Dijandakan Setelah Melahirkan

Dijandakan Setelah Melahirkan

last updateLast Updated : 2024-12-31
By:  Merpati_ManisCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
49Chapters
1.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Larasati tidak pernah menyangka jika selama ini ternyata dia menjadi istri kedua. Larasati mengetahui semuanya ketika dia baru saja melahirkan dan Abimana menceraikannya saat itu juga. Lalu, laki-laki itu mengambil paksa sang putra karena akan diasuh oleh Abimana dengan istri pertamanya.

View More

Chapter 1

Dipisahkan

"Mas Bima pasti sedang bercanda, kan?" Dengan suara tercekat di tenggorokan, Larasati bertanya pada Abimana, suami yang menikahinya setahun silam.

Pria dewasa yang berdiri di samping ranjangnya itu lalu melipat kedua tangan di dada. "Aku tidak bercanda, Ra. Kita sudah resmi berpisah dan kamu bisa baca sendiri surat yang tadi telah kamu tanda tangani." Abimana menatap dingin pada wanita yang baru saja melahirkan putranya. Tatapan itu tidak seperti biasanya yang selalu hangat dan penuh dengan cinta. 

Wanita muda yang masih tergolek lemah di ranjang pasien itu menatap nanar lembar putih bermaterai yang tadi dia tanda tangani, di tengah rasa sakit yang mendera. Lembar putih yang ternyata adalah surat cerai, juga perjanjian persetujuan hak asuh sang putra yang baru saja dia lahirkan, pada Abimana. Tangan Larasati bergetar. Dadanya bergemuruh dan air mata seketika luruh tanpa dapat dia cegah.

"Tapi kenapa, Mas? Apa salahku? Kenapa Mas lakukan ini padaku?" cecar Larasati, tetapi Abimana bergeming. 

Pria berkulit kuning langsat itu hanya menghela napas panjang. Dia alihkan tatapannya dari Larasati, istri yang kini telah menjadi mantan. Sejumput rasa iba hadir, tetapi segera dia tepiskan. 

Ruang rawat berukuran sempit tersebut dipenuhi oleh suara isak tangis Larasati. Wanita muda yang baru saja melahirkan itu merasakan perih bukan hanya di area inti tubuhnya, tetapi juga di hati. Dia tidak pernah menyangka sebelumnya, kalau di hari persalinan dia akan mendapatkan kado istimewa seperti ini. 

Abimana masih mematung di tempatnya semula. Tidak ada yang dapat dia lakukan, kecuali membiarkan Larasati menumpahkan semua kesedihannya. Ingatan pria itu tertuju pada masa setahun silam, saat dia melamar Larasati untuk menjadi istrinya. 

"Apa yang Mas Bima katakan barusan serius?" tanya Larasati seraya menatap lekat pria dewasa yang merupakan kekasihnya. Netra indah itu berbinar, menunjukkan betapa bahagia dirinya.

Wanita belia yang sebelumnya tidak pernah mengenal cinta itu benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Abimana. Pria yang baru beberapa minggu dikenalnya. Pria dewasa yang menawarkan hubungan serius pada Larasati Prihatina, wanita berhijab yang hidup sebatang kara. 

"Aku serius, Ra. Nanti sore sepulang dari kantor, aku akan mengenalkan kamu pada orang tuaku," kata pria berkumis tipis itu, sambil menggenggam erat tangan Larasati.

Ya, sekitar tiga bulan lalu, Larasati yang bekerja di sebuah restoran bertemu dengan Abimana. Pria yang memiliki postur tinggi tegap itu sedang ada rapat dengan rekan-rekan kantornya di sana. Pertemuan yang tidak disengaja karena Larasati menabrak Abimana. 

Setelah pertemuan pertama, mereka kemudian sering bersua. Abimana memang sengaja mendekati Larasati, dia menyukai sikap wanita muda itu yang ramah dan bersahaja. Ada saja alasan yang dibuat oleh Abimana ketika berkunjung ke restoran agar gadis manis yang bekerja sebagai pelayan restoran tersebut, tidak curiga padanya.

Kegigihan Abimana dalam mencuri perhatian Larasati, tidaklah sia-sia. Wanita berwajah manis dan berhijab itu mulai merasa nyaman dengan kedekatan mereka berdua. Gayung cinta Abimana bersambut dan setelah enam minggu masa pendekatan, mereka berdua kemudian menjalin hubungan asmara. 

Setelah beberapa minggu mereka berpacaran, Abimana mengungkapkan keinginan dan mengajak Larasati untuk menjalani hubungan yang lebih serius, yaitu ke jenjang pernikahan. Di sinilah mereka berdua saat ini berada, di kafe favorit untuk makan siang bersama dan membicarakan tentang masa depan. Abimana dapat melihat binar bahagia terpancar dengan jelas dari netra indah wanita yang duduk di hadapan. 

"Aku sudah menyiapkan rumah untuk kita, Ra. Rumah itu sudah aku atas namakan kamu. Memang tidak besar, tapi nyaman, dan aku yakin kamu pasti akan betah tinggal di sana," lanjut Abimana, meyakinkan. 

Wanita muda itu semakin tidak dapat berkata-kata. Hanya air mata yang saat ini mewakili perasaan bahagianya. Larasati merasa sangat terharu dengan kesungguhan dan ketulusan cinta Abimana. 

"Tinggal di mana saja asal sama Mas Bima, Lara pasti akan betah, Mas. Lara senang bisa mengenal laki-laki baik seperti Mas Bima. Terima kasih, Mas. Terima kasih karena Mas Bima mau menerima Lara apa adanya." Wanita berhijab itu lalu mengeratkan genggaman tangan Abimana dan nama pria dewasa di hadapan, semakin dalam masuk ke relung hatinya. 

"Lara mencintai Mas Bima," lanjutnya yang kemudian mencium punggung tangan Abimana. 

Pria dewasa tersebut tertegun, sedikit merasa bersalah, dan juga tidak enak hati. Namun, semua hanya sekejap saja karena setelah itu Abimana berhasil memainkan perannya kembali. "Aku juga mencintaimu, Sayang. Sangat mencintaimu." Abimana tersenyum lalu mengecup punggung tangan wanita muda yang merupakan kekasihnya. 

"Maaf, Ra, aku harus balik ke kantor sekarang. Kamu juga harus balik ke resto, kan? Aku antar kamu dulu." Abimana melihat jam tangan mahal yang melingkar di tangan kanannya.

"Iya, Mas," balas Larasati dengan senyuman yang senantiasa tersungging di bibir tipisnya. 

Mereka berdua lalu beranjak, meninggalkan kafe menuju ke parkiran dengan bergandengan tangan mesra. Abimana segera melajukan mobil, setelah memastikan sang kekasih duduk nyaman di sampingnya. Perjalanan yang cukup panjang, terasa sangat singkat jika hati tengah berbunga-bunga. 

"Jangan lupa, bersiap yang cantik untuk nanti sore," pesan Abimana seraya tersenyum, sebelum Larasati turun dari mobil mewahnya. 

Wanita muda itu pun membalasnya dengan tersenyum manis seraya menganggukkan kepala. "Mas Bima hati-hati, ya." Penuh perhatian dan kelembutan, Larasati berpesan, dan dibalas Abimana dengan anggukan.

Abimana melajukan mobil kembali, setelah Larasati berjalan menjauh, dan kemudian melambaikan tangannya. Pria dewasa tersebut menyetir sambil bersenandung ria. Mengisyaratkan bahwa saat ini dia sedang sangat bahagia.

Waktu bergulir terasa begitu cepat. Tanpa disadari, senja pun datang menyapa. Abimana benar-benar memenuhi janjinya. Dia menjemput Larasati lalu dibawa ke rumah yang sudah dia beli untuk kekasihnya.

Kedatangan Abimana beserta seorang wanita muda, disambut hangat oleh kedua orang tuanya yang baru saja datang dari luar kota. Pria dewasa itu lalu mengenalkan Larasati sebagai calon istrinya. Mereka pun nampak sangat setuju dengan pilihan sang putra.

"Kalau kalian sudah saling merasa cocok, kenapa tidak langsung menikah saja?" Laki-laki paruh baya yang memiliki garis wajah mirip Abimana itu menatap sang putra dan Larasati, secara bergantian.

"Benar, Nak. Mumpung papa dan mama ada di sini karena lusa kami harus pulang," timpal sang mama dengan tidak sabar, membuat Larasati berdebar. 

"Kalau Bima, sih, terserah bagaimana Dik Lara saja, Ma, Pa," balas Abimana seraya menatap dalam netra indah kekasihnya. 

"Jika Dik Lara setuju, besok pun Bima siap menikahinya," lanjutnya sambil tersenyum. 

Larasati menatap tidak percaya pada Abimana. Pria dewasa itu menganggukkan kepala, sebagai isyarat bahwa dia serius dengan perkataannya. Larasati kemudian mengangguk dan bersedia menikah dengan Abimana. 

"Mas Bima, ayo!" Suara seorang wanita seusia Abimana yang menggendong bayi, membuyarkan lamunan panjang pria itu. 

"Iya, Sayang. Tunggu sebentar," balas Abimana seraya menoleh ke arah sumber suara. Di sana, sang istri pertama yang sudah menanti sedari tadi nampak tidak sabar. 

"Ra, kamu sudah tahu semuanya, kan? Anak itu akan kami asuh. Jangan khawatir, istriku pasti akan menyayanginya." Abimana mengambil kembali lembar putih dari tangan Larasati dengan sedikit kasar.

"Aku akan mengirimkan salinan surat ini ke rumahmu," lanjutnya seraya menyimpan surat penting tersebut ke dalam map, tanpa menatap wanita yang merupakan ibu dari sang putra. 

"Jadi, Mas Bima menikahiku hanya untuk mendapatkan anak?" Isakan kecil Larasati, berubah menjadi tangis yang menya*yat hati. 

Pria itu menghela napas panjang. "Maafkan aku, Ra. Aku terpaksa melakukannya," kata Abimana tanpa berani menatap Larasati. 

Pria itu segera berlalu meninggalkan Larasati yang hanya bisa terdiam tanpa dapat melakukan perlawanan karena kondisi tubuhnya yang masih sangat lemah, pasca persalinan. Abimana segera berlalu sambil memeluk mesra pinggang sang istri yang menggendong bayi merah, putra Larasati yang baru saja dilahirkan. Sepasang suami-istri itu sama sekali tidak peduli meski sang bayi terus menangis, seolah mengetahui bahwa dia dan ibu kandungnya telah dipisahkan. 

bersambung ...

🌹🌹🌹

Jika kalian suka dengan kisah Larasati, jangan lupa tinggalkan jejak, yah...

Yuk, sambil nunggu kelanjutan kisah Larasati, mampir dulu di ceritaku yang sudah TAMAT 

"Menjadi Candu Guruku" 🥰🙏

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
49 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status