Share

Ku Balas Pengkhianatan Istri & Sahabatku
Ku Balas Pengkhianatan Istri & Sahabatku
Author: Zivanna Adelline

1. Pergi Bekerja

last update Last Updated: 2025-11-21 13:15:13

"Kamu mau pergi lagi? Sudah 3 hari tidak pulang ke rumah, dan sekarang baru beberapa menit berada di rumah sudah mau pergi lagi?" Rafael terlihat marah melihat istrinya bersiap-siap akan pergi lagi. Padahal baru satu jam yang lalu wanita itu pulang.

Pamela yang sedang menggunakan anting di telinga, menghela nafas. "Mas... aku kan pergi juga kerja, Mas."

"Kamu tidak ingat tugasmu sebagai istri dan juga Ibu?" tanya Rafael dengan tajam.

Ini bukan pertama kalinya Rafael menegur sang istri yang pergi sesuka hati. Padahal, ada buah hati mereka yang masih berusia 11 bulan dan membutuhkan kehadiran serta asuhan Pamela. Tetapi Pamela memilih bersikap abai terhadap putrinya dan memilih untuk bekerja di luar.

"Ya 'kan, ada babysitter yang menangani Keira. Tugasnya dia apa kalau nggak menjaga dan mengasuh Keira? Kalau aku dirumah, yang ada malah makan gaji buta itu babysitter yang kamu ambil dari yayasan." Pamela menatap sinis kepada suaminya.

Pamela memang terlihat masa bodoh dengan Keira. Rafael memang memanggil baby sitter, untuk membantu Pamela mengasuh Keira supaya istrinya itu tidak lelah. Tapi setelah Rafael memanggil babysitter untuk anak mereka, Pamela memilih melepas tanggung jawabnya sebagai ibu dan melanjutkan karirnya menjadi model.

"Bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu, Mela? Dulu kamu juga waktu masih gadis sudah bekerja. Sekarang, kamu sudah memiliki anak. Seharusnya kamu tinggalkan dulu pekerjaan kamu sementara dan meluangkan waktu untuk menemani anak kita." Protes Rafael.

"Mas... bukannya kamu dulu sudah pernah bilang, kalau tidak akan melarang ku bekerja setelah menikah?"

Rafael mengangguk. "Ya. Aku ingat."

"Sekarang kenapa protes?" Pamela menunjuk suaminya.

"Tapi 'kan, kamu juga sudah berjanji kalau kamu mau resign sementara untuk mengawasi tumbuh kembang anak kita," sahut Rafael.

"Tapi aku sudah menandatangani kontrak kerja dengan beberapa agensi, Mas. Aku bahkan menyetujui kontrak itu setelah aku melahirkan Keira." Beri tahu Pamela.

"Apa?" 

Rafael terkejut dengan pengakuan istrinya. Pria itu baru mengetahui hal ini. Rafael terlihat kecewa dengan sang istri. Sebab, wanita yang memberikan dia seorang anak itu, tak memberitahu dirinya tentang keputusan untuk kembali ke dunia modeling. 

"Itu duniaku, Mas. Jadi jangan halangi aku menjalankan passion ku."

"Aku tidak menghalangi kebebasan mu untuk tetap menjalankan passion mu. Tapi masalahnya kenapa kamu tidak mendiskusikan hal ini bersamaku ketika kamu mau kembali ke sana?" Rafael terlihat geram dengan istrinya. 

"Sudahlah, Mas." Pamela mengibaskan tangannya. "Tidak usah banyak bicara. Aku mau berangkat. Sebentar lagi terlambat."

"Kalau kamu bekerja tapi lupa pada anakmu, sebaiknya tidak usah pulang sekalian," ancam Rafael. 

Pamela kemudian bangkit dari duduknya dan meraih tas, lalu melenggang pergi. Ia tak peduli dengan ancaman sang suami. Rafael mengepalkan tangannya mengeram kesal dengan sikap sang istri.

Melupakan rasa kesalnya, ia memilih pergi ke dapur untuk sarapan. Ia mengambil beberapa roti dan ia masukkan ke dalam mesin Twister. Sambil menunggu roti dipanggang, pria itu menyeduh kopi panas.

"Punya istri tapi terasa seperti duda," gumam Rafael. 

"Pak, maaf. Keira hari ini jadwalnya imunisasi." Ayu---babysitter Keira memberitahukan jadwal imunisasi Keira.

"Biar saya sendiri saja yang membawa Keira imunisasi," sahut Rafael. 

Ayu mengangguk. "Baik, Pak."

Setelah selesai melakukan sarapan, Rafael membawa Keira ke rumah sakit untuk jadwal imunisasi. Harusnya ia berangkat bersama sang istri. Tapi ia akan mencoba menghubungi istrinya untuk mengajak wanita itu mengantarkan Keira imunisasi. Tapi sayangnya, ponsel sang istri tidak bisa di hubungi. 

"Astaga! Tidak bisa dihubungi kalau sudah bekerja," keluh Rafael.

Rafael meletakkan putrinya ke dalam car seat dan ia letakkan di samping dirinya mengemudi. Tak lupa mengencangkan sabuk pengaman memastikan putrinya tidak terguncang ke sana sini jika misalkan terjadi kecelakaan kecil. Saat diperjalanan, Farid menghubunginya untuk segera berangkat untuk rapat.

"Mohon maaf, Pak. Rapat sebentar lagi akan dimulai." Beri tahu Farid.

"Kamu undur dulu selama 2 jam kedepan. Saya ingin pergi ke dokter anak untuk imunisasi Keira."

"Baik, Pak."

~~~~

"Hei, Rafael!" Elzan --- sahabat Rafael menyapa dari kejauhan saat Rafael berada di rumah sakit. 

"Anakmu sakit?" tanya Elsan yang datang bersama dengan kekasihnya. 

"Enggak. Aku antar Keira imunisasi. Harusnya sama istriku. Tapi istriku sibuk nggak bisa diganggu," jawab Rafael.

Rafael menatap Elzan dan kekasihnya yang datang bergandengan tangan. "Kamu sama Adiva ke rumah sakit untuk apa? Menjenguk siapa?" 

"Mas tadi bilang sama Farid, rapatnya diundur 2 jam ke depan. Ternyata untuk imunisasi Keira?" tanya Adiva yang sekaligus sekretaris dan adik iparnya. 

Rafael mengangguk. "Iya."

"Kami ke sini, karena Mas Davin melakukan tes HIV." Beritahu Adiva. 

"Oh... Begitu." Rafael mengangguk paham. "Sudah selesai tes nya?" 

"Sudah."

"Jangan lama-lama dan segera kembali ke kantor. Persiapkan dokumen rapat bersama rekan lain."

"Baik, Mas," jawab Adiva. "Aku akan kembali."

Adiva menatap Davin. "Aku ke kantor dulu ya, Mas?"

"Iya hati-hati. Mau aku antar?" 

"Tidak usah, Mas," tolak Adiva.

"Ya sudah. Bye bye." Davin melambaikan tangannya pada Adiva dan dibalas oleh Adiva 

"Ayo aku temani kamu imunisasi anakmu!" Davin meraih bahu Rafael dan berjalan menuju ruangan dokter anak.

Rafael menatap sahabatnya dari samping. "Kamu sepertinya sudah bisa menerima adik iparku."

"Iya. 6 bulan lagi kami akan menikah. Tentunya aku harus bisa menerima semua yang ada pada dirinya. Aku akan menjaga dia segenap jiwa ku," kata Davin.

"Awas saja kalau kamu sampai menyakiti adik ipar ku! Aku hajar kamu sampai mati!" ancam Rafael.

Davin tertawa mendengar ancaman Rafael. "Tenang saja. Mana berani aku menyakiti adik ipar mu."

****

Malam hari...

Rafael tiba di rumah pukul 08.00 malam. Setelah ia selesai mengantarkan putrinya imunisasi, ia meminta kepada Ayu agar mengambil Keira ke kantor untuk dibawa pulang. Karena ia tidak mungkin bekerja sambil mengasuh anaknya.

Semenjak ia memiliki Keira, dirinya jarang sekali lembur, dan hampir tidak pernah lembur. Ia tidak mau menghabiskan waktu bekerja sampai malam karena ingin meluangkan waktu bersama sang buah hati. Dan ketika ia pulang, menatap senyum dan tingkah putrinya membuat rasa lelah serta penat, hilang seketika.

Sebelum masuk ke kamar, ia terlebih dahulu bermain dengan Keira. Rafael tersenyum senang ketika ia pulang karena sudah ada sang istri yang duduk di tepi ranjang. Sejenak, pria itu melupakan pertengkaran mereka tadi pagi. Rafael menampilkan senyum mendekati istrinya yang sedang sibuk dengan ponsel.

"Baru pulang?" Pamela sedikit melirik ke arah Rafael yang sedang melepas dasi.

"Iya." Rafael mendekati istrinya, dan memeluk tubuh sang istri dengan erat. Pria itu melayangkan ciuman ke pipi mulus Pamela.

"Aku kangen sama kamu, Sayang," bisik Rafael.

Pamela sedikit menghindar karena merasa risih dengan pelukan sang suami. "Mas... mandi dulu sana."

Rafael mengerutkan keningnya ketika melihat sesuatu yang menggangu penglihatan. "Apa ini?"

Rafael menyibak rambut pendek milik Pamela yang sedikit menutupi leher. Ia mengetatkan rahang karena melihat bercak kemerahan di kulit leher milik istrinya. Emosi pria itu tersulut dan menatap tajam kearah sang istri.

"Tanda apa dan milik siapa dileher kamu, Mela?" tanya Rafael dengan tajam.

Pamela mengerutkan kening. Rafael mendesak istrinya untuk menjawab tentang bercak merah itu. Tatapan Rafael terlihat ingin menguliti mangsanya.

"Apa-apaan sih, Mas? Baru saja pulang, kamu sudah marah-marah begini?" Pamela menatap sinis pada suaminya.

Rafael menarik tangan istrinya untuk bangkit,dan menuntunnya ke cermin meja rias. "Lihat ini!" 

Pamela melebarkan matanya ketika melihat sebuah kissmark yang membuat Rafael murka. Wajahnya seketika pucat pasi. Wanita itu merasa akan tamat saat ini juga.

"Apa maksudnya ini, hah?!" Rafael benar-benar marah pada istrinya.

"I-itu..." Pamela tergagap.

"Tidur dengan siapa kamu, Mela??"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ku Balas Pengkhianatan Istri & Sahabatku   5. Menginap Di Rumah Kakak Ipar

    "Menginap lah di rumah. Keira tidak ada yang menemani," kata Rafael kepada Adiva.Rafael membawa adik iparnya menginap di rumahnya untuk sementara. Ia tahu saat ini Adiva sedang terpuruk dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Dan ingin menenangkan diri. Adiva tak mau pulang ke rumah. Karena ia tak bisa menyembunyikan kesedihan dihadapan orang tuanya. Jika ia mengatakan bahwa Davin berselingkuh, yang ada dirinya yang disalahkan. Oleh karena perkataan yang disampaikan oleh adik iparnya itu, ia menginginkan Adiva untuk tinggal di rumahnya sementara dan pulang esok pagi. Dengan adanya Keira, bisa sedikit menghibur hati wanita itu. Sebab Adiva sangat dekat dengan Keira."Apa tidak masalah, Mas?" tanya Adiva menatap Rafael dengan keraguan.Rafael melirik sedikit. "Jangan sungkan. Kita keluarga."Rafael mengetahui bahwa Adiva merasa tak enak hati bila menginap di rumahnya. Mungkin, ia menjaga perasaan kakaknya. Wanita itu masih memikirkan perasaan orang lain di saat perasaannya sedang

  • Ku Balas Pengkhianatan Istri & Sahabatku   4. Memergoki Perselingkuhan

    "Di mana dia?" tanya Rafael melirik ke arah Farid."Sesuai permintaan Anda, saya sudah mengirimkan pesan kepada yang bersangkutan menggunakan nomor asing untuk memberitahukan hal ini," sahut Farid tersenyum tipis."Bagus." Rafael menyeringai tajam.Saat ini Rafael dan asistennya berada di dalam mobil tepat di depan sebuah apartemen. Mereka berdua sedang melakukan pengintaian. Di tangan Rafael, terdapat sebuah tablet yang menampilkan video dua orang manusia yang sedang bergumul."Apa kedatangannya masih lama?" tanya Rafael tak sabar.Farid melihat titik merah pada ponselnya. "Sebentar lagi.""Itu dia. Tepat sekali datangnya." Rafael tersenyum senang ketika melihat sebuah taksi berhenti."Kita lihat bagaimana reaksi Adiva melihat perbuatan kakaknya." Rafael mengusap dagunya secara dramatis.Adiva baru saja turun dari taksi dan berjalan menuju ke apartemen. Rafael mengawasi adik iparnya itu. Ia ingin memastikan apa saja yang akan dilakukan oleh Adiva. Rafael memantau Adiva yang sedang

  • Ku Balas Pengkhianatan Istri & Sahabatku   3. Berselingkuh

    "Ini, Tuan ... Nyonya selama ini berhubungan dengan pria ini." Beri tahu Farid.Rafael membuka dokumen yang diberikan oleh asisten kepadanya. Tadi malam, ia meminta Farid untuk mencari tahu tentang apa yang selama ini dilakukan oleh istrinya. Dan juga siapa pria yang menjadi simpanan sang istri. "Pria yang memiliki hubungan dengan Nyonya, adalah sahabat Anda." "A-apa?!"Rafael terkejut bukan main mendengar fakta yang telah terpampang di depan matanya. Dua orang yang sangat ia sayangi dan ia percaya, ternyata tega menghianati dan menusuknya dari belakang. Pamela dan Davin, menjalin hubungan terlarang. Rasanya seperti mimpi dalam kondisi seperti ini. "Selain sahabat baik Anda, bukankah pria ini pacar Nona Adiva, Tuan?" tanya Farid memastikan."Benar. Dia adalah pacar adik ipar ku." Rafael tahu bahwa adik iparnya itu sangat mencintai Davin,sahabatnya. Jika Adiva tahu, sudah pasti sangat kecewa dan juga marah. Kecewa kepada orang yang ia sayangi, dan juga orang yang tumbuh besar bersa

  • Ku Balas Pengkhianatan Istri & Sahabatku   2. Tanda Milik Siapa Itu?

    Mela melebarkan matanya ketika melihat sebuah kissmark berada di lehernya. Ia tak menyadari hal itu. Wanita itu kemudian menutup leher yang terdapat bercak merah keunguan dengan tangan lentiknya."Jawab ! kamu tidur dengan siapa?" geram Rafael menatap tajam istrinya.Pamela meneguk ludahnya dengan kasar melihat tatapan tajam dari suaminya. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain dan menghembuskan nafas kasar. Kemudian wanita itu menjawab, "Iya. Memang aku tidur dengan seseorang."Wajah Rafael terlihat shock mendengar pengakuan sang istri. Kedua tangan pria itu terkepal di sisi tubuhnya. Matanya menatap tajam wajah sang istri yang terlihat gugup ketakutan."A-aku aku cuma tidur berpelukan. Tidak sampai melakukan hubungan yang jauh," tambah Pamela.Rafael mengetatkan rahang, kemudian menyeringai tajam. "Tidak melakukan hubungan sampai jauh? Omong kosong macam apa itu?" "Hari ini Keira ada jadwal untuk imunisasi. Aku bahkan sampai undur rapat selama dua jam hanya demi menemani Keira, dan

  • Ku Balas Pengkhianatan Istri & Sahabatku   1. Pergi Bekerja

    "Kamu mau pergi lagi? Sudah 3 hari tidak pulang ke rumah, dan sekarang baru beberapa menit berada di rumah sudah mau pergi lagi?" Rafael terlihat marah melihat istrinya bersiap-siap akan pergi lagi. Padahal baru satu jam yang lalu wanita itu pulang.Pamela yang sedang menggunakan anting di telinga, menghela nafas. "Mas... aku kan pergi juga kerja, Mas.""Kamu tidak ingat tugasmu sebagai istri dan juga Ibu?" tanya Rafael dengan tajam.Ini bukan pertama kalinya Rafael menegur sang istri yang pergi sesuka hati. Padahal, ada buah hati mereka yang masih berusia 11 bulan dan membutuhkan kehadiran serta asuhan Pamela. Tetapi Pamela memilih bersikap abai terhadap putrinya dan memilih untuk bekerja di luar."Ya 'kan, ada babysitter yang menangani Keira. Tugasnya dia apa kalau nggak menjaga dan mengasuh Keira? Kalau aku dirumah, yang ada malah makan gaji buta itu babysitter yang kamu ambil dari yayasan." Pamela menatap sinis kepada suaminya.Pamela memang terlihat masa bodoh dengan Keira. Rafae

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status