Di Antara Dua Cinta

Di Antara Dua Cinta

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-07
Oleh:  SwanneraOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
5Bab
7Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Nindi tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah ayahnya meninggal. Kehangatan ibu dan kakak tirinya, Sinta, menjadi pelipur lara. Namun, saat ia jatuh cinta pada David—CEO muda di tempatnya bekerja—semuanya berantakan. Ketika Sinta tiba-tiba bergabung di perusahaan yang sama dan ternyata mencintai David juga, Nindi terjebak dalam dilema. Haruskah ia mengorbankan cintanya demi kakak yang selalu ada untuknya? Di tengah kegalauan, Sam, sahabat masa kecilnya, datang menawarkan kehangatan yang berbeda. Nindi pun dihadapkan pada pilihan antara cinta, keluarga, dan pengorbanan yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 : Awal Pertemuan

"Mbak Sinta hari ini cantik sekali," puji Nindi saat melihat sang kakak berdandan di depan meja rias.

Sinta tersenyum menatap pantulan wajah sang adik dari cermin. "Hari ini 'kan hari yang spesial. Mbak akan memperkenalkan pacar Mbak ke kamu dan Ibu."

Nindi ikut tersenyum, meski jantungnya ikut berdegup. Belum lama ini, mereka berjanji saling mengenalkan pria yang mereka sukai. Tapi Nindi masih ragu, apa dirinya mampu?

Malam itu meja makan dipenuhi berbagai macam hidangan. Sang Ibu yang memasaknya, sengaja disiapkan untuk makan malam bersama calon menantunya nanti.

Ketika suara mobil berbunyi, Sinta segera menyambut kedatangan sang kekasih. Sementara Nindi dan Ibunya menunggu di teras. Senyum Nindi mengembang memperhatikan dari jauh, tak sabar untuk segera mengenal siapa pria yang telah menjadi tambatan hati kakaknya. Namun sesaat kemudian senyumnya lenyap begitu saja, saat melihat sang kakak menggenggam erat jemari pria yang sangat ia kenali. Lututnya lemas seketika, sesuatu yang besar seperti menghantam rongga dadanya.

Namun sebelum semua itu terjadi, ada luka lain yang lebih dulu merenggut tenangnya, kehilangan ayah tercinta.

***

Nindi tak pernah menyangka bahwa ia akan kehilangan ayahnya secepat ini. Namun kenangan kemarin, saat ia menyaksikan sendiri jenazah sang ayah diturunkan ke liang lahat, menyadarkannya bahwa semua itu bukan sekadar mimpi. Meski sudah beberapa hari berlalu, kesedihan itu masih menyelimutinya. Namun sehancur apapun dirinya, kehidupannya tetaplah harus berjalan. Hari ini adalah hari pertama dirinya kembali masuk kantor setelah mengambil cuti meninggalnya sang ayah.

Setiap langkahnya terasa berat saat memasuki kantor, pandangannya juga kosong. Di tengah-tengah itu, tiba-tiba hadir Ningsih, rekan kerja sekaligus teman kuliahnya dulu, berjalan sejajar di sampingnya.

"Nin, akhirnya aku seneng banget bisa melihatmu masuk kantor lagi. Ngomong-ngomong, aku turut berduka cita atas meninggalnya ayahmu," kata Ningsih dengan ekspresi wajah muram di ujung kalimatnya.

Nindi menghentikan langkahnya, begitupun juga Ningsih. Namun Nindi tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangguk lemah sebagai jawaban. Entahlah, hari ini tubuhnya seolah kehilangan daya, seperti ada sebagian energinya yang ikut terkubur bersama kepergian ayahnya.

"Oh ya, Nin, ada yang mau aku bilang ke kamu." Wajah Ningsih yang semula datar kembali berbinar, matanya berbicara lebih dulu sebelum bibirnya tersenyum, memperlihatkan semangat yang mendadak tumbuh lagi.

"Lain kali saja, aku lagi enggak mau mendengar celotehanmu," jawab Nindi dengan ekspresi dan nada datar. Kemudian ia melanjutkan lagi langkahnya, tetapi Ningsih tetap mengikutinya, tak mau menyerah dan tetap ingin melanjutkan ceritanya. Bukan sehari dua hari, Nindi sudah lama mengenal Ningsih. Ia tahu, sebentar lagi wanita itu akan berceloteh panjang, mulai dari perkara kecil hingga yang penting. Sayangnya, kebanyakan hanya hal remeh yang tak perlu didengar. Nindi pun memilih diam, tak sanggup meladeni di tengah suasana hatinya yang sedang buruk.

"Tapi ini penting, Nin. Kamu harus dengarkan ceritaku dulu," tekan Ningsih memasang wajah memelas.

"Kamu selalu bilang begitu, tapi ujung-ujungnya kalau aku mendengarkan, kamu cuma membuang-buang waktuku, Ning." Nindi menimpali tanpa menoleh dan tetap melanjutkan langkahnya. Berharap setelah ini Ningsih berhenti mengganggunya.

Namun alih-alih berhenti bicara, Ningsih justru menghalau langkahnya dan mengatakan, "Ini super penting dan kamu pasti menyesal kalau enggak mau dengar."

Dengan posisi Ningsih yang berdiri menghadangnya, Nindi akhirnya mengalah. Helaan napas panjang keluar dari bibirnya, ditatapnya Ningsih dengan ogah-ogahan. "Hal penting apa?"

Ningsih terdiam sejenak untuk mengambil napas, sebelum akhirnya mengatakan dengan air muka penuh keceriaan, "Aku mendengar dari divisi sebelah, katanya hari ini akan kedatangan bos baru di kantor kita. Masih muda, ganteng, dan karismatik."

Seolah kecewa karena tak kunjung mendapatkan respon dari Nindi, senyum yang terhias di wajah Ningsih kini sirna seketika.

"Hanya itu?" Ningsih mengangguk. "Itu nggak penting, Ning," tekan Nindi.

Ningsih tampak tak menerimanya, "Ini berita besar, Nin. Akhir-akhir ini gosip tentang bos baru yang ganteng itu sedang memanas." Ningsih menatapnya penuh kekesalan. "Harusnya kamu berterima kasih dapat gosip ini dariku. Beberapa hari ini 'kan kamu nggak masuk kantor."

"Daripada kamu sibuk gosip, mending beresin dulu laporan keuangan bulan ini. Jangan sampai salah input angka lagi, nanti Pak Romi ngomel-ngomel kayak kemarin." Nindi terkekeh kecil, teringat betapa sering Ningsih kena semprot kepala divisi gara-gara ceroboh dalam pekerjaannya. Meski begitu, candaan itu sedikit menghiburnya di tengah suasana duka, meski kesedihan di dadanya tak benar-benar hilang.

Nyatanya celotehan Ningsih tak dapat terhindarkan begitu saja pagi itu. Meski mengesalkan, terkadang Ningsih seperti memberi sedikit warna dalam hidupnya. Membuatnya tertawa. Sesuai dengan gosip Ningsih, hari ini memang akan kedatangan CEO baru di kantor mereka. Beberapa waktu kemudian, Nindi sudah duduk di kursi ruang meeting yang berjejer, yang mana sebagian besar sudah terisi oleh para kepala divisi dan staf yang ditunjuk untuk mewakilkan, termasuk dirinya.

"Selamat pagi, rekan-rekan semua. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkumpul di sini. Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi kita di Argenta Group, karena kita akan menyambut pemimpin baru yang akan membawa perusahaan kita ke level yang lebih tinggi." Seorang wanita berusia sekitar 45-an yang dikenal sebagai direktur operasional, memasuki ruang meeting.

Nindi duduk di kursi bagian belakang. Kepalanya terasa berat, mungkin akibat jam tidurnya yang berantakan selama beberapa hari terakhir, masih diliputi rasa kehilangan. Suara-suara di ruangan itu terdengar sayup, seolah meredam, sementara pikirannya kembali tenggelam pada peristiwa itu.

Beberapa hari yang lalu Nindi sedang duduk di kursi rotan teras rumahnya, sampai kemudian nama sang ayah muncul di layar ponselnya. Senyum Nindi merekah, ia selalu menunggu momen di mana ayahnya menghubunginya untuk melepas rindu. Baru-baru ini sang ayah bekerja dinas keluar kota. Maklum, sejak kecil ia tak pernah ditinggal oleh ayahnya. Jadi saat ayahnya pergi jauh, Nindi merasa kesepian meskipun di rumah masih ada ibu dan kakak tirinya. Mungkin karena belum terbiasa.

Namun harapan Nindi hancur berkeping-keping saat mendengar suara orang asing yang mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Hati Nindi terasa ditusuk sembilu, dunianya seketika hancur. Sekalinya pergi jauh darinya, sang ayah justru pergi untuk selama-lamanya.

Sejak kejadian pilu itu menimpanya, Nindi tak dapat menelan makanan. Makanan seolah jadi terasa hambar. Yang dilakukannya hanya memeluk foto mendiang ayahnya, sementara air mata terus menerobos melewati pipinya tanpa henti. Untungnya, Sinta, sang kakak, selalu setia di sisinya. Ia menemani, membujuk agar Nindi mau makan, dan terus menyemangati sampai akhirnya adiknya bersedia mengisi perut. Sang ibu pun tak kalah berusaha, dengan penuh kasih ia memasak makanan favorit Nindi, hanya agar putrinya itu mau menyentuh hidangan di meja.

Nindi menarik napas dalam-dalam, menyadari bahwa tidak seharusnya di momen seperti ini ia menumpahkan kesedihan itu. Ia harus bisa mengendalikan diri. Saat sudah merasa jauh lebih baik, pandangannya kembali tertuju ke depan, mencoba menyimak saat tiba waktunya memperkenalkan bos barunya.

“Rekan-rekan, izinkan saya memperkenalkan CEO baru kita. Beliau adalah putra dari Bapak Argenta, lulusan Master of Business Administration dari Harvard University, dengan pengalaman yang tak diragukan lagi di dunia bisnis internasional. Mari kita sambut, Bapak David Argenta!"

Seluruh karyawan berdiri dan bertepuk tangan menyambut kedatangan CEO baru mereka. Begitu pula Nindi. Di tengah-tengah rasa perih yang masih melekat dalam hatinya, matanya justru menangkap sosok pria berperawakan tegap dengan rahang tegas, hidung mancung, dan kulit putih bersih. Wajahnya memancarkan kesan dingin, namun senyum tipis yang muncul saat ia menyapa membuatnya tampak begitu memikat. Tepukan tangan Nindi perlahan melemah, matanya nyaris tak berkedip, seakan terhipnotis oleh sosok di hadapannya. Bahkan ketika suara pria itu bergema memenuhi ruangan, Nindi nyaris tak mendengar apa pun, terlalu larut dalam pandangannya.

Sambil berbicara, pandangan David menyapu seluruh ruangan. Namun saat matanya sampai ke Nindi, tatapannya seolah bertahan sepersekian detik lebih lama.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
5 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status