I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...

I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...

last updateLast Updated : 2024-10-23
By:  JnxdoeCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
65Chapters
598views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Setelah ditinggalkan begitu saja oleh pria yang telah ditemaninya dari nol, Ema berusaha bangkit dan menata hidupnya lagi. Ia mencoba meninggalkan masa lalunya jauh di belakang sana.       Dalam masa pemulihannya, muncul lelaki lain yang hadir dalam hidupnya. Bos-nya sendiri, yang sudah ia kenal 3 tahun lamanya. Tidak pernah terbersit di benak Ema, kalau ia akan jatuh cinta pada pria itu. Sayangnya, ia menghadapi dilema yang sama seperti masa lalunya. Ia mencintai orang yang salah dan Ema tahu, lelaki itu akan meninggalkannya juga pada akhirnya. Apa yang akan dilakukan Ema? Beranikah ia mengambil resiko patah hati lagi, atau justru memilih pergi dan meninggalkan pria itu duluan?

View More

Chapter 1

Chapter 1 - Pertemuan dengannya

Suara langkah lalu-lalang dan riuh rendah dari banyak pengunjung di kafe tampak tidak mempengaruhi dua manusia yang sedang duduk saling berhadapan. Pandangan mereka tertunduk ke arah cangkir di atas meja, sampai salah satu di antaranya akhirnya memecah kesunyian itu.

"Bagaimana kabarmu?" Pertanyaan itu dilontarkan ragu-ragu, tapi penuh rasa ingin tahu.

Mendongak, wanita yang tadinya tertunduk itu mengerjapkan matanya yang bulat dan tersenyum lembut. Perlahan, ia menyenderkan punggungnya ke kursi di belakangnya. Kedua tangan di pangkuannya.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya. Kamu sendiri, gimana kabarnya?"

Pria tampan itu sejenak terdiam, tapi kemudian senyuman mulai muncul di bibirnya.

"Aku juga baik-baik saja."

Keduanya berpandangan dan saling memberikan senyuman, seperti teman lama.

Wanita bernama Ema itu mengambil kopinya dan hampir menyesapnya saat terdengar lagi suara si pria.

"Kamu sudah nikah?"

Ada jeda sesaat ketika Ema menatap pria di depannya. Ia kemudian meminum kopinya dan meletakkan lagi cangkirnya ke atas meja dengan sangat pelan.

Wanita itu masih tersenyum saat menjawab pertanyaan itu, "Belum."

Jakun si pria sedikit naik turun ketika mendengarnya. "Kenapa?"

Barulah ketika mendengarnya, senyuman di bibir Ema mulai memudar. Tatapannya menajam.

"Kenapa kamu tanya? Itu bukan urusanmu."

Nada suara Ema yang tajam membuat pria itu terdiam. Matanya bergerak-gerak menatap wanita itu.

"An. Aku tahu kamu masih marah karena aku memutuskanmu dulu. Aku cuman khawatir kalau kamu-"

Tawa geli yang rendah muncul dari tenggorokan Ema dan ia menutup mulut dengan tangannya saat melihat ekspresi pria di depannya tampak mengeras.

"Ehm. Maaf. Aku kelepasan."

Tidak mau melanjutkan lagi pembicaraan, Ema meraih tasnya dan mengeluarkan dompetnya.

"Mau apa kamu, An? Aku yang akan-"

Tidak menggubris perkataan itu, Ema meletakkan beberapa lembar uang berwarna biru ke meja dan berdiri.

"Maaf. Tapi aku tidak mau berhutang. Aku pulang duluan."

Ia baru saja akan melangkah saat tangannya ditahan pria itu. "Tunggu dulu, An! Aku-"

"Lepaskan tanganmu, DIt. Atau aku teriak di sini."

Kepala Adit menoleh ke sekelilingnya dan pria itu pun melepaskan cengkeramannya. Tampak ia menghela nafasnya berat dan berdiri mendekat ke arah wanita itu.

"Andie, aku belum selesai membicarakan mengenai masalah kita dulu. Aku ingin-"

Ema memundurkan tubuhnya dan membuatnya berada cukup jauh dari pria di depannya.

"Masalah kita dulu? Masalah kamu selingkuh dan menikah dengan wanita lain? Masalah keluargamu yang sudah menghinaku? Atau masalah kamu belum membayar hutang sepeser pun padaku, padahal aku yang membantumu untuk skripsi dan penelitianmu? Belum lagi hobi mobil bekasmu? Masalah yang mana, Dit?"

Perkataan itu disemburkan dengan nada pelan dan sangat lembut. Sama sekali tidak ada kemarahan, yang malah membuatnya terasa lebih menakutkan.

"Andie..."

Tangan Ema yang menggenggam tasnya terasa mengetat, tapi bibirnya masih tersenyum lembut.

"Aku sudah move on, Aditya. Selama 7 tahun ini, aku sudah tidak lagi mengingatmu. Aku sudah sibuk dengan hidupku sendiri, dan tidak punya waktu mengingat masa lalu tidak berguna. Jadi kamu salah kalau kamu pikir aku belum nikah karena kamu. Aku juga tidak butuh rasa kasihanmu. Kamu urus saja keluargamu."

Kakinya hampir saja melangkah, saat Ema menoleh kembali pada pria yang masih mematung itu.

Kali ini, suara wanita itu terdengar tegas dan tidak terbantah. "Jangan mengajakku ketemuan di luar lagi seperti ini. Urusan kita sebatas pekerjaan. Tidak lebih. Kecuali kalau kamu berniat selingkuh dari isterimu."

Bola mata Adit sedikit melebar mendengar kata-kata ketus itu. Ia hanya bisa terpana menatap Ema berjalan menjauh dengan tubuh yang tegak dan sama sekali tidak menoleh lagi.

Sampai di mobilnya, Ema mencengkeram kemudinya dan menggeram kasar. Ia menengadahkan kepalanya tinggi dan menutup matanya erat-erat. Salah satu telapak tangannya memukul kemudinya kencang. Betapa ia sangat ingin menjerit dan memukul sesuatu saat ini!

Ia butuh beberapa saat untuk menenangkan diri. Setelahnya, ia mengambil ponsel dan menggeser layarnya. Puas dengan yang dicarinya, ia melempar benda itu kembali ke dalam tas dan menyalakan mobil.

Memasukkan persneling ke posisinya, Ema bergumam rendah, "Sudahlah, Em. Pria s*alan itu tidak perlu kau ingat-ingat lagi! Dia tidak pantas untuk diingat!"

Selang beberapa waktu kemudian, Ema telah berada di salah satu gedung bioskop yang tidak terlalu ramai di kota itu. Tampak ia mengamati poster-poster di sana dan memutuskan menonton salah satunya.

Melihat Ema yang sedang berjalan mendekat, petugas di baliknya tersenyum sumringah.

"Malam, kak! Lama ga ketemu."

Membalas senyuman itu, Ema terkekeh pelan. "Iya. Kebetulan ada film bagus. Rame malam ini?"

Senyuman si petugas lebih lebar. "Cukup rame, kak. Kakak mau nonton film ini juga?"

"Iya. Masih ada sisa?" Mata Ema menelusuri layar yang ada di depannya antusias.

"Masih cukup banyak, kak. Kakak mau duduk di mana?"

Melihat sudah ada beberapa bangku yang terisi, Ema akhirnya menunjuk satu bangku yang ada di samping lorong. Tampak deretan di sampingnya masih cukup kosong.

"Di sini, mba. Satu."

"Film-nya sudah dimulai, kak. Jadi nanti kakak langsung masuk saja ya."

"Oke, mba. Makasih."

Selesai transaksi, ia membeli sekotak popcorn dan juga sebotol minuman dingin. Suhu yang ternyata cukup rendah dalam studio, membuat Ema menyesal membeli minuman dingin. Ia mungkin akan menggigil nanti, terutama karena lupa membawa jaketnya.

Setelah mencari bangkunya dibantu petugas, wanita itu pun duduk di kursinya dan mulai menikmati layar di depannya. Matanya sejenak berkelana menatap sekitarnya dalam suasana gelap. Terdapat cukup banyak pasangan yang menonton di Jumat malam ini.

Ia baru saja akan menyuapkan popcorn-nya ke mulut saat seseorang tiba-tiba saja berdiri di sampingnya.

"Maaf. Permisi." Suara pelan pria itu terdengar serak dan berat. Aksennya familiar.

"Oh ya. Silahkan."

Sedikit menggeser kakinya, Ema baru sadar kalau pria itu ternyata cukup tinggi dan besar. Kaki mereka saling bergesakan, sampai lelaki itu duduk di sampingnya. Hawa panas langsung terasa mulai menyebar ketika bahu mereka bersentuhan.

Tidak nyaman, Ema menggeser tubuhnya ke samping tapi tetap saja, bahu mereka kembali saling menempel.

Ia baru saja akan meminta pria itu sedikit bergeser, saat pasangan lain kembali harus melewati bangku Ema. Deretan itu ternyata cukup terisi penuh dan saat mengamati lajur bangkunya, barulah ia dapat melihat wajah lelaki di sampingnya dengan lebih jelas. Siluetnya mempertegas garis wajah pria itu yang kaku dan tajam.

Suara Ema terasa tercekat saat ia refleks mencicit, "Pak Ilyas?"

Kepala lelaki itu menoleh. Matanya yang kelabu muda, tampak memantulkan bayang-bayang gambar yang berseliweran di layar besar bioskop itu. Salah satu sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas.

"Ema?"

S*al!

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
65 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status