Share

Fitnah Dari Ipar Dan Mertua
Fitnah Dari Ipar Dan Mertua
Author: Isti Alfarizi

Fitnah Keji

Author: Isti Alfarizi
last update Last Updated: 2022-06-08 10:09:00

"Tak kusangka, kamu tega berbuat seperti ini!" Radit melempar tiga lembar foto pada Amira yang tengah menyusui Gemilang--bayinya yang berusia tujuh bulan. Amira tersentak kaget, begitu pun dengan bayi mungil itu, yang seketika menangis karena kaget dengan suara gelegar Radit.

Amira mencoba menenangkan Gemilang kembali, ia mencoba memberi pengertian pada Radit agar mengecilkan suaranya.

"Ada apa ini, Bang? Nanti kita bicarakan baik-baik. Biarkan aku menidurkan Gemilang terlebih dahulu." Amira kembali menyusui Gemilang dan mencoba membuat Gemilang tenang. Namun, karena kemarahan Radit yang memuncak, membuat ia kalap dan menarik dengan kasar tubuh kurus milik Amira, membiarkan Gemilang menangis tersedu di atas kasur.

"Sakit, Bang!" teriak Amira. Ia mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman tangan Radit yang begitu kuat. Radit melepaskan tangan Almira dengan kasar, ia gegas menyuruh Amira melihat foto-foto yang dilemparnya.

Amira memunguti tiga lembar foto yang Radit lempar tadi. Betapa terkejutnya dia, melihat foto-foto dirinya yang dipeluk lelaki lain. Bahkan ada foto dirinya berci*man dengan pria yang tidak dikenalnya.

"Coba jelaskan semua itu!" teriak Radit.

"A-aku tak tahu, Bang! Ini semua tidak benar," ucap Amira, ia meletakkan tiga lembar foto itu dengan asal. Gemilang terus menangis, membuat Amira mengambil Gemilang dan menggendongnya.

"Siapa laki-laki itu? Kau berfoto dengan tiga lelaki berbeda dan dengan pose seperti itu? Apa maksudnya?!" murka Radit, membuat Amira tak bisa membendung air matanya. Karena baru kali ini, suami yang begitu dicintainya membentak Amira dengan kasar.

"A-aku tidak tahu, Bang! Aku tak pernah berfoto seperti itu," bela Amira, karena ia memang merasa tak pernah berfoto seperti yang dituduhkan Radit padanya. 

"Abang, dapat foto ini, dari mana?" tanya Amira, tangannya terus menepuk-nepuk gemilang dengan lembut dalam gendongannya. Gemilang sudah mulai tenang dalam gendongan Amira.

"Tak perlu kau tahu, foto ini dari mana. Yang jelas, kau tega mengkhianatiku, Amira." Radit terlihat murka, ia mengepalkan kedua tangannya, emosi di dadanya meletup-letup bak air yang tengah mendidih.

"Kau mengaku saja, Amira. Kau telah berzin* dengan lelaki lain, aku adalah saksi yang melihatmu pergi dengan lelaki lain," ujar Rania--adik Radit yang tiba-tiba masuk ke kamar mereka bersama Retno--Ibu Radit dan Rania.

"Benar, Mama tak menyangka, kamu telah mengkhianati putra kesayanganku. Radit, percayalah pada Mama, istrimu itu telah berselingkuh." Retno berusaha meyakinkan Radit, agar Radit percaya dengan ucapannya.

"Itu tidak benar, Bang! Aku tak berselingkuh maupun berzin* seperti yang dituduhkan mereka," ucap Amira terjeda,

 "Rania, kapan kamu melihatku seperti itu, jangan memfitnah?" Amira menatap tajam adik iparnya tersebut. Dari awal kedatangannya sebagai seorang menantu, memang Rania-lah yang sangat tidak suka dengan Amira. Begitupun dengan Retno, ia menentang pernikahan Amira dan Radit dua tahun lalu. Retno tak setuju karena Amira merupakan anak yatim-piatu yang tak jelas asal-usulnya.

Namun, karena permintaan Radit yang begitu gigih, akhirnya Retno berusaha merestui hubungan mereka. Retno lebih suka Selly--mantan pacar Radit yang kaya raya.

"Aku melihat saat sedang berjalan-jalan di mall. Kau tengah dibonceng lelaki lain saat Mama menyuruhmu membeli obat seminggu yang lalu," dusta Rania, ia sangat senang melihat Amira dipojokkan. Tak sia-sia ia membayar mahal teman satu kampusnya untuk mengedit foto Amira agar terlihat berzina dengan lelaki lain.

"Kau masih mengelak, Amira?" Radit menatap nyalang wajah cantik istrinya itu. 

"Gak, Bang! semua ini fitnah, aku tak melakukan hal hina seperti itu!" teriak Amira membela diri.

"Terus foto-foto ini apa? foto ini membuktikan semua kelakuan busukmu pada putraku. Kau polos atau pura-pura lugu? atau jangan-jangan, Gemilang bukan cucu kandungku?" timpal Retno, hal itu membuat Radit semakin merasa emosi. Rasa cemburu menguasai hatinya, bayangan Amira berbagi peluh dengan pria lain, menari-nari dalam benaknya.

Radit menatap Gemilang yang tengah digendong Amira. Radit jadi meragukan darah dagingnya tersebut karena termakan hasutan dari Ibu dan Adiknya.

"Astaghfirullahaladzim." Amira terus beristighfar, ia tak menyangka Ibu mertua dan adik iparnya tega membuat fitnah yang sangat keji tersebut padanya.

Amira selama ini selalu sabar tinggal seatap dengan mereka, ia rela dijadikan babu gratis demi mendapatkan kasih sayang dari Retno, agar bisa menerima dengan ikhlas dirinya sebagai menantu. Namun, pengorbanan Amira terasa sia-sia setelah fitnah keji ini dilontarkan oleh Ibu mertuanya tersebut.

"Bang, itu semua tidak benar! Demi Allah, Bang! Aku tak berselingkuh. Ini semua fitnah." Amira masih membela diri, berharap lelaki yang menjadi imamnya tersebut mau membelanya dari tuduhan yang teramat keji itu.

"Kau mengaku saja, Amira! Semua ini sudah cukup membuktikan kau telah berselingkuh di belakang Abangku!" timpal Rania, ia terus berusaha menghasut Radit. "Bahkan, dengan tiga lelaki sekaligus, kau memang pantas disebut pelac*r!" lanjutnya dengan nada yang memprovokasi.

"Saat ini juga, aku talak kamu Amira! pergi dari sini dan bawa anak hasil zin*mu itu!" Radit begitu murka, ia mentalak istrinya tersebut dalam keadaan emosi. Radit begitu terhasut oleh perkataan Rania dan Ibunya, sehingga ia tak berpikir jernih menggunakan akal sehatnya untuk bertabayun mencari kebenaran yang sesungguhnya. Sikap inilah yang kelak akan membuat Radit menyesal pada akhirnya.

Seketika bulir bening mengalir dari kedua netra Amira. Radit, lelaki yang ia cintai, lebih percaya pada fitnahan Ibu mertuanya dan Rania. Pupus sudah harapan Amira untuk membela diri, karena Radit tak mempercayainya. Amira merasa percuma, suaminya sudah termakan fitnahan keji dari ipar dan mertuanya tersebut.

"Kau mengusirku, Bang? Kau tak percaya padaku?" tanya Amira tak percaya, hatinya begitu sakit seperti ditusuk ribuan sembilu yang meruntuhkan segala rasa yang tercipta untuk Radit.

"Ya, pergi kau dari sini. Aku tak Sudi beristrikan wanita pez*na sepertimu!" usir Radit, hatinya berdentam hebat menahan gejolak emosi yang menggebu seperti lava yang menyala. Radit sangat kecewa dengan istri yang sangat dicintainya tersebut.

"Baik Bang. Kalau kau tak percaya padaku, aku akan pergi dari sini. Kau sudah tak mengakui anak ini, selamanya anak ini tak akan menganggapmu sebagai ayahnya," kata Amira, dalam hati ia berjanji tak akan pernah mengenalkan Gemilang pada Radit. 

"Dan untuk kau Rania, terima kasih atas segala fitnahanmu dan Ibu terhadapku. Aku doakan semoga kelak jika kau menikah, kau tak akan merasakan apa yang aku rasakan, memiliki mertua dan ipar yang jahat seperti kalian!" Amira kemudian gegas masukkan baju-bajunya dan baju Gemilang. Amira tak tahu akan pergi kemana, tetapi Amira merasa lebih baik pergi dari sini karena hatinya terlalu sakit. Amira tak akan mengakui dosa yang tak pernah ia lakukan. Amira masih punya harga diri, ia bukan seorang pez*na seperti yang dituduhkan.

Dalam hati, Amira masih berharap Radit merubah keputusannya dan mau bertabayun mencari kebenaran untuk Amira dan mencegahnya pergi dari rumah ini. Namun, Radit tetap bergeming, ia tak peduli dengan Amira lagi.

"Secepatnya akan kuurus perceraian kita," ucap Radit, kemudian ia berlalu meninggalkan Amira keluar dari kamar membiarkan Amira mengemas baju-bajunya.

Perasaan kecewa yang teramat dalam menjalar di hati Amira. Ia sama sekali tak menyangka jika suami yang biasanya bersikap lembut padanya, dengan tega mengusirnya di malam hari seperti ini. Tak khawatirkah ia dengan keadaan Gemilang yang masih bayi? Bahkan Radit meragukan Gemilang. Amira tergugu, hal ini begitu mendadak untuknya.

Sementara senyum mengembang terukir dari bibir Retno dan Rania. Rencana untuk menyingkirkan Amira telah berhasil mereka lakukan. Hal yang selama ini ditunggu-tunggu oleh keduanya, karena mereka tak menyukai Amira karena tak jelas asal-usulnya dan dibesarkan di panti asuhan.

Di bawah guyuran air hujan malam ini, Amira pergi meninggalkan kediaman Radit yang telah dihuninya selama dua tahun terakhir. Menjadi seorang menantu yang tak diharapkan di keluarga Radit, membuatnya tak pernah dihargai. Berbagai cara Amira lakukan agar bisa diterima oleh keluarga Radit, tetapi semuanya sia-sia. Selama ini Radit selalu membelanya dan menjadi garda terdepan untuk Amira.

 Namun, tidak dengan kali ini, Radit begitu emosi dan terhasut oleh tuduhan keji yang dilakukan Rania dan Retno. Radit tak membela dan mempercayai Amira, bahkan langsung mentalak dan mengusirnya tanpa bertabayun terlebih dahulu. Radit terlalu dibutakan dengan rasa cemburu sehingga tak menggunakan akal sehatnya.

Dengan menggendong Gemilang, Amira menembus dinginnya malam. Untunglah hujan sudah reda sehingga Amira tak khawatir bayi berusia tujuh bulan itu basah karena air hujan. Amira menyusuri trotoar di sepanjang jalan, ia tak tahu akan pergi kemana. Amira tak mempunyai tujuan, hal ini begitu terjadi mendadak tanpa pernah ia bayangkan sebelumnya. Amira hanya membawa baju seperlunya, begitu juga dengan Gemilang yang tak membawa banyak baju. Bahkan, Amira hanya membawa uang dua puluh ribu, sisa uang belanja yang diberikan Radit Minggu lalu. Ponsel Amira disita Radit, sehingga ia tak bisa menghubungi siapapun, termasuk Ibu panti yang membesarkannya dahulu.

Panti asuhan tempat Amira dibesarkan, berada di luar kota yang membutuhkan ongkos yang mahal untuk sampai ke sana. Amira bingung, ia terus berjalan tanpa arah tujuan, menyusuri jalanan licin akibat hujan yang baru saja berhenti.

***

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nathalia Sama
kyknya rencana ibu mertuanya deh. harusnya ibu mertuanya ngomong baik2 dulu. malah ikutan diaaaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 97 ( Tamat )

    "Ayo, cerita, ada apa?" tanya Nisa kemudian setelah mereka duduk."Nis, apa keputusanku ini salah ya? Apa aku telah egois?" Syahla mulai bercerita."Keputusan buat nikah dengan Pak Yudha? Bukankah itu mimpi kamu?" Nisa merasa tak mengerti dengan ucapan Syahla."Maksud aku gini, aku pikir, aku akan bahagia mendapatkan Mas Yudha. Namun, hati kecilku merasa hampa karena aku tahu, Mas Yudha tak mencintaiku. Aku merasa Mas Yudha tak bahagia jika menikah denganku. Ia selalu bersikap dingin meskipun kami akan menikah. Aku pikir, Mas Yudha masih mencintai Amira," ujar Syahla."Terus, mau kamu apa, La? Apa kamu berpikir untuk melepaskan Yudha dan Amira untuk bersama? Bukankah, kau membenci Amira?" seloroh Nisa."Iya, sih. Namun, aku kembali merenung akhir-akhir ini. Semua yang terjadi bukan sepenuhnya salah Amira. Ini hanya keegoisanku semata karena cemburu padanya. Aku bingung, Nis. Namun, untuk mundur dan melepas Mas Yudha, aku sudah terlanjur malu dengan foto-foto itu.""Hati kecilku juga me

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 96

    Syahla baru saja sadar dari pingsannya. Setelah semalaman tak sadarkan diri. Terlihat Nisa yang sedang menjaganya. "Nisa," ucap Syahla lirih."Syahla, kamu udah sadar? Alhamdulillah ..." Nisa menangis haru, ia sangat takut kehilangan sahabatnya tersebut."Nis, aku masih hidup kan?" tanya Syahla."Iya, bod*h. Kau masih hidup, janji jangan kau ulangi perbuatan bod*hmu itu, La," ujar Nisa."Buat apa aku hidup, Nis. Semua kebahagiaanku sudah direnggut oleh Amira. Aku bahkan sudah tidak punya muka lagi sekarang. Hanya karena cinta, aku bertindak bod*h." Syahla menyesali perbuatannya."Aku benci Amira, Nis! Aku benci dia, karena dia hidup aku hancur seperti ini," sambungnya."Syahla, kamu yang tenang ya. Pak Yudha pasti akan menikahimu," ucap Nisa."Nggak mungkin, Nis. Mas Yudha tak akan menikahiku, ia pasti sangat membenciku saat ini.""A-aku akan menikahimu, Syahla." Suara seorang lelaki yang tak begitu asing di telinga Syahla.Syahla pun menoleh, mencari lelaki itu. Terlihat Yudha sudah

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 95

    Malam hari.Syahla tengah melihat foto-foto di galeri ponselnya di dalam kamar. Foto-foto mesra yang ia ambil dengan dibantu Nisa, ketika Yudha tengah tak sadarkan diri di kamarnya. Ia sedang berpikir untuk mengirim foto-foto itu di media sosial miliknya. Juga, ia akan mengirim di grup pekerjaannya di kantor. Meskipun, hal itu akan sangat memalukan, tetapi Syahla sudah tak punya cara lain lagi.Ia kemudian mengirim foto-foto itu di grup kerjaanya. Tak lama, grup kerjaanya itu heboh dengan banyaknya komentar dari rekan-rekan karyawan di kantornya. Semua komentar hampir menanyakan apa maksud dari Syahla mengirimkan foto-foto ini. Serta, menanyakan apakah benar foto-foto itu adalah foto Yudha dan Syahla?Syahla hanya membaca kehebohan di grup kantor, ia tak berniat membalasnya. Deretan pesan pribadi pun memenuhi ponselnya. Rata-rata dari teman kantornya."La, kamu benar-benar gila ya? Kamu serius kirim foto itu di grup kantor?" Nisa menghampiri Syahla, ia tak percaya dengan tindakan nek

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 94

    Amira begitu kecewa mendengar penuturan dari Yudha yang mengatakan, jika lelaki itu mengakui tidur di kamar yang sama dengan Syahla saat terbangun. Namun, Yudha sendiri merasa tak yakin jika melakukan hal itu, ia tak ingat apa pun."Aku tak begitu ingat, kenapa aku berada di kamar yang sama dengan Syahla. Aku juga merasa tak yakin jika aku melakukan hal itu. Hanya saja, aku merasa kecewa dengan diriku sendiri, Mir. Aku sudah menyakitimu, maafkan aku," sesal Yudha."Terus, apa yang akan kau lakukan, Kak? Apa kau akan menikahi Syahla?" tanya Amira datar.Yudha terdiam, entahlah dia tak tahu apa yang akan dia lakukan. Sebagai seorang lelaki yang dididik baik oleh keluarganya, ia tak ingin menjadi lelaki pengecut yang lepas dari tanggung jawab. Namun, ia tak yakin dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Syahla di kamar itu.Yudha kembali mengingat saat baru saja bangun dari pingsannya malam tadi. Ia memijit pelipisnya, merasa kepalanya begitu sakit. Pelan-pelan ia membuka matanya, terl

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 93

    Syahla sedang pisisi tidur di samping Yudha. Meskipun tidak berpakaian seksi, Syahla melepas hijab yang menutup kepalanya."Nisa!" Syahla menoleh saat mendengar suara pintu terbuka dan Nisa masuk ke kamarnya."Syahla, aku berubah pikiran!" "Maksud kamu?"Nisa ke sisi Syahla kemudian menarik lengan wanita itu untuk segera bangun dari kasur."La, sadar, bukan seperti ini cara untuk mendapatkan Yudha! Kamu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri!" ujar Nisa memperingatkan."Aku tak peduli, Nis! Bagiku mendapatkan Mas Yudha adalah hal yang lebih penting. Aku bahkan rela jika harus tidur dengannya!" seloroh Syahla."Tapi aku tak bisa membantumu dalam hal ini. Aku seperti ini karena peduli padamu, La. Aku tak ingin kamu mempermalukan dirimu sendiri." Nisa berusaha menyadarkan Syahla dari ide konyolnya."Oke, tak masalah. Aku sudah punya rencana lain kalau kau tak mau membantuku. Tapi, untuk kali ini kau jangan ikut campur Nisa. Berhenti menasehatiku, kau cukup melihat saja dan jangan berit

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 92

    "Gemilang? Itu ... Bukan apa-apa," jawab Syahla gugup. Ia khawatir Gemilang melihat aksinya memberikan beberapa tetes cairan ke dalam kopi milik Yudha."Tapi, aku pernah lihat itu di rumah Oma." Gemilang menunjuk sesuatu di tangan kiri Syahla.Syahla pun mengikuti pandangan Gemilang, ternyata yang dimaksud anak kecil itu adalah gelang yang dipake Syahla."Gelang ini?" tanya Syahla memastikan dengan menunjukkan gelang itu pada Gemilang.Gemilang mengangguk. "Gelangnya sama kaya punya Oma. Apa itu gelang punya Oma, Tan?"Syahla sedikit lega mendengar ucapan Gemilang. Ternyata benar, Gemilang menanyakan gelangnya."Ini gelang punya Tante. Oma membelikannya untuk Tante. Gelang Oma sama Tante samaan," jelas Syahla."Emang kenapa, kok Gemilang tanya gelang ini?" tanya Syahla kemudian karena penasaran."Dulu waktu di rumah Oma, aku ambil gelang Oma buat mainan. Habis itu, gelang Oma rusak. Oma marah sama aku, katanya itu gelang berharga punya Oma. Aku nggak boleh pegang gelang itu lagi." Gem

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 91

    Yudha mendatangi apartemen Amira. Kali ini, ia datang bersama Syahla karena saat hendak pulang dari kantor, Syahla memaksa ikut bersama Yudha.Awalnya, Yudha enggan mengajak Syahla. Ia takut Amira akan salah paham padanya nanti."Aku hanya ingin meminta maaf pada Amira, Mas. Izinkan aku ikut denganmu. Bukankah, kau sudah tak marah denganku lagi? Aku janji tak akan mengganggu hubungan kalian," rengek Syahla saat Yudha hendak masuk ke dalam mobilnya.Yudha pun merasa tak enak. Ia akhirnya mengizinkan Syahla ikut dengannya datang ke apartemen Amira."Baiklah, ayo masuk!" perintah Yudha.Syahla pun tersenyum, gegas ia masuk ke dalam mobil Yudha dan duduk di samping lelaki itu.Sesampainya di apartemen, Yudha segera memarkirkan mobilnya. Berjalan beriringan dengan Syahla, menuju apartemen Amira. Yudha masih bersikap agak dingin pada Syahla, meskipun wanita itu mencoba mencairkan suasana dengan mengajak Yudha mengobrol.Sementara itu, di dalam apartemen, sudah ada Radit yang juga baru saja

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 90

    ****Yudha tengah dilanda rasa bahagia karena hubungannya dengan Amira sudah jelas. Ia dan Amira sudah berencana untuk melakukan lamaran secara resmi dua minggu lagi dan selanjutnya menikah satu bulan setelahnya.Yudha teramat bahagia, ia selalu semangat dalam bekerja. Hari-harinya terasa indah dan rasanya sudah tak sabar untuk menuju hari itu. Namun, hal itu juga membuatnya sedikit posesif pada Amira karena takut kehilangan wanita itu.Seperti pagi ini, saat Amira menceritakan jika ia tak ke kantor karena akan mengurusi bayi Rania yang dititipkan oleh Radit padanya, seketika membuat hati Yudha merasa cemburu. Ia tak suka jika Amira masih berhubungan dengan Radit, karena takut cinta diantara mereka berdua bersemi kembali. Namun, Yudha menyembunyikan rasa cemburunya, ia mencoba bersikap tenang. Yudha tak mau gegabah karena takut Amira menjauh darinya."Maaf, Kak. Aku hari ini nggak ke kantor. Bang Radit menitipkan bayi Rania padaku. Aku tak tega jika tak membantunya," ucap Amira di tel

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 89

    "Mengalami apa, Sus? Apa yang terjadi?" tanya Radit semakin merasa cemas."Sebelumnya, saya mohon maaf jika harus menyampaikan ini. Bayi pasien tidak sempurna, dia cac*t, anggota tubuhnya tak lengkap. Kedua tangannya tak ada. Tapi, bayinya sangat cantik, sama seperti ibunya," jawab suster itu menjelaskan."Ya Allah .... " Radit merasa lemas mendengar penjelasan dari suster."Boleh saya lihat keponakan saya, Sus? Saya ingin mengadzaninya," pinta Radit."Mari silahkan." Suster itu mempersilahkan Radit masuk ke dalam kamar bersalin.Terlihat Rania yang masih ditangani oleh bidan dan beberapa suster yang membantu. Radit melirik sekilas, ia tak tega melihat Rania.Suster kemudian menggendong bayi yang sudah dibersihkan itu, dan diberikannya pada Radit.Benar kata suster, bayi itu cantik, mirip dengan Rania. Hanya saja, anggota tubuhnya tak lengkap. Radit menerima bayi itu, dipeluknya bayi Rania dan dikecup keningnya. Radit teringat kembali momen di mana ia pernah mengadzani Gemilang saat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status