Julia langsung mendekat ketika melihat wajah anaknya yang memerah. Ia pun bertanya mengenai surat tersebut.
"Ada apa, Sam? Dimana Nadya?" "Tidak ada apa-apa. Nadya hanya terlambat datang." Jawab Sam sambil menaruh surat itu di saku celananya. Mahendra ikut menghampiri, dia pun menanyakan hal yang sama. "Dimana, Nadya?" "Sebentar lagi datang." Jawab Sam lagi dengan mulut yang setengah gemetar. Richard kembali ke tempat duduknya, begitu juga dengan orang tua dari mempelai pria. Mereka masih menunggu kedatangan Nadya yang katanya terlambat. Waktu terus berjalan menjadi 2 jam dari acara yang seharusnya diberlangsungkan. Tamu undangan yang hadir menjadi riuh, bahkan ada beberapa yang datang dan mengira jika ini sudah memasuki resepsi. Pendeta yang akan melakukan pemberkatan pun tak tahan untuk menegur. Sampai akhirnya, Mahendra harus turun tangan menghadapi ini semua. "Sudah kamu hubungi wanita itu ada dimana?" Tanya Mahendra geram. Dia jadi malu saat ini. Sam mengangguk lemah. "Sudah. Nomornya tidak aktif." Mahendra lalu beralih pada anak buahnya, "Cari Nadya sampai ketemu. Mungkin dia tersesat mencari hotel ini!" "Tidak perlu. Biar aku yang mencarinya." Sam keluar dari ballroom hotel hingga membuat tamu dan keluarga yang datang menjadi bertanya-tanya. Pendeta pun memilih memundurkan diri karena sepertinya mempelai wanita yang tak datang. Richard, Gery dan Andri mengejar Sam yang keluar dari hotel. "Mau kemana, Sam?" Tanya Gery. "Mencari Nadya!" Jawabnya tanpa menoleh. Dia terus berlari menuju mobilnya yang terparkir. "Biar aku yang membawa mobilmu." Ucap Andri. Keempatnya lalu menuju rumah Nadya yang lokasinya tak jauh dari hotel bintang lima ini. Namun, Sam terkejut ketika melihat sebuah plang yang ada di depan rumah kekasihnya. "Dijual?" Sam menatap tak percaya. Sejak kapan rumah ini dijual? Rasanya baru tiga hari yang lalu dia mengantar Nadya pulang ke rumah ini dan tidak ada tulisan ini disini. "Kita coba cari di dalam!" Ajak Gery. Keempatnya menggedor rumah tua tersebut namun nihil jawaban, sampai Gery terpaksa mendobrak pintu rumah tersebut. Kosong. Rumah itu tak berpenghuni. Sam berkeliling memanggil nama Nadya, namun hening tak ada jawaban. "Aku coba telepon pakai nomorku." Andri berinisiatif dan menelpon kekasih Sam ini, tapi nomornya tidak aktif. "Kita lacak saja kalau begitu!" Seru Richard. "Kamu tahu email Nadya, kan?" Sam mengangguk. Dia bersama sahabatnya mencoba melacak ponsel milik Nadya. Namun dari hasil pelacakan, nomor tersebut terakhir aktif di rumah ini. "Nadya.. dia pergi!" "Tidak mungkin dia pergi begitu saja, Sam. Apa kalian bertengkar akhir-akhir ini?" Selidik Richard. Sam menggeleng. "Tidak. Dia hanya mengatakan aku harus percaya padanya." "Apa mungkin dia memang pergi?" Tanya Gery. "Aku tidak bisa berpikir lagi!" Sam sampai meremas rambutnya. "Kita kembali ke hotel saja dulu. Semua orang pasti menunggu." Ajak Andri. Mereka akhirnya kembali ke hotel dengan tangan kosong. Nadya menghilang, nomornya tidak aktif dan rumahnya dijual. Julia yang cemas awalnya malah terkejut setelah membaca surat perpisahan dari Nadya. Bahwa ia meminta maaf karena tak bisa menikah dengan Sam. Pria itu terlalu baik untuknya. "Kenapa? Kenapa setelah pernikahan ini akan dilaksanakan dia baru meninggalkanmu?" Julia jadi menangis. Membaca surat yang ditulis oleh Nadya ini juga membuat Mahendra meradang. "Wanita sialan! Dia mempermalukan kita dengan mencampakkan Sam di hari pernikahannya! Itulah kenapa aku tidak merestui hubungan kalian!" Sam lalu menatap tajam ayahnya. "Ini pasti ulah papa, kan? Aku tahu papa tidak merestui hubungan kami." "Apa kamu bilang? Ini ulah papa?" Mahendra jadi marah. "Kamu pikir untuk apa papa melakukan ini, hah? Lihat berapa banyak uang yang papa habiskan untuk pernikahan kalian! Dan kamu malah menuduh papamu!" "Sabar, mas.." Julia lalu menengahi pertengkaran kedua pria ini. Ia beralih pada putranya. "Papamu tidak punya waktu untuk melakukan omong kosong seperti ini, nak. Sekarang umumkan kepada semua orang kalau pernikahanmu dibatalkan!" "Tapi, ma.." "Cukup, Sam. Kami sudah malu kepada tamu yang datang." Julia lalu menarik suaminya untuk meninggalkan hotel. Sedangkan, Sam terduduk lemas. Ia masih yakin jika Nadya tak meninggalkannya. Mereka saling mencintai, tak ada alasan bagi mereka untuk berpisah. Sampai tengah malam, hanya ada Richard dan Gery yang menemani Sam di ballroom hotel ini. Sedangkan Andri yang merupakan seorang dokter sudah kembali ke rumah sakit untuk bertugas. "Kita pulang saja, Sam.. Nadya tidak akan datang." Ajak Richard. "Kalian saja. Aku masih mau disini." "Ayolah, Sam.." Gery jadi mengkhawatirkan kondisi Sam yang begitu berantakan. "Pulanglah.." Sam masih ingin disini, menunggu kedatangan kekasih hatinya. Sampai pagi menjelang, bukan Nadya yang datang melainkan orang tuanya. "Papa sudah menyuruh orang untuk mencari calon istrimu. Kamu tenang saja." "Sekarang lebih baik kita pulang, nak.. kamu belum makan sampai sekarang.." pinta Julia khawatir. "Aku ingin disini, ma.." ucap Sam dengan mata yang berkaca-kaca. "Mama mengerti. Tapi tadi kamu sudah mendengar apa kata papamu, kan? Pengawal kita sedang mencarinya. Sekarang kita tinggal menunggu kabar." Setelah dibujuk oleh Julia, akhirnya Sam pulang ke rumahnya sendiri dan menunggu kabar dari orang yang mencari kekasih hatinya. Setidaknya menunggu sampai dua hari, Mahendra memberikan kabar pahit untuk anaknya. Beberapa lembar foto diberikan kepada Sam, begitu juga sebuah bukti tiket. "Nadya pergi keluar negeri bersama seorang pria. Ini bukti tiket dan juga foto mereka." Mata Julia terbelalak ketika melihat foto mesra Nadya yang tengah dirangkul seseorang. Keduanya bahkan terlihat berciuman dengan foto yang diambil dari belakang. Sam langsung terkekeh. "Ini bukan Nadya. Aku tahu betul siapa dia." "Lalu nama di tiket penerbangan ini, kamu pasti hapal namanya, kan?" Sam memandang dua salinan tiket atas nama Nadya dengan seorang pria. Ia lalu mengambil dan merobeknya. "Nadya tidak pernah berselingkuh!" "Sadarlah, Sam. Nadya hanya memanfaatkanmu. Dia hanya ingin uangmu." Ucap Mahendra. "Tidak! Itu bukan Nadyaku, pa! Aku akan mencari Nadyaku sendiri!" Sam mengambil kunci mobil dan keluar dari rumah dengan keadaan terbakar emosi. Foto-foto mesra serta tiket tadi bukan milik Nadya. Pasti ada orang lain yang menyamar menjadi dirinya. Sam mengendarai mobilnya dengan kencang menembus gelapnya malam. Pikirannya hanya ada Nadya. Dan dia ingin mencari wanita itu dimanapun dia berada. "Kita sudah berjanji setia. Itu pasti bukan dirimu!" Sam mencengkram setir kemudinya dengan kuat. Pedal gas pun diinjak sampai mobil itu meloncat melewati lampu merah dan mengebut tak tahu arah. Sampai akhirnya.. Brak! Mobil Sam terpental dan berguling-guling mencium aspal..Pagi ini, Thalia harus lebih berani menyapa pasien spesialnya ini. Bagaimana tidak dikatakan spesial jika Thalia sudah diberikan perhiasan eksklusif oleh keluarga Samudera.Nah, Thalia bahkan baru tahu jika Samudera ini adalah calon pewaris dari perusahaan ternama. Tak hanya itu, berita viral Sam yang ditinggal kekasihnya juga sudah dilihatnya melalui media sosial."Malang sekali.." gumam Thalia. Tadinya, ia takut untuk bertemu Sam karena kejadian kemarin. Tapi melihat betapa depresinya Sam karena kehilangan kekasihnya, membuat Thalia penasaran akan sosok ini.Jika dilihat-lihat, Sam ini tampan. Wajahnya yang tegas, rahang kokoh, hidung mancung yang tinggi dengan sorot mata yang tajam. Apalagi badan itu sangat kekar. Jika mau, Sam bisa memilih wanita dengan menjetikkan jarinya saja.Tapi, pria ini rupanya setia. Dia hanya mencintai wanita yang sudah 7 tahun ini menemaninya.Karena rasa penasaran itulah yang membuat Thalia memberanikan diri bertemu dengan pria ini lagi. Kali ini, dia
Suara sirine ambulance memecah keheningan malam dan menembus pertahanan mobil yang sedang mengalami kemacetan di jalan raya.Di dalam mobil ini, seorang pria tengah diberi tindakan. Darah mengalir di kepalanya yang terluka. Sungkup oksigen besar ditaruh di atas mulut dan hidungnya, membantu pria ini untuk melanjutkan hidupnya.Julia menangis tanpa henti ketika melihat anak kesayangannya berjuang untuk hidup kembali. Mahendra pun berkali-kali menguatkan istrinya. Mengatakan jika Samudera akan baik-baik saja."Sam, dia anak kita satu-satunya, mas.. aku nggak sanggup kehilangannya." Lirih Julia menangis terisak."Kita tidak akan kehilangannya."Sam mengalami patah tulang di bagian kanan, begitu juga kepalanya yang terbentur dan harus dioperasi. Entah berapa banyak kantong darah yang masuk ke tubunya. Andri serta sahabatnya yang lain berbondong menjenguk pria yang terperangkap di ICU itu. Tubuh itu masih tak bergerak. Matanya enggan untuk membuka. Seolah mengatakan tak ada lagi yang ing
Julia langsung mendekat ketika melihat wajah anaknya yang memerah. Ia pun bertanya mengenai surat tersebut."Ada apa, Sam? Dimana Nadya?""Tidak ada apa-apa. Nadya hanya terlambat datang." Jawab Sam sambil menaruh surat itu di saku celananya.Mahendra ikut menghampiri, dia pun menanyakan hal yang sama."Dimana, Nadya?""Sebentar lagi datang." Jawab Sam lagi dengan mulut yang setengah gemetar.Richard kembali ke tempat duduknya, begitu juga dengan orang tua dari mempelai pria. Mereka masih menunggu kedatangan Nadya yang katanya terlambat.Waktu terus berjalan menjadi 2 jam dari acara yang seharusnya diberlangsungkan. Tamu undangan yang hadir menjadi riuh, bahkan ada beberapa yang datang dan mengira jika ini sudah memasuki resepsi.Pendeta yang akan melakukan pemberkatan pun tak tahan untuk menegur. Sampai akhirnya, Mahendra harus turun tangan menghadapi ini semua."Sudah kamu hubungi wanita itu ada dimana?" Tanya Mahendra geram. Dia jadi malu saat ini.Sam mengangguk lemah. "Sudah. Nom
Mahendra mendengkus ketika mencoba jas miliknya. Julia pun tak dapat menahan tawanya ketika melihat ekspresi dari sang suami."Kamu serius memakaikanku jas seperti ini?""Memangnya kenapa? Ini bagus, sayang. Kamu terlihat seperti seorang raja.""Ah!" Mahendra hanya geleng-geleng kepala. Terlebih dilihatnya Nadya yang masih betah memakai gaun pengantin dengan banyak rumbai itu. "Kamu tampan dengan pakaian itu. Jadi jangan banyak protes!" Julia tahu betul watak suaminya yang sedikit cerewet ini. Jadi, lebih baik ucapan Mahendra langsung ditangkis saja.Selesai melakukan fitting, ketiganya makan bersama di sebuah restoran bintang lima. Kali ini, Nadya harus meneguk ludahnya berkali-kali ketika harus duduk satu meja dengan Mahendra.Biasanya ada Sam yang akan menenangkannya ketika gugup, tapi sekarang.. Nadya merasa sedang uji nyali di medan perang."Sejauh mana persiapan pernikahan?" Tanya Mahendra sembari membelah steaknya."85%. Tinggal menyebarkan undangan dan menunggu komentar Sam m
Tak ada yang bisa dibawa oleh Nadya malam ini kecuali sebuket bunga untuk calon ibu mertuanya. Ya, walaupun Sam tak mempermasalahkannya tapi tetap saja Nadya tak enak hati jika datang dengan tangan kosong.Biasanya, Nadya akan membawa kue buatannya untuk dibawa ke rumah orang tua Sam. Tapi ketika kekasihnya mengatakan jika tak ada yang menyentuh ke tersebut selain dirinya, sejak itulah Nadya tak pernah membawanya lagi. Dia sadar kalau kue buatannya tak berkelas dibanding dengan kue yang biasa mereka dapatkan di brand ternama."Aku gugup, mas." Ucap Nadya ketika mereka baru saja tiba di istana megah milik Samudera."Jangan takut. Ada aku disini."Samudera membukakan pintu mobil untuk kekasihnya. Malam ini, Nadya tampil cantik dan elegan. Sesuai dengan kriteria calon istri yang diberikan oleh ayahnya.Menegapkan punggungnya, Nadya melangkah sembari memegang erat tangan Sam. Rasanya tangan ini ingin terus digenggamnya, ia takut kehilangan jika nantinya bertemu dengan keluarga kekasihnya.
Helaan nafas panjang keluar dari mulut Nadya. Malam ini, ulang tahunnya yang ke 25 tahun. Sebuah malam terindah yang dipersembahkan Nadya untuk kekasih tercintanya, Samudera.Nadya meraih tengkuk kekasihnya dan menciumnya hangat. Sembari mengusap bulir keringat yang meluncur dari sela-sela rambut Samudera."Aku mencintaimu," bisik Nadya mesra.Sam tersenyum dan membalas kecupan itu. Ia lalu melepaskan dirinya dan merebahkan tubuhnya di samping kekasihnya. Meraih tubuh langsing itu dan mendekapnya erat.Sebuah kecupan di dahi yang hangat Nadya dapatkan. Pria ini lalu menatapnya begitu dalam."Aku bahkan lebih lagi mencintaimu.." ucap Sam sambil mengusap bibir yang merekah itu. "Terima kasih karena sudah menjaganya untukku.""Kamu yang pantas untuk mendapatkannya, sayang.." balas Nadya lembut. Malam ini, setelah 7 tahun berpacaran ia mempersembahkan keperawanannya untuk kekasihnya tercinta.Sam meraih lagi tubuh itu dan memeluknya erat. Mengusap punggung polos itu dengan penuh kasih say