Bodyguard Ganteng Jodohku

Bodyguard Ganteng Jodohku

Oleh:  Hanna Aisha  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
9Bab
806Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aqila Kaira Khanza merasa kesal dengan permintaan ayahnya yang menginginkan dia menikah di usianya yang baru 22 tahun. Astaga, dia bahkan baru lulus kuliah tahun lalu! Dia juga tidak tahu siapa laki-laki yang akan dijodohkan dengannya itu. Dia hanya tau namanya saja, Gavin Narendra Al-Ghiffari. Karena merasa masih muda, Aqila akhirnya memohon kepada sang ayah untuk menunda pernikahannya sampai tahun depan. Dan selama itu, dia ingin bekerja di perusahaan milik ayahnya. Entah keberuntungan atau kesialan, Aqila justru jatuh cinta kepada Hendra, bodyguard yang diutus sang ayah untuk menjaganya selama setahun ini. Akankah kisah cinta mereka akan berakhir bahagia, atau terpaksa pupus karena Aqila harus menikah dengan Gavin? ***

Lihat lebih banyak
Bodyguard Ganteng Jodohku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Zhu Phi
Wow... punya bodyguard ganteng? Mantap Kak ... Semangat terus!
2024-02-27 11:07:00
1
9 Bab
Prolog
Malam itu, lorong rumah sakit nampak sepi. Seorang gadis berjalan tergesa menelusuri lorong temaram yang seakan tak berujung itu sambil terisak-isak. Bahunya berguncang, hidung memerah, juga matanya yang bengkak karena air mata terus saja tumpah bak air bah. Beberapa helai anak rambut menempel di pipi dan dagunya yang basah.Di ujung lorong itu terdapat pintu kaca dari sebuah ruangan yang hendak dia tuju, ruangan tempat papanya dirawat, ruang ICU. Air matanya mengalir semakin deras kala melihat wajah wanita yang baru saja bangkit dari duduknya."Mama ...." Gadis itu berlari menghampiri wanita yang dia panggil mama. Kedua lengannya segera merengkuh tubuh yang sama terisaknya sepertinya."Gimana papa?" tanyanya sambil mengurai pelukan.Utari—wanita yang dipanggilnya mama tadi mengusap pipinya sesaat sebelum menjawab, "Dokter baru aja keluar, Sayang. Katanya papa udah baik-baik aja. Papa udah berhasil melewati masa kritisnya."Gadis itu mengembuskan napas lega. "Syukurlah."Pintu terbuka
Baca selengkapnya
Part 1 : CEO Woman
06.30 WIBAlarm dari ponsel di nakas berdering nyaring sejak satu jam yang lalu, tetapi si empunya masih nyenyak bergelung di alam mimpi. Burung-burung yang berterbangan di luar kaca jendela seakan lelah membangunkan. Begitu pula dengan sinar matahari pagi yang menerobos masuk ke dalam kamar melalui celah-celah korden yang terbuka.Suara langkah kaki yang menghentak menaiki tangga terdengar menyelingi dentingan alarm yang tak kunjung usai. Semakin dekat, langkah kaki itu semakin keras terdengar."Aqila! Udah jam berapa ini? Bangun!" Suara teriakan sang mama membuat Aqila seketika tersentak bangun.Kepalanya masih terasa linglung, matanya juga masih setengah terpejam. Namun, pintu kamar yang terbuka dengan keras membuat kedua matanya seketika terbuka lebar."Kamu bangun aja masih susah, kok sok-sokan mau kerja." Omelan Utari seperti cambuk yang memaksa Aqila bergerak cepat menyambar handuk.Aqila menghela napas kesal. Seminggu yang lalu papanya sudah pulang dari rumah sakit. Begitu pul
Baca selengkapnya
Part 2 : New Bodyguard
Bi Suti mengetuk pintu kamar Aqila beberapa kali. Gadis berambut cokelat gelap itu tidak keluar dari kamar sejak pulang kantor, mungkin tertidur. Sementara sekarang sudah pukul delapan malam. Utari telah menyuruhnya untuk memanggil Aqila untuk makan malam."Non, makan malam dulu, Non. Udah ditunggu Bapak sama Ibu di bawah," ujarnya dengan suara agak dikeraskan.Bi Suti kembali mengetuk pintu saat tak mendengar jawaban. Lalu, karena takut nona majikannya kenapa-kenapa, dia akhirnya membuka pintu dan menerobos masuk.Di atas ranjang, dia melihat Aqila masih tertidur pulas. Bajunya bahkan belum diganti, masih mengenakan baju kantor. Make up di wajahnya juga belum dihapus. Sepertinya Aqila langsung tidur tanpa mandi terlebih dahulu."Non, udah malem." Bi Suti mengguncang bahu Aqila pelan.Tak ada respon selain gumaman lirih dari bibir tipis merah muda milik Aqila. Gadis itu pasti sangat kelelahan.Kembali diguncangnya bahu Aqila, kali ini lebih keras."Eugh ... kenapa, Bi?" Gadis itu meng
Baca selengkapnya
Part 3 : Angry Boss
Aqila mendesah kesal saat membuka pintu ruangannya dan melihat Hendra tengah berdiri di depan pintu."Lu ... dari tadi kaya gitu?" tanya Aqila heran. Pasalnya, dia menyuruh Hendra keluar dari ruangannya sejak tengah hari, saat jam istirahat makan siang. Dan sekarang sudah sore, jam pulang kantor. Namun, laki-laki bersetelan serba hitam itu masih saja berdiri tegap di depan pintu.Hendra yang mendengar pertanyaan Aqila hanya menelengkan kepala. Melihat itu, Aqila membuang napas, lalu memperjelas pertanyaannya. "Lu dari tadi berdiri kaya gitu? Dari siang?""Iya. Kan Non yang suruh," jawab Hendra polos.Aqila geleng-geleng kepala. Tak habis pikir bahwa dia akan bertemu laki-laki seperti ini. Terlebih lagi, lelaki itu akan mengikutinya ke mana pun dia pergi. Argh! Aqila merasa frustasi bahkan hanya dengan memikirkannya.Tanpa menghiraukan Hendra yang masih saja mematung bak manekin, Aqila melenggang pergi begitu saja. Tubuhnya lelah, otaknya serasa hampir terbakar, ditambah melihat wajah
Baca selengkapnya
Bab 4 : Attach
"Gimana, Qi? Udah dipelajari?" Vania bertanya seraya masuk ke ruangan anak bosnya itu.Aqila mengalihkan pandangan dari layar laptop, lalu tersenyum saat menemukan sekretarisnya melangkah masuk."Udah, Tan." Ditutupnya laptop itu setelah memastikan file tersimpan dengan benar. Kemudian bangkit guna bersiap menghadiri rapat. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan. Mereka akan menghadiri rapat di luar kantor, jadi harus berangkat lebih cepat jika tidak ingin terlambat karena terjebak macet di jalan.Tas telah tersampir di pundak, Aqila bergegas keluar menyusul langkah Vania yang telah terlebih dahulu meninggalkan ruangannya.Begitu melewati pintu, Aqila disambut oleh Hendra yang masih setia berdiri di sana.Tak ingin merusak suasana hatinya, Aqila segera melanjutkan langkah tanpa menyapa bodyguardnya itu. Namun, dia terkejut saat melihat Hendra mengikuti langkahnya menuju ruangan Vania."Ngapain lu ikut? Jaga kantor aja!""Saya disuruh Tuan untuk mengikuti ke mana pun Non pergi. Saya ju
Baca selengkapnya
Bab 5 : Disturb
Sudah pukul lima sore, waktunya Aqila pulang dari kantor dan mengistirahatkan tubuh dari lelahnya bekerja. Segala kekacauan di atas mejanya segera dia rapikan. Kertas-kertas dokumen, alat tulis, serta apa pun yang berserakan di atas meja dia bereskan.Blazer hitam yang tergantung di belakang kursi dia raih lalu dengan cepat dia kenakan, kemudian jemarinya menyambar tas dan segera melangkah keluar ruangan.Sembari berjalan, dia meraih ponsel dari dalam tas. Mencari nama seseorang yang begitu dia rindukan, kemudian mengetikkan pesan untuknya.[Kita ketemu di kafe biasa aja, ya? Aku harus ngehindarin Hendra biar dia nggak lapor sama Papa.]Pintu lift terbuka tepat saat terdengar denting notifikasi. Aqila tersenyum sembari memasuki lift bersama bodyguard yang senantiasa mengikutinya di belakang.[Oke, Sayang. Aku tunggu di kafe biasa. Kamu hati-hati di jalan. Love you.]Ah, baru membaca pesan dari Kenzo saja hati Aqila sudah berdebar tak keruan begini, bagaimana jika dia mendengar langsun
Baca selengkapnya
Bab 6 : Promise
Kira-kira pukul setengah sepuluh malam, Hendra baru saja hendak melangkahkan kaki ke teras rumah saat ponsel di saku celananya tiba-tiba berdering. Dahinya seketika mengernyit, tetapi tak dapat dipungkiri, segaris senyum simpul terlukis di bibirnya kala melihat nama sang penelepon.Dia berbelok arah, mengurungkan niat masuk ke rumah dan malah duduk di bangku panjang samping rumahnya. Sebatang rokok dia nyalakan sebelum mengangkat panggilan."Ya, Non."Suara gadis manis di seberang segera menyambut sapaannya."Lu udah pulang?" Suaranya masih serak. Seperti habis bangun tidur."Iya. Saya sudah di rumah," jawabnya seraya mengembuskan asap rokok dari mulut.Terdengar gumam lirih dari seberang. Seperti ragu hendak mengatakan sesuatu."Ada apa, Non?" tanyanya memastikan."Eummm ... gue tadi ketiduran di mobil, ya?"Dalam hati Hendra tergelak mendengar suara Aqila yang terkesan malu-malu. Biasanya, kan, gadis itu selalu marah-marah, bahkan berbicara saja selalu menggunakan nada yang keras. N
Baca selengkapnya
Bab 7 : Fullfilled
"Sayang!"Kenzo sudah berdiri di depan mobilnya yang terparkir di halaman kantor Aqila. Memakai setelan kemeja kotak-kotak merah hitam dan celana jeans biru yang lututnya sobek-sobek khas anak tongkrongan. Matanya berbinar melihat Aqila melangkah keluar pintu utama, tetapi detik kemudian tatapannya berubah sinis saat Hendra muncul dari balik pintu menyusul langkah gadis itu.Aqila yang mengerti arti dari tatapan Kenzo segera menenangkan hati kekasihnya. "Biarin dia ikut, ya, Sayang. Kaya kemaren."Kenzo mendecih. Bisa-bisanya lelaki kampung itu terus-menerus membuntuti kencan mereka!"Kenapa nggak disuruh pulang aja, sih, dia. Nanti kamu biar aku yang anter pulang," tegasnya.Aqila menggeleng sembari mengusap lengan Kenzo. "Nggak bisa, Yang. Papa bakal marah kalo aku nggak pulang bareng Hendra. Udahlah. Anggep aja dia nggak ada. Yang penting kita bisa ketemu. Oke?"Kenzo mengembuskan napas keras. Kesal rasanya karena waktu berduaannya dengan Aqila terinterupsi oleh makhluk tak jelas
Baca selengkapnya
Bab 8 : Kenzo
Suara gesekan ban dan paving halaman yang berdecit nyaring membuat ngilu telinga. Sorot lampu mobil terpancar terang bersama deru mesin mobil yang masih terdengar nyaring memecah kebisuan malam, sebelum akhirnya mati beberapa saat kemudian. Tak lama setelahnya, terdengar suara pintu dibuka, lalu ditutup dengan cara dibanting dengan keras. BMW merah itu lantas teronggok diam di garasi rumah setelah ditinggalkan sang pengendaranya.Seorang lelaki muda berambut setengah gondrong menaiki tangga. Dia melangkah cepat dengan kaki dihentak ke arah kamarnya yang berada di lantai dua dan menghadap langsung ke taman samping rumah. Dibukanya pintu dan dibantingnya dengan keras, sekeras dia membanting pintu mobil saat turun tadi. Hatinya dongkol. Begitu kesal karena acara kencannya bersama sang kekasih benar-benar berantakan. Dia masih tak mengerti, bagaimana bisa dua orang yang telah sama-sama dewasa dibuntuti bodyguard saat berkencan! Waktu yang seharusnya mereka habiskan berdua tak bisa diperg
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status