Share

Obrolan Di Pagi Hari

Penulis: Ukhty Ijah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-07 17:18:59

Beberapa orang sedang sibuk di dapur. Aku mengenal salah satunya, Kiki. Sepertinya mereka belum melihat kehadiranku.

"Ha-halo ....," sapaku.

Mereka semua menoleh.

"Non Manda, ada yang bisa kami bantu?" seorang wanita setengah baya bergegas menghampiriku.

"Tidak, aku tidak perlu apa-apa. Aku merasa bosan saja karena tidak melakukan apa-apa. Ada yang bisa aku bantu di sini?" aku menawarkan tenagaku.

"Oh ... tidak ada Non. Kami bisa mengerjakannya sendiri. Sudah tugas kami," wanita ini menolakku secara halus.

"Kita belum berkenalan. Nama ibu siapa?"

"Nama saya Sari, Non. Di sini biasa dipanggil Bi Sari," jawabnya memperkenalkan diri. Lalu dia mulai memperkenalkan masing-masing pembantu lainnya.

Ada satu wajah yang tidak asing bagiku, "Santi?" tanyaku.

Dia menjawabku sambil menunduk. Ternyata aku tidak salah. Dia Santi, teman SMP-ku dulu. Sejak lulus SMP, aku tidak pernah mendengar kabarnya. Kabar terakhir yang kudengar, dia pergi ke Jakarta untuk bekerja. Tak disangka aku bertemu dengannya di sini. Baguslah, setidaknya ada seseorang yang kukenal dari kampung halamanku.

"Kamu apa kabar, San?" aku menghampirinya.

"Baik, Non," jawabnya dengan nada sopan.

"Jangan panggil Non. Kita kan teman, San,"

Dia hanya terdiam. Santi tidak berani menatapku. Apa dia malu padaku?

"Non Manda, kenal dengan Santi?" tanya Bi Sari.

"Iya, kami dari kampung yang sama. Dulu kami satu sekolah juga,"

"Maaf, Non Manda. Saya permisi dulu. Saya mau membersihkan ruangan lain," ucap Santi yang tergesa-gesa pergi dari dapur.

"Santi, tunggu" aku mengejarnya.

Santi terus saja melangkah. Dia tidak menggubris panggilanku. Semakin aku mendekatinya, semakin cepat dia berjalan.

"Non Manda," Bi Sari tiba-tiba berjalan ke depanku, "Apa Non Manda ingin Santi mengerjakan sesuatu? Biar Bibi yang lakukan,"

"Bukan, Bi. Manda cuman ingin mengobrol dengan Santi. Kami sudah lama tidak bertemu," jawabku, lalu mencoba mengejar Santi lagi.

Tapi Bi Sari tidak memberiku jalan. Dia masih berdiri di depanku, seolah-olah ingin menghalangiku.

"Non Manda, sebaiknya biarkan Santi bekerja dulu. Nyonya besar akan marah jika kami tidak menyelesaikan tugas kami," ucap Bi Sari dengan nada sopan.

"Iya ... baiklah," jawabku dengan sedikit lesu.

***

Aku menghampiri Nenek yang sedang bersantai di sofa teras belakang.

"Nek," sapaku.

"Manda, duduk sini," pintanya.

"Nenek sedang apa?"

"Hanya duduk saja,"

"Manda darimana?"

"Tadi abis dari dapur, berkenalan dengan mereka yang bekerja di rumah ini. Aku bertemu dengan temanku, Nek," jawabku.

"Oh ya, siapa?"

"Santi. Kami satu kampung. Teman sekolahku dulu,"

"Benarkah? Nenek baru tahu kalau Santi berasal dari kampung halaman kita,"

"Dia bekerja di sini sudah lama, Nek?"

"Iya sepertinya sudah lama. Tapi Nenek tidak ingat sejak kapannya,"

"Tapi Santi kelihatannya menghindariku, Nek," keluhku.

"Mungkin dia sungkan denganmu. Walau kalian berteman, sekarang status kalian sudah berbeda. Kamu majikan dan dia pembantu di sini,"

Aku merasa tidak nyaman dengan masalah status ini. Bagiku Santi adalah temanku. Aku tidak memandangnya sebagai pembantu.

"Manda, apa kamu senang tinggal di sini?"

"Iya, Nek,"

"Maaf ya. Kami belum sempat mengadakan pesta pernikahan untukmu dan Arman di sini. Arman sudah harus kembali ke Amerika,"

"Tidak apa-apa, Nek. Manda juga gak terlalu suka dengan keramaian pesta,"

"Kamu sedih harus berpisah dengan Arman secepat ini?"

Aku mengangguk, "Tapi di sini ada Nenek. Jadi Manda gak merasa kesepian," ujarku dengan tersenyum.

"Apa Arman bersikap baik padamu?"

"Mas Arman baik, Nek," aku tidak mungkin mengatakan sikap Mas Arman yang sebenarnya pada Nenek.

"Kamu bahagia bersama Arman?"

"Iya, Nek. Manda bahagia,"

"Syukurlah, Nenek senang mendengarnya," ujar Nenek dengan tertawa kecil.

Maaf ya, Nek. Manda berbohong. Nenek orang baik. Manda gak mau membuat Nenek sedih.

"Nek, boleh Manda bertanya? Mas Arman orangnya seperti apa? Kami belum sempat mengobrol lama,"

"Arman ... dia anak yang baik dan ceria. Dia juga pandai. Arman selalu ranking 1 di sekolahnya. Cucuku itu punya jiwa sosial yang tinggi. Dia sering membantu orang-orang yang membutuhkan. Kadang dia mengadakan acara amal bersama teman-temannya. Arman orangnya supel. Dia punya banyak teman. Arman tidak pernah membeda-bedakan orang ketika berteman," Nenek bercerita dengan antusias.

"Mas Arman juga menyukai anak-anak ya, Nek. Dia akrab sekali dengan anak-anak Kak Tamara,"

"Iya, Arman memang suka anak-anak. Dia akan menjadi ayah yang baik. Semoga kalian cepat dapat momongan,"

Bagaimana mau dapat momongan? Malam pertama kami saja gagal.

"Nek, hubungan Mas Arman ... dengan Papa ... apa baik-baik saja?" sebenarnya aku ragu untuk menanyakan ini.

"Kamu sudah bisa menebaknya dari kejadian semalam ya?" ujar Nenek l sembari tersenyum.

"Hendra dan Arman memang sering tidak sepaham. Mereka punya prinsip masing-masing. Mereka berdua punya sifat yang sama. Keras kepala. Hendra mau Arman bekerja di perusahaannya, sama seperti Daniel. Tapi Arman, yang sejak dulu suka hidup mandiri, dia tidak mau bergantung pada kekayaan Papanya. Arman memilih untuk mencari uang dari hasil kerja kerasnya sendiri. Cucuku itu ingin membuktikan pada Papanya kalau dia mampu berdiri dengan kakinya sendiri. Hendra tidak menyukainya. Hubungan mereka jadi renggang. Tapi Nenek yakin kalau sebenarnya mereka berdua saling menyayangi, dengan cara mereka sendiri," ada kesedihan yang terpancar di mata Nenek.

Jadi, seperti itu ceritanya. Sepertinya aku harus mengenal keluarga ini lebih jauh lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 17

    Mobil Toyota Alphard dan Mercedes-Benz terpakir di halaman rumah keluarga Hadiwijaya.Pak Setya sedang berdiri di depan mobil Alphard, menunggu kedua majikan kecilnya muncul dari dalam rumah.Tak lama berselang, Chandra dan Tya yang sudah rapi dalam balutan seragam sekolahnya, berjalan dengan riang menuju teras depan rumah.Mereka didampingi oleh kedua orang tua, oma, dan babysitter barunya."Chandra, Tya, belajar yang rajin ya. Jangan nakal di sekolah," ujar Manda mengusap lembut kepala kedua anaknya."Iya, Ma," jawab si kembar hampir bersamaan. Kemudian mereka mengecup punggung tangan mamanya."Have fun at school." Arman memeluk hangat kedua anaknya."Okay, Pa," si kembar membalas pelukan Arman.Chandra dan Tya menghampiri Nyonya Adele untuk mengecup punggung tangannya."Cucu Oma yang cantik dan ganteng," puji Nyonya Adele sembari memeluk kedua cucunya.Setelah selesai berpamitan, Chandra dan Tya segera menghampiri mobil yang akan mereka tumpangi."Nyonya, saya berangkat dulu mengan

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 16

    Arman masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat Manda sedang berbaring di atas ranjang, dengan posisi tidur membelakanginya.Manda menoleh ketika suaminya duduk di tepi ranjang."Anak-anak sudah tidur, Mas?" tanyanya sembari beranjak duduk."Sudah. Kamu belum tidur?""Manda menunggu Mas Arman,""Mau ditimang-timang ya biar bisa tidur?" ucap Arman dengan memainkan mata genitnya."Iih, Mas," Manda tersipu malu.Arman bergerak mendekati istrinya. Dia merangkul tubuh Manda."Gak usah malu. Bilang saja kalau pelukanku bikin kamu nyaman, kan," goda Arman."Genit, ah," Manda menepuk lembut dada suaminya.Arman menyandarkan punggungnya ke headboard bed sambil mendekap istri tercintanya di dada.Keduanya diam sejenak, menikmati kehangatan satu sama lain."Mas lama sekali tadi? Anak-anak susah ya disuruh tidur?" tanya Manda kemudian."Enggak. Abis dari kamar mereka, Mas mengobrol sebentar sama Tante,"Manda mengangkat setengah badannya untuk menatap wajah Arman."Apa Mas berhasil membujuk Tante?" t

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 15

    "Kamu beruntung bisa bekerja di sini. Gajinya besar. Bahkan lebih besar dari gaji di tempat kerjamu dulu, kan," sambut Santi dengan riang."Iya, aku bersyukur bisa diterima kerja di sini," jawab Rianti sembari tersenyum senang."Kamu harus berterima kasih sama Nyonya Adele. Kalau bukan karena dia, kamu gak akan bisa bekerja di rumah ini. Manda kan sudah menolakmu,""Nyonya Manda," Kiki yang tiba-tiba muncul di depan kamar Rianti, mengoreksi ucapan Santi.Kemudian Kiki masuk ke dalam kamar Rianti, dan ikut bergabung untuk mengobrol."Kamu aja yang anggap dia Nyonya. Aku sih gak mau. Cuman di depannya aja aku terpaksa panggil dia Nyonya, daripada aku dipecat. Males banget!" cibir Santi.Rianti heran dengan sikap tak sopan Santi pada majikannya."Kenapa ... kamu hanya memanggil namanya?" tanya Rianti."Untuk apa aku memanggilnya Nyonya? Dia dan aku sama. Kami satu level. Nasibnya aja yang mujur karena dinikahi Tuan Arman," cemooh Santi."Maksudnya?""Manda itu perempuan kampung, sama sep

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 14

    "Jahat sekali Tante Adele bikin persyaratan seperti itu?!" ucap kesal Ayu dari balik telpon."Manda rasa Tante sengaja melakukannya. Dia tahu kalau Manda gak akan membiarkan Kiki dipecat. Jadi mau tak mau, Manda terpaksa menerima babysitter itu," ujar Manda dengan sedih."Lalu Arman?""Mas Arman sudah berusaha membujuk Tante Adele, tapi percuma saja. Tante gak mau mengubah keputusannya,""Menyebalkan sekali!" umpat Ayu."Sepertinya kami harus mengalah. Daripada masalahnya makin besar," ujar Manda dengan pasrah."Manda, aku boleh tanya sesuatu?" ucap Ayu."Soal apa?""Kamu pernah bilang kalau kamu takut si kembar akan lebih sayang sama babysitter mereka, makanya kamu gak mau memakai jasanya. Tapi aku rasa itu bukan satu-satunya alasan," ujar Ayu dengan curiga.Manda mengangkat punggungnya yang bersandar di headboard bed. Dia terkejut dengan pernyataan sahabatnya itu."Memangnya ... ada alasan apa lagi? Pertanyaanmu aneh," ujar Manda dengan gugup."Beberapa waktu yang lalu, aku gak seng

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 13

    Keesokan harinya ...."Bi, Pak Setya dan anak-anak sudah pulang?" tanya Manda saat berpapasan dengan Bibi Sari."Belum, Nyonya,""Manda tunggu saja di ruang tengah," jawab Manda sambil melihat ke jam di layar ponselnya."A-anu ... Nyonya. Di ruang tengah sedang ada tamu,""Tamu siapa?""Hmmm ...," Bibi Sari ragu untuk menjawab pertanyaan Manda."Siapa, Bi?" selidik Manda."Tamunya Nyonya Adele,""Kenapa raut wajah Bibi jadi gugup begitu? Memang siapa tamunya?" tanya Manda penasaran."I-itu ... dia ... babysitter yang waktu itu,""Ha?" Manda terkejut.Kemudian Manda bergegas menuju ke ruang tengah untuk menemui tamu Nyonya Adele.Bibi Sari yang merasa khawatir, ikut menyusul Manda ke ruang tengah.Manda menghentikan langkahnya seketika setelah melihat Rianti sedang mengobrol dengan Nyonya Adele di ruangan."Bu Manda," Rianti segera bangun dari duduknya untuk menyapanya.Sementara Nyonya Adele mengabaikan kehadiran istri keponakannya itu."Kamu sudah paham aturan rumah yang saya sampaik

  • Janji Suci Yang Terbagi   Chapter 12

    "Alhamdulillah Nyonya sudah pulang," sambut hangat Bi Sari."Iya, Bi. Senang rasanya bisa pulang," sahut Manda dengan tersenyum lega."Anak-anak belum pulang sekolah, Bi?" tanya Arman."Belum, Tuan. Tapi Pak Setya sudah jemput ke sana,""Baguslah. Sayang, kamu istirahat dulu di kamar, ya," ujar Arman."Manda mau ke ruang tengah saja, Mas. Nungguin anak-anak,""Mas antar ke sana," jawab Arman sambil menggandeng tangan istrinya."Tasnya biar saya taruh di kamar, Tuan,""Makasih, Bi," Arman menyerahkan travel bagnya pada Bibi Sari.Kemudian dia mengajak Manda pergi ke ruang tengah."Duduklah di sini. Mau nonton tv?" tanya Arman sambil menata bantal sofa."Gak usah, Mas," jawab Manda sembari duduk."Selamat datang, Nyonya Manda. Nyonya mau minum teh?" Kiki menyusul ke ruang tengah."Kok kamu gak ikut jemput anak-anak, Ki?" tanya heran Manda."Gak, Nyonya. Soalnya Nyonya Adele minta Kiki di rumah saja," jawab Kiki dengan salah tingkah."Pak Setya yang jemput sendirian?""Gak, Nya. Tadi pag

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status