Home / Rumah Tangga / Janji Suci Yang Terbagi / Aku Bertemu Calon Suamiku

Share

Aku Bertemu Calon Suamiku

Author: Ukhty Ijah
last update Huling Na-update: 2022-02-06 19:18:10

Seminggu setelah Bapak memberikan kabar baik pada Pak Hendra, mereka sekeluarga datang lagi ke rumah untuk melamarku. Bapak dan Ibu mengundang keluarga besar kami untuk menyambut kedatangan Pak Hendra sekeluarga.

Aku berada di dalam kamarku bersama Ayu dan sepupuku, Mba Dian. Hari ini aku didandani oleh Mba Dian. Dia merias wajahku dan menyanggul rambutku. Aku mengenakan baju gamis warna pink dengan hiasan brokat. Kebetulan Mba Dian adalah perias pengantin. Dia memberikan jasa makeup gratis untuk acara lamaranku dan juga di hari pernikahan. Kata Mba Dian, ini adalah hadiah pernikahan yang bisa diberikannya. Alhamdulillah terima kasih, Mba Dian.

Aku bisa mendengar suara gelak tawa orang-orang dari balik pintu. Apa salah satu suara tawa itu milik Arman? Sebelumnya aku hanya melihat wajahnya di foto dan hari ini kami akan bertemu. 

Ibu masuk ke dalam kamarku. Ibu membawaku keluar untuk menemui para tamu. Di ruangan yang sudah ditata rapi untuk acara lamaran, banyak orang yang sudah berkumpul. Aku tertunduk malu saat semua mata memandangku. Apakah riasanku cantik atau jelek? Aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Membuatku tegang saja.

Aku duduk di sebelah Bapak. Bapak mengenakan kemeja batik yang warnanya serasi dengan gamis yang dipakai oleh Ibu. Aku duduk diapit oleh Bapak dan Ibu.

Bapak memperkenalkan satu per satu anggota keluarga Pak Hendra. Aku sudah bertemu Ibu Rosa, Daniel, dan Tamara sebelumnya. Hari ini aku baru bertemu dengan Pak Hendra dan istrinya. Pak Hendra terlihat baik dan murah senyum. Sedangkan istrinya, entahlah apa ini hanya perasaanku saja, tapi cara dia memandangku terasa tidak ramah.

Pandangan mataku mencari sosok Arman. Apa dia tidak datang? Aku tidak menemukannya di antara para tamu.

"Nda, Nak Arman tidak bisa datang," ujar Bapak, seolah tahu aku sedang mencari calon suamiku.

"Arman tidak bisa datang. Karena dia masih karyawan baru, jadi belum bisa ambil cuti. Jadi kami mewakilinya untuk acara lamaran ini," Pak Hendra menjelaskan.

Karyawan baru? Bukankah Pak Hendra yang memiliki perusahaan? Kenapa tidak bisa memberikan cuti pada anaknya? Atau Arman tidak bekerja di perusahaan ayahnya? 

Dan akhirnya acara lamaran berlangsung tanpa kehadiran Arman. Aku sangat kecewa tidak bisa bertemu dengan Arman dan berkenalan dengannya. Mungkin kami akan bertemu di acara pernikahan kami. Semoga saja ...

***

Hari-hari berlalu, tanpa terasa hari pernikahanku akan digelar besok. Suasana rumah menjadi ramai. Beberapa pekerja dekorasi pernikahan sedang sibuk menghias rumah kami, yang akan dijadikan tempat acara. Untuk cateringnya, kami dibantu oleh para tetangga dan anggota keluarga lainnya. Bapak sudah menyiapkan halaman belakang kami untuk menjadi area dapur umum. Kamarku juga sudah dihias dengan nuansa warna pink. Aku suka dengan dekorasinya. Kamarku seketika berubah seperti kamar seorang putri kerajaan. Dan besok aku akan menjadi Putri Sehari.

***

Malam ini aku tidak bisa tidur. Aku memikirkan acara pernikahanku besok. Semoga acaranya lancar.

Ibu Rosa tidak ingin menunda terlalu lama pernikahanku dengan Arman. Jadi saat acara lamaran, Bu Rosa meminta pernikahan dilangsungkan 2 bulan kemudian. Walaupun rasanya terlalu cepat bagiku, tapi Bapak menyanggupinya.

Setelah acara lamaran waktu itu, aku belum pernah bertemu Arman. Bahkan saling bersapa lewat telepon atau chat saja tidak pernah. Padahal waktu itu Tamara sudah meminta nomor ponselku untuk diberikan pada Arman. Begitu juga sebaliknya. Tamara memberikan nomor ponsel Arman padaku. Aku tidak tahu kenapa Arman sama sekali tidak menghubungiku. Apa dia tidak penasaran dengan calon istrinya ini? Masa harus aku duluan yang mulai menelponnya?

Aku membuka galeri di ponselku. Kupandangi wajah Arman. Aku tidak menyangka pria seganteng ini akan menjadi suamiku. Aku tidak pernah berpikir akan menjadi istri dari seorang Pangeran. Aku sadar diri. Siapa aku yang berani bermimpi setinggi itu? Tapi Allah begitu baik. DIA menghadiahkanku seorang pria, yang bahkan tidak berani aku gapai dalam mimpi. Semoga pernikahan kami langgeng dan aku bisa menjadi istri yang baik untuknya.

***

"Dia datang!" seru Ayu tiba-tiba ketika masuk ke dalam kamarku.

Aku, Mba Dian dan asistennya menoleh ke arah Ayu hampir bersamaan.

"Siapa?" tanyaku.

"Armaaann," Ayu menyebut namanya dengan riang.

Aku terperanjat mendengarnya. Tanpa sadar aku langsung beranjak dari kursi, dan hendak berlari keluar kamar.

"Ndaa, mau kemana?! Riasanmu belum selesai," tegur Mba Dian.

Aku lupa kalau aku sedang didandani oleh Mba Dian. Karena mendengar Arman datang, aku jadi tidak sabar ingin menemuinya. Aku meringis malu. Mba Dian bertolak pinggang sambil menggelengkan kepalanya. Dan Ayu hanya menertawaiku.

Akhirnya selesai juga riasanku. Ternyata riasan pengantin itu lama dan ribet. Harus pakai ini dan itu. Walaupun hanya duduk saja, rasanya badanku sudah capek. Aku mengenakan kebaya pengantin putih. Rambutku disanggul dengan hiasan bunga melati di atasnya. Tema riasan dan bajuku adalah pengantin Jawa.

Cantik! Aku memandangi wajahku di cermin. Apa ini beneran aku? Bukan wajah orang lain yang tertukar, kan? Sepertinya aku harus belajar memakai makeup dengan Mba Dian. Dia pandai sekali merias.

***

Acara ijab kabul akan dimulai. Ibu dan Bibiku membawaku ke tempat acara. Dari kejauhan aku bisa melihat punggung Arman. Dia memakai setelan jas berwarna putih. Arman duduk berhadapan dengan Bapak dan Penghulu. Di samping kanan kirinya ada Daniel dan Pamanku sebagai saksi pernikahan.

Aku duduk di sebelah Arman. Akhirnya aku bisa melihat wajah Arman dari dekat. Aku mencuri pandang ke arahnya. Lebih ganteng aslinya. Tapi dia sama sekali tidak menoleh ke arahku. Apa dia pemalu?

"Bisa kita mulai acaranya?" Pak penghulu meminta ijin.

Bapak mengangguk. Dan acara ijab kabul pun dimulai. Jantungku berdegup kencang ketika mendengar suara Arman untuk pertama kalinya, mengucapkan ijab kabulnya. Aku meneteskan air mata ketika mengaminkan do'a setelah ijab kabul. Air mata kebahagiaan. Lega rasanya acara puncak berjalan dengan khidmat dan lancar.

Aku dan Arman duduk bersanding di kursi pelaminan. Para tamu undangan datang silih berganti menyalami kami, memberikan ucapan selamat, dan mendoakan yang terbaik untuk kehidupan kami yang baru. Selama duduk bersebelahan, Arman sama sekali tidak menoleh ke arahku, bahkan mengajakku mengobrolpun tidak. Kami benar-benar seperti orang asing. Apakah Arman menyetujui pernikahan ini? Karena aku tidak melihat ada ekpresi bahagia di wajahnya. Raut wajahnya datar dan dingin. Semoga ini hanya perasaanku saja

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
dasar cewek kampungan norak. sabar dikit nyet
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 17

    Mobil Toyota Alphard dan Mercedes-Benz terpakir di halaman rumah keluarga Hadiwijaya.Pak Setya sedang berdiri di depan mobil Alphard, menunggu kedua majikan kecilnya muncul dari dalam rumah.Tak lama berselang, Chandra dan Tya yang sudah rapi dalam balutan seragam sekolahnya, berjalan dengan riang menuju teras depan rumah.Mereka didampingi oleh kedua orang tua, oma, dan babysitter barunya."Chandra, Tya, belajar yang rajin ya. Jangan nakal di sekolah," ujar Manda mengusap lembut kepala kedua anaknya."Iya, Ma," jawab si kembar hampir bersamaan. Kemudian mereka mengecup punggung tangan mamanya."Have fun at school." Arman memeluk hangat kedua anaknya."Okay, Pa," si kembar membalas pelukan Arman.Chandra dan Tya menghampiri Nyonya Adele untuk mengecup punggung tangannya."Cucu Oma yang cantik dan ganteng," puji Nyonya Adele sembari memeluk kedua cucunya.Setelah selesai berpamitan, Chandra dan Tya segera menghampiri mobil yang akan mereka tumpangi."Nyonya, saya berangkat dulu mengan

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 16

    Arman masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat Manda sedang berbaring di atas ranjang, dengan posisi tidur membelakanginya.Manda menoleh ketika suaminya duduk di tepi ranjang."Anak-anak sudah tidur, Mas?" tanyanya sembari beranjak duduk."Sudah. Kamu belum tidur?""Manda menunggu Mas Arman,""Mau ditimang-timang ya biar bisa tidur?" ucap Arman dengan memainkan mata genitnya."Iih, Mas," Manda tersipu malu.Arman bergerak mendekati istrinya. Dia merangkul tubuh Manda."Gak usah malu. Bilang saja kalau pelukanku bikin kamu nyaman, kan," goda Arman."Genit, ah," Manda menepuk lembut dada suaminya.Arman menyandarkan punggungnya ke headboard bed sambil mendekap istri tercintanya di dada.Keduanya diam sejenak, menikmati kehangatan satu sama lain."Mas lama sekali tadi? Anak-anak susah ya disuruh tidur?" tanya Manda kemudian."Enggak. Abis dari kamar mereka, Mas mengobrol sebentar sama Tante,"Manda mengangkat setengah badannya untuk menatap wajah Arman."Apa Mas berhasil membujuk Tante?" t

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 15

    "Kamu beruntung bisa bekerja di sini. Gajinya besar. Bahkan lebih besar dari gaji di tempat kerjamu dulu, kan," sambut Santi dengan riang."Iya, aku bersyukur bisa diterima kerja di sini," jawab Rianti sembari tersenyum senang."Kamu harus berterima kasih sama Nyonya Adele. Kalau bukan karena dia, kamu gak akan bisa bekerja di rumah ini. Manda kan sudah menolakmu,""Nyonya Manda," Kiki yang tiba-tiba muncul di depan kamar Rianti, mengoreksi ucapan Santi.Kemudian Kiki masuk ke dalam kamar Rianti, dan ikut bergabung untuk mengobrol."Kamu aja yang anggap dia Nyonya. Aku sih gak mau. Cuman di depannya aja aku terpaksa panggil dia Nyonya, daripada aku dipecat. Males banget!" cibir Santi.Rianti heran dengan sikap tak sopan Santi pada majikannya."Kenapa ... kamu hanya memanggil namanya?" tanya Rianti."Untuk apa aku memanggilnya Nyonya? Dia dan aku sama. Kami satu level. Nasibnya aja yang mujur karena dinikahi Tuan Arman," cemooh Santi."Maksudnya?""Manda itu perempuan kampung, sama sep

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 14

    "Jahat sekali Tante Adele bikin persyaratan seperti itu?!" ucap kesal Ayu dari balik telpon."Manda rasa Tante sengaja melakukannya. Dia tahu kalau Manda gak akan membiarkan Kiki dipecat. Jadi mau tak mau, Manda terpaksa menerima babysitter itu," ujar Manda dengan sedih."Lalu Arman?""Mas Arman sudah berusaha membujuk Tante Adele, tapi percuma saja. Tante gak mau mengubah keputusannya,""Menyebalkan sekali!" umpat Ayu."Sepertinya kami harus mengalah. Daripada masalahnya makin besar," ujar Manda dengan pasrah."Manda, aku boleh tanya sesuatu?" ucap Ayu."Soal apa?""Kamu pernah bilang kalau kamu takut si kembar akan lebih sayang sama babysitter mereka, makanya kamu gak mau memakai jasanya. Tapi aku rasa itu bukan satu-satunya alasan," ujar Ayu dengan curiga.Manda mengangkat punggungnya yang bersandar di headboard bed. Dia terkejut dengan pernyataan sahabatnya itu."Memangnya ... ada alasan apa lagi? Pertanyaanmu aneh," ujar Manda dengan gugup."Beberapa waktu yang lalu, aku gak seng

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 13

    Keesokan harinya ...."Bi, Pak Setya dan anak-anak sudah pulang?" tanya Manda saat berpapasan dengan Bibi Sari."Belum, Nyonya,""Manda tunggu saja di ruang tengah," jawab Manda sambil melihat ke jam di layar ponselnya."A-anu ... Nyonya. Di ruang tengah sedang ada tamu,""Tamu siapa?""Hmmm ...," Bibi Sari ragu untuk menjawab pertanyaan Manda."Siapa, Bi?" selidik Manda."Tamunya Nyonya Adele,""Kenapa raut wajah Bibi jadi gugup begitu? Memang siapa tamunya?" tanya Manda penasaran."I-itu ... dia ... babysitter yang waktu itu,""Ha?" Manda terkejut.Kemudian Manda bergegas menuju ke ruang tengah untuk menemui tamu Nyonya Adele.Bibi Sari yang merasa khawatir, ikut menyusul Manda ke ruang tengah.Manda menghentikan langkahnya seketika setelah melihat Rianti sedang mengobrol dengan Nyonya Adele di ruangan."Bu Manda," Rianti segera bangun dari duduknya untuk menyapanya.Sementara Nyonya Adele mengabaikan kehadiran istri keponakannya itu."Kamu sudah paham aturan rumah yang saya sampaik

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 12

    "Alhamdulillah Nyonya sudah pulang," sambut hangat Bi Sari."Iya, Bi. Senang rasanya bisa pulang," sahut Manda dengan tersenyum lega."Anak-anak belum pulang sekolah, Bi?" tanya Arman."Belum, Tuan. Tapi Pak Setya sudah jemput ke sana,""Baguslah. Sayang, kamu istirahat dulu di kamar, ya," ujar Arman."Manda mau ke ruang tengah saja, Mas. Nungguin anak-anak,""Mas antar ke sana," jawab Arman sambil menggandeng tangan istrinya."Tasnya biar saya taruh di kamar, Tuan,""Makasih, Bi," Arman menyerahkan travel bagnya pada Bibi Sari.Kemudian dia mengajak Manda pergi ke ruang tengah."Duduklah di sini. Mau nonton tv?" tanya Arman sambil menata bantal sofa."Gak usah, Mas," jawab Manda sembari duduk."Selamat datang, Nyonya Manda. Nyonya mau minum teh?" Kiki menyusul ke ruang tengah."Kok kamu gak ikut jemput anak-anak, Ki?" tanya heran Manda."Gak, Nyonya. Soalnya Nyonya Adele minta Kiki di rumah saja," jawab Kiki dengan salah tingkah."Pak Setya yang jemput sendirian?""Gak, Nya. Tadi pag

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status