! Kamu sudah tidak bisa kuliah lagi dalam keadaan hamil di luar nikah," tegas Pak Aryan.

Brisa merasa dunianya runtuh. Semua mimpinya hancur dalam sekejap.

Pak Aryan menatap Brisa dengan tatapan tajam. "Kamu sudah tidak punya pilihan lain, Brisa."

Brisa menangis sejadi-jadinya. Hatinya hancur berkeping-keping dan terjebak dalam situasi yang sulit.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
111 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status