เข้าสู่ระบบ
Riana tengah duduk di meja makan sambil menikmati segelas tes panas dengan sepotong roti bakar sebagai sarapannya pagi itu.
Suaminya baru setengah jam yang lalu pergi bekerja. Dan dia lagi tidak berselera menikmati sarapan yang dia buatkan tadi, padahal sarapan itu juga yang dia suguhkan untuk suaminya sebelum pergi bekerja tadi. Dering ponsel miliknya membuat Riana urung meneguk tes panas miliknya, lalu meletakkan kembali gelas itu di atas meja makan. "Mas Candra? Untuk apa dia menelpon ku? Apa terjadi sesuatu? " Dengan gusar Riana langsung menjawab panggilan telpon itu. "Hallo, Mas? Kamu baik-baik saja? " Suara Riana terdengar begitu khawatir. Menurut perkiraan Riana, suami nya pasti belum sampai ke kantor. Tapi kenapa malah menghubunginya seperti ini. "Ya, mas baik-baik saja. Ini lho, mas ketinggalan berkas untuk rapat di meja ruang tamu. Tadi lupa ngambil pas mau berangkat, " Terang Candra. "Ohh... Mas ketinggalan berkas untuk meeting? Mau aku anterin ke kantor? " Tanya Riana memastikan. "Iya Sayang, bisa kan? Mas nggak mungkin balik ke rumah, pagi ini juga ada meeting penting. Please, ya! Anterin! " Bujuk Candra dengan lembut melalui sambungan telpon itu. Senyum Riana merekah, dia paling suka sifat suaminya yang lembut dan penuh kasih sayang. Cara suaminya meminta bantuan kepadanya membuat Riana merasa di hargai. "Tentu saja bisa, Sayang. Apa perlu sekarang aku antar ke kantor? " Tanya Riana memastikan. "Tidak usah tergesa-gesa sayang, berkas itu aku perlukan nanti menjelang siang, jadi kamu bisa mengantarkannya sebentar lagi, " Balas Candra. "Ya sudah, nanti aku antar ya, Mas! " Jawab Riana. "Terima kasih banyak, Sayang! " Jawab Candra dengan mesra. Riana tersenyum mendengar kalimat mesra dari suaminya. Begitu lah Candra memperlakukan Riana selama ini. Teramat manis dan lembut. Candra adalah suami kedua bagi Riana. Begitupun dengan Candra, Riana adalah istri keduanya setelah istri pertama nya meninggal dunia karena sakit Sementara Yoga, suami pertama Riana saat ini sedang menjalani hukuman di penjara. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya di masa lalu kepada kedua orang tua Riana yang sudah meninggal dunia. Cukup lama bagi Riana untuk memantapkan hatinya menerima lamaran dari Candra dahulunya. Dia begitu syok dan terpukul dengan pernikahan pertamanya. Ada banyak kepahitan dan derita yang dia rasakan saat masih menjadi istrinya Yoga. Ada banyak rahasia yang suaminya itu sembunyikan dahulunya. Walaupun pada akhirnya berhasil dia bongkar dan menjebloskan mantan suaminya itu ke penjara. Setelah cukup lama berpikir, Riana akhirnya menerima Candra dan sekarang hampir lima tahun usia pernikahan mereka. Dan Riana merasa tak pernah menyesal sedikitpun telah menerima Candra sebagai suami keduanya. Karena berkat Candra, Riana merasakan kebahagiaan yang selama ini begitu dia impikan hadir dalam pernikahannya. Riana melirik jam di dinding rumah. Masih terlalu pagi untuk mengantarkan berkas itu. Mengingat Candra hanya akan memerlukan berkas itu nanti menjelang siang. Saat Riana melihat tanggal di layar ponselnya, dia langsung terdiam. "Happy birthday Sayang, andai kamu masih hidup, saat ini usiamu sudah enam tahun. Seharusnya tahun ini, mama akan mulai sibuk mengantarkan kamu ke sekolah, melihat kamu bergaul dengan teman-teman barumu. Mama tak pernah satu detik pun melupakanmu, Sayang, " Ujar Riana sambil mencium layar ponselnya yang menampilkan foto seorang bayi yang baru lahir. Satu-satunya kenangan yang di miliki oleh Riana, terhadap putri yang sudah dia lahirkan tapi meninggal beberapa saat setelah itu. Bahkan Riana tidak pernah bertemu secara langsung dengan bayinya itu, karena dia pingsan setelah Cesar kala itu. Putri yang dia lahirkan itu adalah buah cintanya dengan suami pertamanya, yaitu, Yoga. Saat dia melahirkan, Yoga sudah berada di dalam penjara sementara yang menemaninya melahirkan di rumah sakit adalah Candra. Sekarang yang bisa di lakukan oleh Riana hanyalah mendatangi makam putrinya, kapanpun dia merindukan putrinya itu. "Aku kangen Nadira, nanti setelah dari kantor aku ke makam saja, " Gumam Riana sambil bangkit dari duduknya lalu meletakkan piring kotor serta gelas sisa teh miliknya di wastafel. Bi Inah pembantu yang ada di rumah Riana terlihat tengah sibuk bekerja di dapur. Dia langsung mencuci piring kotor setelah Riana beranjak kembali menuju kamar. *** Sementara di ruang kerjanya, Candra tengah sibuk membaca berkas yang akan dia bawa untuk meeting pagi itu. Candra bekerja di sebuah perusahaan besar, setelah beberapa waktu menikah dengan Riana. Hampir lima tahun dia bekerja disana, dan jabatannya sekarang adalah seorang Direktur. Sementara Direktur Utama perusahaan itu di pegang oleh Pak Santoso. Walaupun Pak Santoso sangat jarang datang ke perusahaan itu, karena dia juga memiliki perusahaan yang lain. Hingga semua keputusan selalu Pak Santoso serahkan kepada Candra seutuhnya. Awalnya Candra begitu tak mengerti kenapa jabatannya dengan sangat mudah naik. Tapi sekarang, dia tak mau memikirkan soal itu lagi. Tiap kali bertemu dengan Pak Santoso, jawaban yang di berikan oleh Pak Santoso kepada Candra hanyalah karena kinerja yang dia miliki. Padahal menurut Candra, mustahil hanya karena itu alasannya. Suara ketukan pintu membuat Candra sedikit mengangkat kepalanya. "Masuk...!" Ujarnya dengan suara sedikit keras. Sekretaris Candra yaitu Dina, masuk dengan langkah sedikit tergesa-gesa. "Maaf, permisi, Pak. Di luar ada seorang perempuan dan anak kecil ingin bertemu dengan Bapak! " Ujar Dina dengan wajah serius. Dahi Candra mengkerut mendengar laporan dari sekretaris pribadinya itu. Dia berpikir yang datang adalah Riana, untuk mengantarkan berkas yang dia minta tadi. "Maksudmu istriku? " Tanya Candra dengan heran. "Bukan Pak, bukan Bu Riana. Tapi perempuan lain, namanya Lisa, " Jawab Dina. "Lisa___? " Otak Candra langsung berpikir mengingat nama yang di sebutkan oleh sekretaris pribadinya barusan. Dia tak punya kenalan yang memiliki nama itu, Satu-satunya orang yang bernama 'Lisa' yang dia kenal adalah mantan kakak iparnya dari pernikahannya terdahulu dengan mendiang istrinya, Diana. "Benar Pak, dia bilang ini urusan penting, jadi dia harus segera bertemu dengan Bapak! " Jawab Dina meyakinkan. Candra penasaran siapa yang ingin bertemu dengannya itu, apalagi membawa seorang anak segala. "Ya sudah, suruh dia masuk! " Jawab Candra dengan cepat. "Baik, Pak! " Balas Dina. Dina dengan cepat keluar kembali dari ruangan Candra, dan langsung menuju meja kerjanya dimana Lisa yang saat itu tengah menggenggam jemari seorang anak kecil tengah menunggu kedatangannya. "Bagaimana, Mbak? Apa Pak Candra bisa bertemu dengan kami? " Tanya Lisa dengan wajah serius. "Bisa, Mbak! Pak Candra meminta Mbak untuk masuk! " Ucap Dina. Lisa tersenyum lega, ini adalah moment yang sudah enam tahun dia tunggu. Moment dimana dia akan mendapatkan apa yang selama ini dia impikan. Lisa masih dendam dengan Candra, rencana pernikahannya dengan Candra kandas gara-gara Candra memutuskan untuk menikah dengan Riana dahulunya. Selama itu, dia menaruh rasa dendam dan amarah.Seperti yang dia rencanakan, setelah mengantarkan file pekerjaan ke kantor suaminya, Riana memutuskan untuk pergi mengunjungi makam gadis kecilnya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Riana sangat merindukan putrinya. Dia sungguh sedih setiap kali mengingat bahwa bayi kecil itu tidak sempat dia peluk setelah dilahirkan.Karena setelah operasi cesar kala itu, dia tak sadar dan setelah dia sadar, Candra dan juga pamannya mengatakan kepadanya bahwa bayi kecilnya meninggal dunia dan sudah dikuburkan.Riana tak sadarkan diri dua hari setelah menjalani operasi cesar untuk melahirkan bayi kecilnya itu. Tapi dia malah tidak pernah bisa memeluk, walaupun cuma sebentar saja, karena bayi itu tidak selamat seperti yang disampaikan oleh Candra dan juga pamannya.Saat itu, Riana masih menikah dengan Yoga dan dia lagi mengurus perceraian dengan Yoga. Makanya saat dia melahirkan, yang mendampinginya adalah Candra. Dia dan juga Yoga bercerai karena ternyata Yoga adalah orang yang telah men
Candra sungguh kaget sekaligus takut mendengar perkataan dari Lisa kepadanya."Jangan lakukan itu, Lisa! Kamu tidak boleh menemui Riana, kamu tidak boleh menyampaikan semua kebenaran ini kepadanya. Kamu tak boleh menghancurkan rumah tanggaku! "jawab Candra dengan gusar kepada Lisa.Lisa tertawa renyah mendengar ketakutan dari Candra terhadap apa yang dia sampaikan tadi."Baiklah, aku akan menyampaikan permintaanku kepadamu. Kalau kamu sanggup menurutinya, maka aku akan menyimpan semua rahasia Ini dari Riana, dan tak akan pernah membocorkan semua kenyataan ini kepadanya. Aku akan tetap mulut dengan semua kejahatan yang sudah kamu lakukan dan aku akan tetap merawat anak ini dengan baik seperti yang sudah aku lakukan selama ini! "ucap Lisa memulai negosiasinya kepada Chandra."Baiklah, Katakan apa permintaanmu itu? " jawab Chandra dengan cepat."Menikahlah denganku! Jadikan aku istrimu seperti rencana awal kita enam tahun yang lalu, sebelum kamu bertemu dengan Riana!" ucap Lisa dengan la
"Apa? Namamu siapa, Nak? "tanya Chandra dengan tubuh bergetar hebat ke arah Nadira yang baru saja memperkenalkan diri kepadanya.Nadira sedikit kaget mendengar suara keras dari Chandra kepadanya, reflek dia menoleh ke arah Lisa sementara Lisa langsung menganggukkan kepala ke arah Nadira untuk mengulangi apa yang dia ucapkan barusan."Kenalkan nama aku Nadira Putri Yoga, Om. Umurku 6 tahun!" ucap Nadira semakin lengkap kepada Chandra.Chandra yang hafal betul nama itu langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat."Apa-apaan ini Lisa? Kenapa anak ini memakai nama lengkap dari almarhum putrinya Riana? "tanya Chandra dengan bibir bergetar.Tubuhnya bergetar hebat mendengar anak itu memperkenalkan namanya kepada Candra. Chandra langsung ingat dengan semua yang dia lakukan di masa lalu terhadap Riana.Dia ingat semua kejahatan yang dia lakukan, yang sampai saat ini dia pikir sudah dia tutupi dengan sangat rapat sekali. Dan tak ada seorangpun yang mengetahuinya. Bahkan termasuk kedua orang
Candra menunggu dengan rona wajah penasaran siapa yang ingin bertemu dengannya. Apalagi sambil membawa anak kecil."Lisa? Siapa dia, ya? Tidak mungkin Mbak Lisa yang datang. Lagian, aku tak punya persoalan apapun lagi dengannya. Sudah lama juga aku tidak mendengar berita mengenai dia," Ujar Candra di dalam hatinya.Matanya menoleh kearah pintu ruangan kerjanya, berharap rasa penasaran yang dia rasakan saat itu bisa langsung terjawab dengan kedatangan tamu yang ingin bertemu dengannya itu.Langkah kaki Lisa yang tengah membimbing Nadira berjalan mantap menuju kearah pintu ruangan kerja Candra.Dia sedikit merasa grogi, tapi Lisa sudah memantapkan hatinya untuk memulai misi yang sudah bertahun lamanya dia susun.Dengan perlahan Lisa membuka pintu ruangan kerja Candra dengan lebar yang kebetulan memang tadi agak terbuka sedikit.Sementara Candra yang sedang penasaran langsung menatap kearah pintu dan melihat tamu yang ingin bertemu dengannya."Mbak Lisa?" Wajah Candra langsung tegang mel
Riana tengah duduk di meja makan sambil menikmati segelas tes panas dengan sepotong roti bakar sebagai sarapannya pagi itu.Suaminya baru setengah jam yang lalu pergi bekerja. Dan dia lagi tidak berselera menikmati sarapan yang dia buatkan tadi, padahal sarapan itu juga yang dia suguhkan untuk suaminya sebelum pergi bekerja tadi.Dering ponsel miliknya membuat Riana urung meneguk tes panas miliknya, lalu meletakkan kembali gelas itu di atas meja makan."Mas Candra? Untuk apa dia menelpon ku? Apa terjadi sesuatu? " Dengan gusar Riana langsung menjawab panggilan telpon itu."Hallo, Mas? Kamu baik-baik saja? " Suara Riana terdengar begitu khawatir.Menurut perkiraan Riana, suami nya pasti belum sampai ke kantor. Tapi kenapa malah menghubunginya seperti ini."Ya, mas baik-baik saja. Ini lho, mas ketinggalan berkas untuk rapat di meja ruang tamu. Tadi lupa ngambil pas mau berangkat, " Terang Candra."Ohh... Mas ketinggalan berkas untuk meeting? Mau aku anterin ke kantor? " Tanya Riana mema







