Tingg
Bunyi pesan masuk pada HP Andin. Andin memerhatikan sebuah foto yang dikirim oleh orang kepercayaan Visca. "Perempuan ini kan" ia memperhatikan dengan seksama perempuan yang sedang bergelayut manja pada lengan suaminya. "Sudah sejauh mana hubunganmu mas" gumamnya pada diri sendiri Drttt.. Drttt... Drttt. Tak lama Visca menghubungi Andin kembali. "Bagaimana bu, apakah ibu ingin saya menyuruh orang kepercayaan saya untuk mendekat? " "Tidak, sebelumnya terimakasih telah membantuku, bayaranmu akan ku transfer" "Baik bu terimakasih" panggilan berakhir. Andin tidak bisa berdiam diri saja mulai sekarang. Ia harus bisa mengumpulkan lebih banyak bukti tentang hubungan suaminya dengan perempuan tersebut. Malam harinya. Sekitar jam 9malam. Firman baru saja pulang ke rumahnya. Saat memasuki rumah, ia melihat istrinya sedang duduk di meja makan dengan berbagai menu masakan. "Baru pulang mas? Kemana mulan? Kok sendirian? " Firman seketika gugup untuk sekedar menjawab pertanyaan istrinya. "Mulan pulang ke rumah temannya. Sayang, mas mau makan. Siapkan ya" Andin hanya membalas dengan anggukan kepala. Aroma inii, Andin mencium wangi parfum yang berbeda dari yang biasanya suaminya pakai. Aroma ini lebih dominan ke aroma vanilla. "Biar kubantu lepas bajumu mas" Andin hendak mengulurkan tangan membantu suaminya melepas baju. Tetapi ditepis oleh Firman. "Maaf sayang, mas bisa melepasnya sendiri" Setelah ganti baju dan mandi, Firman kembali menemui istrinya di meja makan dan mulai memakan makanan yang telah disiapkan Andin. "Mas, minggu depan Fara ada studytour ke kebun binatang. Kamu akan kasih Fara uang jajan kan? " Tingg. Firman meletakkan sendok sedikit kasar pada piring. "Lihat2 nanti" jawab Firman asal. Setelah selesai ia langsung berdiri dari kursi dan masuk ke dalam kamar. - - Senin pagi, Andin sudah berkutat di dapur sedari subuh, selesai menunaikan ibadah wajib ia langsung menuju dapur untuk melihat ada bahan makanan apa di dalam kulkas. Ia segera memasak makanan sesuai bahan yang tersisa. Setelah selesai memasak, Andin segera menuju kamar putrinya untuk membangunkannya. Karena jam sudah menunjukkan pukul 6pagi. "Sayang bangun, sudah jam 6,waktunya mandi lalu sekolahhh" "Hoaammm, iya buuu" jawab Fara dan langsung menuju ke kamar mandi. Setelahnya, Andin buru-buru masuk kembali ke kamarnya untuk membangunkan suaminya. Ini hari senin, tentu suaminya akan kembali bekerja. Kalau telat membangunkan, bisa kena marah lagi Andin. "Mas bangun, jam 6 lebih. Keburu macet nanti di jalan" "Ah jam berapa sekarang? " tanya Firman dengan mata yang masih setengah terpejam. "Jam 6lebih 15 menit mas" "Ah baiklah, tolong siapkan kemejaku" Andin segera menuju ruang ganti dan mengambil setelan jas untuk dipakai suaminya. Ia meyetrikanya terlebih dahulu. Setelah semua siap, ia keluar dan kembali ke kamar putrinya untuk melihat apakah putrinya sudah siap atau belum. "Ah ternyata putri ibu sudah siap. Cantiknyaaa" pujinya pada putrinya. "Sini, tinggal rambutnya biar ibu tata. Dan Fara akan semakin cantikkk" Jam sudah menunjukkan pukul 6.40 menit, mereka semua telah berkumpul di meja makan. Tak terkecuali ibu mertua Andin. "Mana ayam gorengnya? Kenapa cuma oseng sawi dan telur dadar? " tanya Firman pada istrinya. "Uang ada pada ibu mas. Suruh ibu belanja. Aku tak memegang uang sama sekali. Kemarin aku sudah bilang ke ibu kalau bahan di kulkas habis" "Eh kok jadi ibu,, ya kamu lah yang harus belanjaa kenapa ibuu" perdebatan pun tak ter elakkan. "Kan uang kemarin udah ibu ambil semua. Harusnya untuk 3hari kedepan masih ada Buu" Tiit.. Tiit... Tiiittt... Token listrik berbunyi. "Kenapa belum beli pulsa listrik? " tanya Firman pada istrinya. "Uang udah diambil seua sama ibu mas kemarin" Bu Winda seketika gugup mendapati anaknya meliriknya dengan raut wajah penuh tanda tanya. "Uangnya habis" ucap bu Winda tanpa rasa bersalah. "Kok bisa bu? Trus kenapa uangnya ibu ambil dari Andin? Selama ini Andin yang ngatur semua baik2 saja" "Heh firman, uangnya kemarin cuma sisa 300 ribu, udah habis ibu bayar buat wifi dan air. Gada sisa. Makanya kemarin ibu tidak belanja" Pfftttt "Apa kamu??!! " tanya bu Winda pada Andin dengan ketua "Kan udah aku bilang mas. Uang 400untuk nafkah sebulan. Dan harus memenuhi semua kebutuhan rumah. Kamu yakin? Zaman sekarang mas. Semua serba mahal. Fara? Sudah makannya? Yuk ibu antar sekolah" "Iya buuu" Sepeninggal Andin dan Fara. Meja makan hanya dipenuhi dengan dentingan sendok. Firman menyodorkan uang 200ribu pada ibunya. "Bayar buat token bu, jangan sampai besok aku dengan bunyi token habis lagi" lalu firman beranjak dari meja makan dan menuju kamarnya untuk mengambil tas kerjanya. "Hehhh, 400ribu untuk sebulan. Memang pelit anakku ini" - - Sepulang mengantar anaknya, Andin tidak langsung pulang ke rumahnya. Melainkan ia akan mengunjungi salonnya yang berada di daerah X. Kurang lebih 30menit perjalanan dari sekolah Fara menuju salon miliknya. Andin diam-diam bekerja sama dengan temannya bernama Fitri untuk membangun sebuah salon. Sudah 2tahun salon itu berdiri. Setiap harinya selalu ramai hingga para pegawai sedikit kesusahan meng-handle. Andin sangat mempercayakan salon tersebut pada fitri. Setiap bulan Andin hanya mengecek laporan keuangannya. Tidak ada yang tahu Andin mendirikan salon yang lumayan besar. Bahkan suaminya sendiri. Dan Fitri ia tunjuk sebagai penanggung jawab salon tersebut. Yang suaminya tahu, Andin hanyalah seorang ibu rumah tangga yang kesibukannya mengurus ia dan anaknya. Tak tahu perawatan. Untuk keperluan rumah pun, Andin selalu menutupi kekurangannya. Sehingga suaminya hanya tahu beres, makan enak, pakaian rapi, dan rumah yang sedap dipandang. "Assalamu'alaikum Fit" sapa Andin pada fitri yang tengah berdiri di meja kasir. "Walaikumsalam Ndinn. Duh bu bos tiba-tiba datengg" "Stttt.. Kamu ini kebiasaan Fit" "Hehe maaf maaf" jawab fitri dengan mengacungkan 2jarinya. "Gimana hari ini? "Tanya Andin pada Fitri. " alhamdulillah ramai seperti biasa. Tuh sampe antri2" tunjuk Fitri pada beberapa orang yang mengantri untuk melakukan serangkaian treatment. Salon Andin sendiri selain melayani make up, dan kecantikan lain, juga melayani eyelashes dan manikur serta pedikur. Memang belum merambah ke pelayanan wedding. "Kamu kenapa kalo keluar2 gapernah make-up dehh" "Makes Fit. Mas Firman katanya suka aku yang apa adanya giniii hehe" "Hati2 lohh. Zaman sekarang banyak suami yang serong. Di rumah katanya kaya orang kecintaan sama istrinya. Tau2 di luar suka sl*ngki. Upss.. Sorry Ndin " "Gapapa, kalo dia berani macam2 yang rugi bukan aku tapi dia" "Haha iya sihh. Ohya ini laporan keuangan bulan ini Ndin" ucap Fitri menyerahkan map berisi laporan keuangan. "Bukan ini ramai sekali yaa, alhamdulillah. Berikan bonus pada karyawan yaa. Per orang 500ribu. Kita apresiasi kerja kerasnya" "Wah beneran? Aku juga dongg? " taya Fitri dengan mata berkaca-kaca. "Enggak kalo kamu" "Arghhhh andinnnn" Setelah 2jam Andin mengunjungi salonnya, ia pamit pulang pada Fitri. Ia menaiki motornya dengan santai demi menikmati semilir angin yang pada siang ini. Tiba di lampu merah, Andin melihat sebuah mobil yang sangat ia kenal. Mobil suaminya. "Eh mobil mas Firman, tapi ini kan bukan jalan ke kantornya" Kaca mobil tersebut diturunkan oleh pemiliknya karena ada penjual tisu yang menawarkan dagangannya pada mobil Firman. "Eh beneran mas Firman. Sama siapa? Perempuan itu" Saat hendak mengejar suaminya, Andin dibuat kalangkabut lantaran tas yang ia pakai malah sobek dan membuat isinya berhamburan keluar. "Ah sialll" umpat Andin pada tasnya. Tiiinnnn tiiiinnn tiiinnnn. Andin segera memunguti isi tasnya karena lampu sudah berubah hijau dan kendaraan lain sudah melakukan. Andin kehilangan jejak suaminya. "Kemana kamu mass" batin Andin saat ia sudah mulai melakukan kembaliAngin malam yang berhembus lembut membuat jilbab Andin berkibar dengan anggunnya. Ia yang 1 jam lalu telah sampai di tanah Bali tidak bisa menahan diri untuk segera menapaki pantai. Meski malam, pantai di sini masih saja membuat matanya terpesonaKebetulan, sang kakak memang sengaja membuat rumah yang jaraknya tak begitu jauh dari pantai. Tepatnya pantai Kuta. Hanya bermodal jalan kaki, Andin sudah berhasil menapakkan kakinya di pesisir pantai yang masih saja ramai meski malam hari.Setelah melepas rindu dengan kakak serta kakak iparnya dan kedua ponakannya, Andin yang merasa sedikit jenuh segera pamit untuk pergi ke pantai. Sendiri, karena Fara yang kelelahan memilih untuk tidur lebih awal.Meski sudah beberapa kali ia berkunjung ke sini, namun suasana pantai masih saja membuat Andin terpesona. Banyak warung-warung pinggir pantai yang menyajikan berbagai kuliner khas Bali. Hingga kuliner kekinian yang orang menyebutnya makanan Gen Z. Andin tertawa getir membayangkan banyaknya nama-n
"Ba-bagaimana Dok hasilnya?? " tanya Mulan berhati-hati. Ia sempat menangkap perubahan ekspresi sang dokter. Entah mengapa firasatnya mengatakan akan ada hal buruk terjadi. Tangan yang ia letakkan di atas pahanya di genggam hangat oleh Sugeng yang juga penasaran dengan hasil tes.Sang dokter membetulkan letak kacamatanya sebelum mengucapkan hal yang mungkin akan merubah nasib pasutri yang ada di depannya saat ini."Ekhm. Sebelumnya saya mau bertanya kepada bapak dan ibu. Pekerjaan bapak dan ibu apa ya? "Sugeng maupun Mulan menjawab dengan ragu, mereka merasa malu dengan pekerjaan yang mereka geluti. Bahkan saat sudah menikah pun, kebiasaan untuk tidur dengan lawan jenis lain masih berlangsung. Mereka baru berhenti Akhir-akhir ini karena tubuh mereka yang drop."Emm itu Pak. Pekerjaan kamii... ""Baiklah kalau ibu bapak tidak mau bilang sama saya tidak apa-apa. Namun ada yang perlu and garis bawah i. Bahwa penyakit yang kalian derita itu bukan penyakit sepele""Jelaskan saha dok. Jang
Setelah ruang sidang kembali hening. Andin yang duduk seorang diri hanya bisa memijat kepalanya pelan. Berbagai tumpukan kertas yang tersusun rapi di depannya semakin membuatnya gusar. Belum selesai dengan masalah pribadinya, muncul lagi masalah kantor yang lagi-lagi berurusan dengan uang."Haaahhhhh" hembusan nafas kasar dari mulut Andin menandakan berapa dirinya saat ini sedang kalut. Perlahan, ia beranjak dari duduknya, bermaksud untuk kembali ke ruangannya. Karena 2 jam lagi waktu pulang kantor. Sebelum itu, sempat ia mampir sebentar ruangan milik Pak Rudi.Tangannya terulur mengetuk pintu ruangan. Beberapa detik kemudian tampak pintu dibuka pelan dari dalam. Wajah pucat Pak Rudi terlihat pertama kali."B-Bu Andin" sapanya gugup."Boleh saya masuk? ""S-silahkan bu"Kursi empuk yang berhadapan tepat di depan Pak Rudi menjadi pilihan Andin untuk mendudukkan b*kongnya. Matanya terpaku pada kertas yang berserakan di meja. Sekaligus layar laptop yang masih menyala. Tentu ia tahu apa y
"S*alan udah hampir 2 minggu gue kaya gini. Uhukkk" omel Sugeng yang masih saja merasakan tubuhnya tidak Fit. Batuk pilek serta meriang yang ya berlangsung hampir 2 minggu. Namun sama sekali ia belum memeriksakan diri ke dokter."Tau mas, kenapa kita jadi kaya gini ya. Apa kita ke dokter aja? Aduhh kepala aku sakit bangett" sahut Mulan yang merasakan sakit juga di tubuhnya. Belum lagi is yang selalu menggaruk kem*luannya."Kamu kuat bawa mobil hah? ""Gak kuat mas. Kita pesen taksi online aja"Akhirnya Mulan serta Sugeng memutuskan untuk memesan taksi online untuk mengantar mereka ke rumah sakit. Mulan sempat curiga dengan penyakit yang ia derita namun ia menepis semua pikiran buruk itu. Ia yakin jika sakitnya hanya kurang istirahat. Mengingat seminggu yang lalu ia benar-benar tak istirahat. Satu minggu full ia digempur habis-habisan oleh banyak pira hidung belang. Bahkan bisa sehari ia melayani 2 sampai 3 pria. Sungguh perkasa batinnya.Tak menunggu waktu lama. Sekitar 30 menit taksi
Dengan sengaja Andin melangkah mengikuti kedua insan yang sepertinya terlihat bahagia masuk ke dalam toko make up.Namun tentu sebelumnya ia pamit terlebih dahulu kepada putrinya yang tengah asyik bermain seluncuran.Mulutnya berdecak kagum melihat berbagai pajangan make up yang tertata rapi. Andin yang setelah berpisah dari Firman menjadi wanita yang kembali gemar dengan sesuatu hal yang berbau kecantikan sejenak lupa dengan tujuannya ke sini.Matanya memindai setiap pengunjung yang hadir. Yang kebanyakan adalah kaum hawa.Dan Bingo, kedua sosok yang tengah Andin cari berdiri memilih sebuah alat make up yang Andin yakini adalah cushion. Ya, ia sekarang menjadi sangat tahu dengan semua alat make up. Bahkan jika dilihat dari jarak jauh saja Andin sudah hafal nama alat make up tersebut.Kakinya ia biarkan melangkah menyusul mereka. Tanpa aba-aba. Ia berdiri tepat di sebelah sangat pria."An-andin? " sang pria yang tak lain adalah Alex sedikit terkejut. Terlihat dari ucapannya yang terbat
"Kita pulang! " ajak Andin tegas."Wait.Kamu siapa? Kenapa ngajak Dewa kaya gitu. Istrinya? Kenalin aku temen SMA nya dulu. Jennie" wanita itu mengenalkan dirinya pada Andin. Ia mengulurkan tangan mulusnya ke hadapan Andin. Berharap mendapat sambutan baik."Istri kak Dewa baru saja ME LA HIR KAN! anak kedua mereka. Dan aku adalah adik kandungnya" sengaja Andin membalas ukuran tangan wanita itu dengan sedikit meremasmya kuat."Awww kenapa sih? Tenaga kamu kuat banget. Kaya hulk""Terus. Kamu anggota black pink hah? Punya nama kok Jennie"Mata Jennie juga Dewa membelalak lebar. Ia tak menyangka adiknya sekarang berubah menjadi wanita bar-bar sekali. Apalagi dengan orang yang baru ia kenal."Dek" panggil Dewa memperingati."Kita pulang kak" ajak Andin menarik paksa tangan Dewa. Namun di luar dugaan, tangan Dewa yang sebelah kiri juga ditarik oleh wanita siluman tadi."Heh lepasin tangan kakakku ""Nggak bisa gitu dong. Dewa kan lagi asyik ngobrol sama aku. Masa tiba-tiba mau pergi""Sorr