Aria memiliki segalanya. Paras yang cantik. Karier yang bagus, tapi hanya satu yang dia tak miliki yaitu cinta tulus. Wanita cantik yang mengalami patah hati luar biasa itu memutuskan untuk tidak menikah. Kekasih yang dia anggap sebagai tambatan terakhirnya, malah tega berselingkuh dengan sahabat baiknya. Dunia Aria seketika itu juga runtuh, akibat pengkhiatan sang kekasih. Hingga suatu saat, di kala dia sudah tak ingin terlibat percintaan, ide gila muncul dalam otaknya. Ide gila yang dimaksud adalah membeli benih dari seorang gigolo. Namun, hal tergila adalah Aria salah mengenali gigolo yang dia sewa. Harusnya malam itu dia menghabiskan malam dengan gigolo yang dia sewa, tapi sialnya dia malah menghabiskan malam dengan seorang billionaire yang begitu berpengaruh di dunia. Ethan Reynolds, seorang billionaire tampan itu menjadi teman tidur Aria. Tentu ini semua mengakibatkan dunia Aria berubah total. Kesalahan satu malam membuat Aria terjebak di dalam lingkaran api. Lantas, bagaimana kisah Aria dan Ethan? Kisah mereka dimulai dari kesalahan yang seharusnya tak terjadi.
Lihat lebih banyakGemerlap lampu diskotik berpendar menyilaukan mata. Dentum musik DJ menghentak cepat diikuti debar jantung yang mulai naik. Seorang wanita cantik bernama Aria hampir terkapar di sofa paling dekat dengan area lantai dansa yang ada di kelab malam itu.
Rambut panjang wanita cantik itu jatuh terurai menutupi paras cantiknya. Tampak jelas pipinya merona merah efek dari alkohol yang baru dia tengguk. Ya, dia terlihat payah dalam hal meminum alkohol.
“Pria sialan! Mati saja kau!” Suara Aria meracau cukup keras, tetapi disinilah tempat semua orang melepas penat yang mereka bawa dari dunia luar. Pengunjung lain yang berpasangan di kelab malam itu sekilas melirik Aria yang duduk seorang diri, lalu berakhir tidak peduli.
Aria menertawakan dirinya yang begitu bodoh. Dia merasa seperti pecundang yang lemah. Wanita cantik itu baru saja mendapatkan pengkhianatan luar biasa dari kekasih dan sahabat baiknya. Terdengar konyol, tetapi itu fakta yang dia dapatkan.
Aria yang selama ini terlalu polos, ditipu habis-habisan oleh dua orang yang sangat berarti di hidupnya. Kekasih dan sahabat baiknya tega menusuknya dari belakang. Bayangkan saja dia harus mendapatkan kenyataan pahit kekasihnya berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri.
“Pergilah kalian ke neraka!” racau Aria lagi seraya terus menenggak minuman beralkohol tinggi. Kepala yang terasa pecah, hanya bisa diatasi dengan dirinya yang minum alkohol. Tidak peduli dengan apa pun.
Rasa marah dan dendam bersemayam di dalam dirinya. Andai saja dalam kondisi mabuk seperti ini ada kekasih dan sahabatnya, sudah dipastikan botol vodka yang ada di depan Aria sudah terlempar ke kepala kekasih dan sahabat baiknya itu.
Ari mengatur napasnya, dan berhenti sejenak minumdi kala rasa pusing mulai mendominasi dirinya. Wanita cantik itu berusaha keras mengumpulkan fokusnya, menatap satu per satu wajah pengunjung dengan mata memincing.
“Ah, tidak ada waktu untuk memikirkan sampah seperti mereka, Aria. Lebih baik kau fokus pada tujuan utamamu,” gumam Aria, dengan senyuman samar di wajahnya serta menunjukkan tekad kuat dalam menjalankan aksinya. “Tunggu, sepertinya itu pria yang aku beli,” lanjutnya dengan sorot mata menatap sosok pria tampan yang baru saja muncul.
Aria bangkit berdiri, dan berjalan dengan susah payah menghampiri pria tampan yang baru saja muncul. “Hey, akhirnya aku menemukanmu,” ucapnya meracau mabuk.
Pria tampan itu mengerutkan keningnya, menatap Aria dengan tatapan dingin tersirat penuh ketegasan. Namun, dia tetap memilih diam membiarkan Aria menyelesaikan ucapan padanya.
“Aku sudah dari tadi menunggumu. Maaf, aku tadi minum sebentar.” Aria dengan berani, berjinjit dan melingkarkan tangannya keleher pria tampan itu. “Aku sudah berdiskusi pada temanku untuk bayaranmu, dan aku setuju,” lanjutnya berbisik serak sensual.
Pria tampan itu semakin tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Aria. “Kau—”
“Ssssst, jangan banyak bertanya. Aku sudah tidak sabar!” Aria dengan berani melumat bibir pria tampan itu, hingga sang pria tampan membeku terkejut. Detik selanjutnya, dia langsung menarik tangan pria tampan itu, membawa pergi meninggalkan kelab malam.
Hotel yang tak jauh dari kelab malam itu menjadi saksi di mana Aria telah bertindak gila. Wanita cantik itu membawa seorang pria ke dalam sebuah kamar hotel cukup bagus.
“Ini pertama kalinya untukku, tolong main dengan pelan,” ucap Aria seraya melingkarkan tangannya ke leher pria tampan itu lagi di kala tiba di dalam kamar hotel. “Aku sudah setuju dengan bayaranmu, jadi kau harus setuju dengan aturanku.”
Pria tampan itu tersenyum samar mendnegar apa yang dikatakan Aria. “Ah, maksudmu kau belum pernah merasakan seks hebat?” bisiknya serak, dan sensual.
Aria mengangguk dengan tatapan sayu akibat mabuk yang masih menguasainya. “Ya, aku belum pernah. Aku ingin melampiaskan semua sakitku malam ini. Tolong puaskan aku, dan pastikan kau harus buang spermamu di dalam rahimku,” bisiknya lagi menuntut.
Pria tampan itu menarik dagu Aria, mendekatkan bibir wanita itu ke bibirnya. “Kenapa kau ingin aku membuang spermaku di rahimmu, hm?”
“Karena itu adalah perintah! Segera lakukan yang aku mau!” Aria langsung menyambar bibir pria tampan itu, dan dengan liarnya dia mulai melucuti pakaian sang pria tampan.
Pria tampan itu awalnya diam tak merespon di kala Aria mencium bibirnya dengan liar. Namun, dia adalah pria normal. Pun wanita di depannya itu memiliki paras yang luar biasa cantik. Detik itu juga yang dilakukannya adalah membalas ciuman Aria dengan tak kalah liar.
“Akh!” Aria mendesah di kala ciuman pria tampan yang dia bayar menemani malamnya itu ternyata sangat hebat dalam berciuman.
Perlahan, tubuh Aria mulai terbaring di ranjang empuk hotel, dan satu per satu kini helaian benang di tubuhnya telah dilucuti dengan pria tampan itu. Pemanasan semakin menggelora, membuat Aria menggila merasakan sentuhan dahsyat itu pertama kalinya.
“Aku akan pelan,” bisik pria tampan itu, dan mulai menyatukan miliknya ke dalam milik Aria, dengan perlahan.
Aria menjerit kesakitan dan pria tampan itu membungkamnya dengan sebuah ciuman. Dia merasakan sakit di bagian bawahnya, tetapi karena kepandaian pria tampan itu dalam permainan, rasa sakit yang dirasakan mulai memudar dan digantikan dengan rasa nikmat.
Malam panjang membuat Aria sadar bahwa dirinya telah melewati batas berbahaya. Dia membayar seorang gigolo tampan dari salah satu orang yang dia percayai. Namun, sepertinya dia tak sadar bahwa malapetaka semua dimulai dari sini.
Keesokan hari, Aria terbangun dalam keadaan tubuh polosnya terbalut oleh selimut tebal. Dia mengerjap beberapa kali, merasakan sakit di inti tubuh bagian bawahnya. Dia menoleh ke samping menatap punggung kokoh seorang pria. Ingatannya lansung mengingat dirinya membayar seorang gigolo.
Aria menghela napas dalam, dan langsung menyambar ponselnya yang ada di atas meja. Dia melirik ke layar ponsel dan ada banyak panggilan tak terjawab dari orang yang dia minta untuk mencarikan gigolo. Pun ada satu pesan masuk. Dia segera membuka pesan itu dan membaca singkat.
{Aria, maaf sekali. Gigolo yang aku pesan ternyata tadi malam tidak jadi datang, karena ada urusan pribadi. Sebagai permintaan maaf, dia ingin menjadwalkan ulang bertemu denganmu. Apa kau mau? Jika kau setuju, segera beri tahu aku.}
Bagai tersambar petir, raut wajah Aria berubah, dan pancaran matanya berkilat terkejut membaca pesan singkat dari orang yang dia percayai mecarikan gigolo untuknya. Tangannya sampai gemetar memegang ponselnya. Tatapannya melirik ke samping, melihat pria yang tadi malam menghabiskan malam dengannya tidur di sampingnya. Detik itu juga, jantung Aria seakan ingin berhenti berdetak.
J–jika bukan dia gigolo yang aku bayar? Lalu, dia siapa? gumam Aria dalam hati, dengan raut wajah yang menunjukkan jelas kegelisahan bercapur ketakutan di dalam dirinya.
Aria terdiam sejenak mencerna perkataan Rachel dengan baik. Tak menampik ada rasa kesal yang menyelinap di dalam dirinya. Namun, dia tak mungkin menunjukkan itu. Dia tetap tenang, meski tuduhan keji telah terlontar padanya.“Kau memercayai omong kosong itu?” tanya Aria sambil melihat kebingungan yang muncul di wajah Rachel.Rachel menggaruk tengkuk lehernya, menunjukkan kebingungan antara percaya atau tidak. “Hm, aku bingung, Aria. Yang aku tahu kau kan baru patah hati. Kekasihmu berkhianat dengan sahabatmu. Tapi, sekarang ada yang membicarakanmu buruk. Sebenarnya aku tidak enak untuk mengatakan itu, tapi banyak desas desus buruk. Jadi, menurutku lebih baik aku cerita padamu, Aria.”“Aku tidak menyalahkanmu, Rachel. Menurutku sangat wajar kalau orang berpikir buruk tentangku. Mungkin artinya karier-ku cukup berkembang pesat, hingga banyak orang menaruh rasa curiga. Yang aku minta kau tolong tidak usah berpikir macam-macam,” ujar Aria, dengan nada lembut, menenangkanRachel tak langsun
Voucher liburan yang diberikan Ethan Reynolds adalah Aria menemani pria itu ... di ranjang. Well, ini memang sudah tak waras. Namun, ini tak sepenuhnya salah Ethan. Sebab, Aria dan Ethan telah memiliki kesepakatan saling menguntungkan satu sama lain.Fakta tentang Ethan mengingat semuanya jelas mengejutkan Aria. Akan tetapi, semesta telah menyusun seperti ini. Pun Aria sudah masuk ke dalam lingkaran api yang sulit membuatnya untuk pergi. Tak ada jalan untuk mundur, hal satu-satunya yang menjadi pilihannya adalah tetap melangkah maju.Aria menganggap dirinya telah menjalankan rencana sebelumnya yaitu membayar seorang gigolo untuk menanamkan benih ke rahimnya. Terdengar sangat gila, tapi demi menenangkan hati dan pikirannya dia memilih menganggap demikian. Hanya berbeda dia tak perlu mengeluarkan uang untuk membayar sperma Ethan.Pria itu dengan sukarela menanamkan sperma ke rahimnya. Namun, itu tidak murni gratis. Sebab, Aria juga menyerahkan tubuhnya, membiarkan Ethan menikmati tubuh
Gurat langit malam dihiasi taburan bintang di luar jendela, menjadi lukisan paling apik malam ini. Setelah puas membeli banyak barang, ini waktunya Aria kembali ke dalam sangkar emasnya—unit penthouse milik Ethan. Hingar bingar lampu perkotaan di bawah kaki gedung yang memiliki jumlah lantai 63 itu, kontras dengan sunyi yang menemani Aria yang berdiri di depan cermin di kamar mandi seluas kamar apartemennya.Sudah sepuluh menit Aria berdiri di sana, menatap lingerie malam warna merah marun dengan hiasan renda dan belahan rendah di bagian dada, mengekspos sepasang payudaranya terlihat menantang.Lingerie itu adalah satu dari sekian banyak lingerie yang dipilih Ethan untuk dia kenakan. Jangan tanya berapa banyak yang Aria beli. Seperti yang dijanjikan Ethan, Aria diizinkan membeli apa pun termasuk semua kostum dinas malam yang jumlah puluhan.Terdengar sangat gila. Ini kesepakatan yang ada. Aria telah terjebak dengan kesepakatan yang sudah dia setujui. Namun, dia kembali mengingat bahwa
Hamparan gedung-gedung pencakar langit di depannya tak henti membuat Aria menatap kagum akan pemandangan luar biasa itu. Angin berembus menerpa, menyentuh kulit mulusnya. Udara menyejukan di musim semi seakan memberikan kedamaian. Namun, fakta yang ada adalah dirinya sudah lama tak lagi merasakan sebuah kedamaian.Aria berdiri di balkon sebuah penthouse mewah. Jelas, ini bukan miliknya. Dia tak memiliki banyak uang untuk membeli sebuah penthouse mewah. Meski memiliki jabatan baik di perusahaan, tetapi tak mungkin membuat dirinya memiliki hunian mewah ini.Saat memasuki penthouse, hal yang pertama kali dipikirkan Aria adalah sempurna. Siapa pun yang tinggal di hunian mewah ini pasti akan selalu merasakan kenyamanan luar biasa. Apalagi dekorasi yang mendukung—membuatnya benar-benar merasakan sensasi hangat serta ketenangan.Wanita cantik itu tak menampik bahwa ini pertama kali dia menginjakkan kaki di sebuah hunian mewah ini. Lift dibangun khusus untuk langsung menuju penthouse. Sangat
Tepat pukul tujuh malam, Aria baru menapaki apartemen yang dia tinggali seorang diri. Aroma pengharum ruangan menyeruak keindra penciuman, memberikan ketenangan jiwa. Kamar yang selalu bersih, seakan memberikan terapi di dalam dirinya yang sedang kacau.Ya, dia memang paling tak suka jika meninggalkan apartemen dalam keadaan berantakan. Meski selalu dilanda kesibukan, tetapi dia berupaya menjaga apartemennya untuk tetap selalu bersih—meski jujur ada momen di mana apertemennya berantakan, tapi itu tidak akan lama, karena dia benci ruangan yang tak rapi.Aria menaruh tasnya sembarang di atas ranjang, dia beralih menuju kamar mandi untuk membasuh diri. Tubuh lelahnya tak sabar untuk menjamah ranjang empuk yang sudah dia tinggalkan dua minggu lamanya. Jika biasanya dia akan melepas penat dengan berendam di bath tub, kali ini, dia mengambil keputusan lain. Setelah menanggalkan pakaian kerjanya, dia masuk ke dalam kubikal shower.Bermandikan rintik air dingin yang terasa menusuk tulang. Di
Keheningan membentang, ruang kerja megah itu berubah mencekam. Aura intimidasi begitu terlihat jelas. Belum ada suara yang terucap, akibat ketegangan dari sebuah permintaan Ethan Reynolds. Embusan napas gelisah samar-samar mulai terdengar, tetapi tetap tak ada lidah yang menyusun kata.Aria berdiri mematung seraya menelan ludahnya berat, dan beberapa kali wanita cantik itu mengerjapkan matanya beberapa kali, demi mengumpulkan kesadaran setelah sekian lama pikirannya mengawang jauh. Ya, dia masih belum bisa berkata apa pun, mencoba mencerna dengan baik kata demi kata yang telah diucapkan oleh Ethan Reynolds. “M–maaf, apa maksud Anda, Tuan?” tanya Aria pelan, tetap mencoba tenang guna menjaga kewarasan otak.“Aku rasa apa yang aku katakan tadi sudah jelas, Nona Scott,” jawab Ethan mendominasi, seraya menatap dalam mata Aria.Aria mencoba mencari kewarasan di dalam dirinya. Kali ini dia tertawa canggung, seakan apa yang dia dengar barusan adalah sebuah lelucon. “Tuan, saya tidak menyang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen