Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses

Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses

last update최신 업데이트 : 2024-05-03
에:  Rini Annisa완성
언어: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
평가가 충분하지 않습니다.
50챕터
16.8K조회수
읽기
서재에 추가

공유:  

보고서
개요
목록
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.

Ayu, seorang istri dan menantu miskin yang kerap disakiti suami dan mertua hingga puncaknya ditalak. Namun, nasib baik menghampirinya setelah mendapat kabar dari saudara ibunya yang kaya raya. Akankah nasibnya berubah setelah itu? Simak kisah perjuangannya dalam cerita ini

더 보기

1화

Dituduh mencuri

Pagi itu, saat aku sedang menyiram bunga, terlihat seorang wanita tua berdiri celingukan di depan gerbang. Aku pun mengamati dan menghampiri sambil memastikan siapa gerangan.

Setelah dekat aku terkejut, wanita itu menatapku dengan senyum lembutnya. Senyum yang selama ini selalu membuatku rindu.

"Ibu!" panggilku senang dan memeluknya erat.

"Ayu, bagaimana kabarmu, Nak?" tanya Ibu usai melepas pelukan.

"Ayu baik, Bu! Ibu sehatkan, kenapa Ibu kemari?" tanyaku heran sambil memperhatikan keadaannya.

"Ibu kangen sama kamu, Yu! Ibu kesepian semenjak ditinggal Bapakmu, jadi Ibu kemari. Apa Ibu boleh menginap beberapa hari di sini?"

Mataku berkaca-kaca mendengar penuturan ibu, rasa kasihan gegas menyelinap dalam hatiku. Wanita yang melahirkan diriku kini tampak rapuh sejak belahan jiwanya pergi untuk selamanya.

"Boleh, Bu! Ayo kita masuk dulu."

Sambil menggandeng tangan ibu, aku mengajaknya masuk ke dalam rumah, beliau hanya membawa tas kecil untuk tempat baju.

Belum juga sampai di depan pintu, Ratna-- mertuaku keluar dengan dandanan modis lalu memicingkan mata melihatku bersama Ibu.

"Eh, tunggu dulu! Ini sapa yang kamu ajak masuk?" tegur Mama mertua.

"Ma, ini ibuku. Beliau datang menjengukku dan ingin menginap beberapa hari di sini. Boleh 'kan?" tanyaku meminta ijin.

Mertuaku menatap ibu dari kepala sampai ujung kaki, kemudian menggeleng dan memencet hidung lalu mengibaskan tangannya.

"Sudah sana masuk, tapi suruh ibumu mandi dulu! Baunya sungguh bikin muntah," ujar Mama mertua kemudian berlalu.

"Mama mau kemana?" tanyaku saat terlihat beliau pergi dan akan naik mobil.

"Mama mau arisan, ingat jangan sampai ibumu masuk kamar Mama atau tempat lainnya. Suruh ibumu tidur di kamar pembantu," perintahnya menyindir.

Hatiku sakit mendengar mertua menyinggung ibu. Apa salahnya jika miskin, toh ibuku juga tidak pernah menyusahkan orang dan mengemis.

Kulihat mendung di wajah ibu, tapi beliau tetap tersenyum kala masuk ke dalam rumah. Pandangannya terus mengitari ruangan yang besar. Maklum, rumah besar yang kami tempati bersama suami adalah rumah mertua. Suamiku sendiri sudah berangkat ke kantor.

Aku mengajak ibu naik lantai atas, untuk masuk ke kamarku, tapi beliau terlihat enggan untuk naik.

"Nak, Ibu di bawah aja nanti mertuamu marah," tolak Ibu halus.

"Nggak apa-apa, Bu! Mumpung beliau lagi pergi, Ayu nggak akan bilang pada Mama," kataku tetap memaksa ibu naik.

Akhirnya ibu mau juga setelah aku janji tidak akan mengadu pada mertua. Toh, aku juga tidak mungkin mencelakakan orang tua kandung sendiri.

Setiba di kamar, aku menyuruh ibu mandi terlebih dahulu. Saat beliau di kamar mandi, aku mengambil sehelai daster untuk dipakainya. Tidak mungkin aku biarkan ibu memakai baju lusuhnya.

Selesai mandi, aku semprotkan parfum ke daster yang Ibu kenakan. Ibu terlihat senang, aku pun memeluknya bahagia.

"Kita makan dulu ya Bu, Ibu pasti udah lapar kan!" ajakku sambil menuntunnya turun dari tangga.

Asisten rumah tangga, Bi Inem segera mengeluarkan lauk pauk di meja. Ibu dengan ramah mengenalkan dirinya pada Bi Inem. Selama ini Bi Inem sungguh baik padaku, jadi mudah akrab dengan Ibu.

"Silahkan dimakan, Bu!" tawar Bi Inem.

"Ya, terima kasih. Ayo makan bareng, nggak apa-apa!" ajak Ibu.

"Saya udah makan, Ibu makan aja bareng Non Ayu," tolaknya halus lalu berlalu ke belakang.

Ibu menggeleng lalu menatapku. "Yu, kenapa dia segan makan bersama kita? Padahal Ibu juga berasal dari kampung."

"Bu, semua yang kerja di rumah ini segan makan bareng dengan tamu tuan rumah, apalagi dengan tuan rumah sendiri," jawabku sambil mengambil nasi ke piring Ibu.

Ibu mengangguk dan tidak bertanya lagi kemudian matanya berbinar saat memandang lauk yang banyak. "Ibu mau lauk yang mana?" tanyaku.

"Lauknya sebanyak ini, Yu? Sampai sore juga nggak bakal habis," seru Ibu nervous.

Aku tertawa. "Lauk ini hanya untuk sekali makan, Bu! Nanti saat makan malam beda lagi," kataku tersenyum.

"Bener itu, jadi sisanya ini bagaimana?" tanya Ibu heran.

"Ya, biasa pekerja sini yang habiskan. Sebentar lagi mereka makan, Bu! Jadi, ayo kita makan dulu."

Ibu tersenyum lalu membaca doa sebelum makan. Aku bahagia melihat Ibu di sini, apalagi saat beliau makan dengan lahap. Sepertinya ibu memang jarang makan terlihat badannya kurus. Ah, betapa berdosa aku tak bisa merawat Ibu.

Bukannya aku tidak mau, tapi memang aku tak bisa pulang menjenguk ibu. Mertuaku melarang aku keluar, apalagi sampai menginap berhari-hari. Kalo aku melanggar maka harus bersiap-siap tidak balik lagi ke rumah ini.

Suamiku? Jangan ditanya, dia anak yang patuh pada Mamanya, apa yang dikatakan mertua suami pasti percaya. Terkadang kami ribut juga karena masalah sepele. Mertua suka ikut campur jadi masalah tambah runyam.

Seperti kali ini, kedatangan Ibu ternyata menorehkan luka dan benci di hatiku pada mertua. Ibu dari suamiku itu tanpa mendengar penjelasan dariku, langsung menuduh Ibu pencuri.

Aku tau persis, ibu tidak mencuri karena saat itu lagi di belakang rumah bersama Bi Inem. Tuduhan itu dilaporkan Maya pada mertua, lalu dengan emosi dan kasar mertua menarik ibu hingga ke dalam rumah.

"Besan, sungguh saya nggak mencuri kalung. Dari tadi saya ada di belakang bersama Inem," ungkap Ibu cemas.

"Nggak usah bohong kamu, dari awal saya nggak suka dan nggak percaya kamu masuk ke rumah ini. Ayo, ambil dan buka tas kamu!" hardik mertua.

Aku yang melihat ibu diseret segera menghampiri dan melerai mereka. "Ma, apa yang Mama lakukan pada ibuku?"

"Tanya aja sama ibu kamu!"

"Yu, Ibu nggak tau! Ibu nggak ada mencuri kalung besan, sungguh Ibu nggak melakukannya," Isak Ibu menangis.

Aku memeluknya, kasihan Ibu. Kenapa mertuaku semakin beringas, tanpa rasa belas kasihan sama sekali.

"Sudah, Tante! Kita periksa aja tasnya biar lihat langsung," anjur Maya mengompori mertua.

Aku menatap tajam Maya, dia orang luar tapi seenaknya saja ikut campur. Mertua lalu merampas tas dan membuka isinya dengan kasar. Lalu saat mengeluarkan tangannya bersamaan dengan kalung yang dicarinya.

Aku begitu shock, begitu juga ibuku. Beliau menggeleng tak mengerti, tak mungkin. Bagaimana bisa kalung itu ada dalam tas ibu.

"Ini apa, hah? Masih juga nggak mengaku!" bentak mertua.

펼치기
다음 화 보기
다운로드

최신 챕터

더보기

독자들에게

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

댓글

댓글 없음
50 챕터
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status