Ketika Suami Banyak Mau

Ketika Suami Banyak Mau

By:  Heni Heni  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
11Chapters
553views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Menikah dengan lelaki yang kita cintai tentu adalah impian setiap wanita. Terlebih lagi jika lelaki itu mendekati kata sempurna. Tampan, mapan dan rupawan. Begitulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Aji. Permana Aji Wirayuda, lelaki berusia 30 tahun yang merupakan suami sekaligus ayah dari anak-anak Ajeng. Namun, impian di saat Ajeng belum menikah dulu sirna sudah seiring perjalanan pernikahannya dengan Aji. "Ajeng! Aku sudah sering mengatakan padamu. Jadilah istri terbaik dan sempurna dimataku!" Selalu kata itu yang kerap Aji lontarkan pada istrinya. Sanggupkah Ajeng menjadi isteri terbaik untuk Aji dan layak disebut sebagai isteri sempurna. Jika pada kenyataannya untuk menjadi sempurna itu membutuhkan perjuangan dan juga pengorbanan.

View More
Ketika Suami Banyak Mau Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Barra
mbk Heni hadir
2022-11-10 20:56:14
1
11 Chapters
1. Menikah
“Ajeng, berhentilah bekerja. Aku ingin kamu berada di rumah sebagai ibu rumah tangga saja yang nantinya mampu mengurusku dan anak-anak kita kelak,” pinta Aji penuh harap agar istrinya berhenti bekerja dari sebuah bank swasta ternama.Baru satu minggu mereka menikah, sebuah keputusan besar yang Aji buat, menjadikan Ajeng berpikir sangat panjang. Bagaimana mungkin sang suami meminta padanya untuk berhenti bekerja. Padahal untuk bisa di posisi pekerjaan Ajeng yang sekarang, membutuhkan waktu juga perjuangan yang panjang. Belum lagi karir yang telah dirintis Ajeng kali ini, merupakan salah satu dari perwujudan mimpi yang ingin Ajeng raih.Bahkan ini belum sepenuhnya Ajeng gapai. Apa yang ingin dia wujudkan, tapi Aji telah mendoktrinnya demikian. “Tapi, Mas.” Ajeng ingin membantah, tapi tidak sanggup karena Aji kembali menyela. “Kenapa? Kamu tidak mau? Ingat, Ajeng! Perempuan yang telah menikah dan memiliki seorang suami, harus menurut dengan apa kata suami. Tidak boleh membantah. Lagipula
Read more
2. Tuduhan
Malam ini dengan penampilan yang sangat rapi, hasil dari omelan juga paksaan sang suami. Bagaimana mungkin setelah Aji meminta pada Ajeng memasak sepuluh jenis makanan, dan baru selesai di jam setengah tujuh malam. Pria itu pulang ke rumah, mendapati Ajeng yang belum mandi dan masih bau asap. Ketidaksukaan Aji lontarkan dari setiap kata yang mengatakan, “Sebagai istri harusnya kamu bisa menjaga penampilan. Jangan seperti ini. Suami pulang kerja bukannya bau wangi, yang ada justru bau ayam panggang. Buruan mandi karena setengah jam lagi Mama akan sampai.” Sebenarnya Aji hanya ingin memberikan masukan, tapi gaya bahasa Aji terlalu kasar dan tidak berperasaan. Tak peduli apakah Ajeng akan sakit hati atau tidak. Tidak berhenti sampai di situ saja ketika Ajeng sedang merias diri dengan cukup tergesa-gesa, kembali Aji berucap, “Kamu ini belum punya anak saja tidak bisa memanagement waktu dengan sebaik-baiknya. Bagaimana nanti jika sudah ada anak? Yang ada suamimu tak akan terurus. Padahal a
Read more
3. Perfeksionis
"Aku hamil, Mas!" Dengan mata berbinar Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, mengulurkan sebuah benda pipih bernama test pack pada sang suami. Aji yang pagi ini baru saja membuka mata, dengan kening mengernyit heran menerima apa yang istrinya berikan. Dua garis merah yang Aji lihat, itu artinya adalah Ajeng positif hamil. Karena seringnya dia meminta pada Ajeng untuk selalu melakukan tes kehamilan di pagi hari, membuat Aji sudah paham akan apa arti dari benda keramat yang sejak mereka menikah sudah tak lagi asing baginya. Senyum Aji mengembang. Mengucek matanya berharap apa yang sedang ia lihat memang nyata. Dan yah, dua garis merah masih terlihat olehnya. "Jadi benar kamu hamil?" tanyanya sembari mendongak menatap pada Ajeng yang berdiri di sisi ranjang. Istrinya itu menganggukkan kepala dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya, tanda jika sedang bahagia. "Itu artinya aku positif hamil, Mas. Tapi ... untuk memastikannya kita harus mendatangi dokter kandungan," jelas Ajeng. Se
Read more
4. Suami Pemarah
Derit kursi yang beradu dengan lantai menimbulkan bunyi yang mampu mengalihkan perhatian Ajeng. Wanita itu tengah menata sandwich di atas piring, menolehkan kepala melewati bahu hingga dia dapat melihat suaminya yang menarik kursi makan untuk dia duduki.Buru-buru Ajeng menyelesaikan pekerjaannya. Mengelap pinggiran piring yang terkena noda mayonaise. Hal kecil seperti ini terkadang menjadi debat panjang lagi. Aji benar-benar tidak suka jika ada hal yang tak mengena di hatinya. Maunya dia, selalu perfect baik soal makanan atau pun segala hal. Dengan cekatan Ajeng membawa dua porsi menu sarapan mereka pagi ini. Lalu dengan hati-hati meletakkan piring di atas meja makan. Satu bagian untuk Aji, Ajeng sodorkan di hadapan suaminya itu. Tak lupa menyiapkan sekalian garpu dan pisau pemotong sandwich di sebelah piring milik Aji. Kopi hitam pekat tanpa gula juga sudah tersaji. Namun, rupanya Aji tak langsung menyantap makanannya, melainkan menatap tajam pada Ajeng. "Baju yang aku pakai ini,
Read more
5. Banyak Mau
"Kau ini mandi lama sekali!" Cecar Aji begitu mendapati Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, dengan rambut basah yang dibungkus dengan handuk. "Maaf, Mas. Aku sekalian keramas tadi," jawab Ajeng berlalu menuju meja riasnya. Belum juga wanita itu duduk, Aji sudah kembali memberikan perintah padanya. "Sudah tahu aku gerah dan tubuhku lengket oleh keringat, kamunya malah semedi di dalam kamar mandi. Buruan ambilkan baju ganti!" "I-iya, Mas." Ajeng berjalan menuju lemari pakaian, membukanya dan baru teringat jika malam ini mereka berencana untuk pergi ke dokter. Memeriksakan kehamilannya. Ajeng melongokkan kepala, melihat Aji yang sedang membuka pintu kamar mandi. "Mas!" Aji yang sudah melangkah masuk ke dalam kamar mandi menoleh, "Apa?" "Kita jadi ke dokter?" "Ya, jadi!" Aji menjawab malas setelahnya menutup pintu kamar mandi. Setidaknya jika mereka jadi pergi, Ajeng akan menyiapkan baju yang sesuai untuk sang suami. Jangan sampai Ajeng salah menyiapkan kostum, jika tidak ingin
Read more
6. Positif Hamil
Ajeng benar-benar hamil. Keluar dari ruang pemeriksaan dokter dengan senyuman lebar serta perasaan yang tak mampu dilukiskan karena rasa bahagia yang membuncah. Ya, penantiannya selama beberapa bulan usia pernikahan tidak lah sia-sia karena sekarang saatnya bagi Ajeng untuk menunjukkan pada Aji bahwa dia tidak pernah yang namanya menunda kehamilan. Apalagi sampai mengkonsumsi pil pencegah kehamilan tanpa sepengetahuan sang suami. Tuduhan yang sempat mengarah padanya dan sempat membuat Ajeng sakit hati dibuatnya.Melirik lelaki yang berjalan di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Aji. Ajeng mengulas senyuman, lalu meraih tangan Aji, membuat pria itu tersentak. Menoleh sekilas pada sang istri."Mas, aku beneran hamil," ucapnya dengan penuh semangat."Iya, aku juga tahu. Bukankah tadi dokter sudah menunjukkan padaku," jawab Aji biasa saja. "Apa kamu bahagia, Mas?" tanyanya. Ajeng mendongakkan kepala ingin melihat ekspresi wajah suaminya."Tentu saja aku bahagia. Terlebih jika anak itu nan
Read more
7. Jatah Nyalon
Pintu kamar terbuka, Ajeng muncul di ambang pintu. "Ada apa, Mas?" tanya wanita itu pada suaminya."Dasiku mana? Kamu menyiapkan bajuku tanpa dasi!" Protes Aji sembari mengenakan kemeja. Mengancingkannya cepat karena diuber waktu yang membuatnya hampir terlambat masuk kerja.Ajeng menghela napas melewati mulut. Ini hanya masalah dasi. Sebenarnya suaminya ini bisa mengambilnya sendiri tanpa harus berteriak-teriak memanggilnya yang sedang terburu-buru membuat sarapan. Namun, seperti inilah sifat Aji yang mulai dapat Ajeng pahami. Tidak pernah mandiri dan selalu banyak mau.Dengan langkah cepat Ajeng menuju lemari baju. Memilihi dasi pun dengan cekatan karena dia masih ada tugas di dapur yang belum diselesaikan."Ini, Mas," ucap Ajeng menyerahkan dasi pada suaminya."Pakaian sekalian!" titah pria itu. Ingin menolak, tapi tak jadi Ajeng lakukan. Lebih baik menurut saja agar Aji tak lagi banyak bicara.Ajeng mendekati Aji yang kini mendongakkan kepalanya. Jangan harap kejadiannya seperti d
Read more
8. Kebaikan vs Perintah Yang Tak Terbantah
Meski sebenarnya Ajeng sangat malas bepergian keluar rumah sebab hamil muda ini yang menyebabkan tubuhnya merasa lelah dan lemas. Namun, mengingat bagaimana sifat Aji, sang suami, dengan memaksakan diri Ajeng pun tetap harus pergi. Lagipula selagi ada kesempatan memanjakan diri, Ajeng tak boleh menyia-nyiakannya. Sayang sekali jika jatah yang Aji berikan tidak terpakai dengan semestinya.Setelah mandi dan sedikit berdandan, wanita itu memilih memesan ojek online daripada harus mengendarai mobil sendiri. Sebenarnya, mobil miliknya pun ada. Hanya saja dia sedang malas dan lagi Aji suka melarang jika dia pergi seorang diri. Entahlah, kenapa makin ke sini suaminya itu begitu posesif. Tidak membolehkan dia pergi sendiri karena takut dia akan berkumpul dan nongkrong dengan teman-temannya. Sebenarnya Ajeng keberatan dengan sikap Aji yang terlalu mengekang dan banyak aturan itu. Hidup Ajeng setelah menikah sangat tertekan akibat larangan demi larangan yang Aji berikan. Tidak lagi punya teman
Read more
9. Istri Atau Pembantu
Wajah yang tadi kenyal dan ringan usai facial, sekarang terlihat glowing yang disebabkan oleh minyak bercampur keringat. Ajeng melakukan pekerjaan dengan cepat dan sesekali harus mengangkat pergelangan tangan kanannya demi bisa melihat sudah jam berapa sekarang. Sejak menikah dengan Aji, Ajeng telah belajar banyak tentang manajemen waktu. Berusaha mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar semua pekerjaan yang dibebankan padanya bisa diselesaikan semua dengan sangat baik. Sungguh, untuk saat ini Aji merupakan ujian terberat bagi Ajeng. Meski pun begitu, Ajeng selalu saja berpikir positif bahwa semua yang Aji lakukan demi kebaikan mereka bersama. Lihat saja bagaimana Ajeng yang sekarang jadi pandai dalam hal memasak. Dia juga jadi rajin mengunjungi dapur sebab Aji tak akan pernah mau makan dari hasil membeli makanan jadi. Selalu maunya dia sendiri yang mengolah bahan makanan untuk dikonsumsi. Sehingga Ajeng yang dulunya hanya sesekali saja mengunjungi dapur, sekarang jadi rajin mem
Read more
10. Kebiasaan Menjamu Karyawan
"Ini semua masakan Bu Ajeng?" tanya seorang staf perempuan yang duduk di salah satu kursi yang terdapat di ruang makan.Ajeng tidak menjawab dan hanya mengulas senyuman. Staf wanita yang baru satu kali ini Ajeng lihat. Mungkinkah dia adalah karyawan baru? Nanti saja Ajeng akan bertanya pada suaminya.Lalu satu lagi perempuan dengan rambut panjang berwarna coklat yang menjawab. "Bu Ajeng ini masakannya enak. Kami sering dijamu seperti ini." Wanita itu bermaksud menjelaskan pada rekannya."Benarkah? Sebanyak ini Bu Ajeng semua yang memasaknya?" tanyanya takjub karena kebetulan di ruang makan ini hanya ada dia bersama dua rekan kerjanya bersama Ajeng tentunya. Sementara dua staf lelaki yang tadi ikut meeting bersama mereka masih bersama Aji. Tiga orang staf Aji ini memang sengaja membantu Ajeng menyiapkan makan malam mereka setelah meeting selesai sepuluh menit yang lalu."Saya sudah biasa memasak sendiri makanan untuk suami saya. Juga kadang kala untuk acara meeting seperti ini." Pada a
Read more
DMCA.com Protection Status