Pada akhirnya kehilangan akan menjadi hadiah semesta bulan ini. Lalu kebingungan akan menjadi frasa terakhir untuk kata bahagia di masa lalu. Kemudian Lavender akan menjadi suara tipuan dari sebuah kesepian yang disembunyikan. Kehilanganmu bagaikan lavender yang kehilangan aromaterapi, dia tetap tumbuh namun telah mati dalam rasa.
Voir plusPerlahan kau menghadiahkan rambu-rambu di tengah perjalanan kita.
Cukup dekat. Bahkan sudah nampak bagiku dari tepi jalan sini.
Aku cukup bingung untuk melangkah ataupun berhenti.
Sebaiknya aku harus bagaimana menurutmu??
Hujan yang telah menetap dari semalaman pelan-pelan telah mendaftar menjadi teman dengan suasana hatiku yang kacau dari tadi malam. Suasana dingin yang tidak kentara menjadi pelengkap tangis yang sudah habis semalaman. Hati yang pilu sepertinya tidak cukup paham untuk cepat sembuh hari ini. Sudah waktunya untuk bangun tapi selimut masih terasa berat untuk dilepaskan. Mataku bahkan cukup berat untuk dibuka karena terasa banget bengkaknya karena menangis yang tidak ada puas-puasnya.
Matahari sepertinya juga sudah tinggi berdiri, telah nampak dari celah-celah selimut yang kubuka perlahan. Udara yang kutabung semalaman terasa sesak seperti sudah tak ada lagi oksigen untuk dihirup, aku mencuri waktu sedikit demi sedikit untuk mendapatkan udara baru. Perlahan mataku kubuka walau masih sangat tidak cukup waktu untukku tidur.
"Uni,,, bangun udah siang ini, mau sampe jam berapa lo tidur?" teriak abangku yang super nyebelinnya. Beberapa kali dia mengetuk pintu kamarku karena tidak ada jawaban dariku. Entah nada memanggilnya yang terdengar cemas karena takut ada yang terjadi denganku, tapi sepertinya tidak dia lebih terasa menyebalkan saja memang sifatnya dari lahir seperti itu. Sesekali dia memainkan gitarnya dengan begitu keras di depan kamarku, sampai terdengar bunyi pionika adik perempuanku yang dia tiup sangat keras supaya terasa sengaja sekali memaksaku bangun.
"Ihh abang berisik tahu, aku belum mau bangun"
"Cepet, sekarang harus bangun, udah jam 10 ini lo belum sarapan"
"Nggak mau makan, mau tidur aja"
Tiba-tiba suara menyebalkannya tidak lagi terdengar. Aku kembali memasukkan kepalaku lagi kedalam selimut dan menikmati sisa waktu yang terbuang gara-gara berdebat dengan manusia super nyebelin. Tapi disisi lain aku juga tahu dibalik sifat dia yang nyebelinnya tingkat dewa dia selalu menjaga aku adik perempuannya.
Kalau ada yang macem-macem dan jahatin lo, bilang ke abang yaa. Masih teringat satu kalimat itu yang selalu dia jaga sampai sekarang melindungi adik perempuannya ini. Dulu waktu masih dibangku sekolah dasar, ada temen sekelasku namanya Theo seingatku dia pernah mencopot kerudungku waktu istirahat lalu dia tinggalkan di pohon cemara sekolah kami. Saat abang tahu dia menjahiliku, abang langsung keluar kelas saat itu padalah masih jam pelajaran, terus dia bawa kayu entah dapat darimana lalu menuju kelasku untuk memberi pelajaran ke Theo. Dia kadang kalau marah kebangetan untuk membalas perbuatan orang-orang yang menyakitiku, tapi saat-saat seperti itu aku merasa bangga punya abang seperti dia. Andai saja aku berani bilang ke abang siapa yang membuatku menangis daritadi malam, tapi aku tidak ingin dia jadi hilang karena abang.
"Dorr!!!", teriak abang membuka pintuku yang padahal aku kunci.
"Lah, kok kebuka?"
"Ya gue kan pinter, ada tuh kunci cadangan di laci meja papa"
"Ih dasar nyebelin emang"
"Uni udah lo bangun sekarang, nanti magh nya kambuh lagi, cepett!!! Atau gue tarik nih kakinya sampai ke meja makan". Dia mengomel sambil membuka selimutku sepenuhnya dan menarik tanganku supaya bangun.
"Iyaa bawel, aku mau gosok gigi dulu. Udah abang sana keluar dulu jangan gangguin aku gosok gigi ya bawel".
"Idih siapa juga yang minat, cepet nanti Bunda keburu pulang nanti kamu dimarahin belum sarapan mau?"
"Iyaaa abanggg"
"Cuci tuh muka, kelamaan tidur liat sembab mata lo udah kaya disengat lebah"
Aku langsung menutup pintu kamar mandi meninggalkan wajahnya yang nyebelin itu. Terdengar suara jendela kamarku yang dia buka, yang sering Bunda lakukan sekarang juga dia lakukan. Anehnya Bunda tidak sebegitu cerewetnya dibanding abang.
***
Aku mengetok pintu kamar abang yang selalu terpampang jelas Sign Board Label "Orang jelek gaboleh masuk" aneh-aneh aja memang kebiasaannya. Terdengar dari luar dia memainkan gitar yang tadi dia pakai untuk membangunkanku. Tapi bedanya saat tadi dia membangunkanku nadanya rock yang bikin jantung orang kaget. Tetangga juga kayaknya bakal kebangun kalau dia maininnya tengah malam begitu. Sekarang sudah seperti alunan musiknya Boyce Avenue.
"Apa Uni jelek?, gabisa baca ya lo?. Orang jelek nggak boleh masuk"
"Idih gue kan cantik" sambil menginjak kakinya dengan sandal tidurku dan aku langsung masuk ke kamarnya selagi ada kesempatan saat dia menahan rasa sakitnya
"Aww sakit tahu, dasar jelek emang lo. Jelek permanen dah fix"
"Ih ada ya orang bilangin adeknya jelek permanen" jawabku sinis menatapnya.
"Ada gue, mau apa lo"
Aku mengambil komik One Piece yang rapi dan banyak banget di lemari dia yang sudah seperti rak di toko buku. Sambil mengikuti iringan musik yang dia setel di piringan hitam favoritnya.
I wanna be your favorite boy. I wanna be the one that makes your day. The one you think about as you lie awake. I can't wait to be your number one. I'll be your biggest fan and you'll be mine. But I still wanna break your heart and make you cry.
Lirik terakhir tadi seperti menjemputku kembali kepada suasana tadi malam. Tanpa sengaja aku meneteskan air mataku setelah mendengar lirik tadi. Abang mulai menyadari ada hal yang aneh dariku.
"Uni kenapa?"
"Engga, kelilipan doang. Kamar abang banyak debu, nggak sehat banget hidup disini. Jual tuh komik debu-debunya udah sejibun banget". Aku kemudian meninggalkan kamarnya menuju kamarku yang berada di lantai 1. Anehnya aku lebih males untuk turun tangga daripada naik tangga tidak kebanyakan orang. Ketika turun tangga rasanya aku akan berada di bawah setelah di atas segalanya. Tangga membuatku merasa lebih takut untuk merasa dijatuhkan lagi ketika sudah berada di atas seperti perihal perasaan maupun segalanya aku lebih senang untuk menaiki tangga menuju yang teratas.
Aku memilih duduk sebentar di tangga ini sebelum aku benar-benar harus menuju kamar untuk menuruninya. Tiba-tiba pikiranku kembali runyam seolah banyak hal yang mengantri dari luar untuk masuk ke dalam memoriku untuk kembali aku pikirkan. Aku hanya bisa berbicara sendiri dalam hati sedikit lebih banyaknya.
Terimakasih semesta telah kau hadiahkan luka yang cukup dalam menampar kebahagianku perlahan. Sampai batas mana kau paksa aku untuk kuat semesta?.
**
"Al,, Aline!!" teriak seseorang perempuan yang suaranya sudah tidak asing lagi olehku. Dia Nana sahabat terbaikku semenjak SMP. Tahun ini kami sama-sama keterima di Fakultas Kedokteran di salah satu universitas terbaik di Yogyakarta. Nana sudah seperti saudaraku, hampir segala hal baik ataupun buruk selalu kuceritakan kepadanya. Termasuk tentang dia.
" Gue udah nungguin lo daritadi di kantin kampus, eh lo nya disini bengong begini"
"Astaga iya, gue lupa Na, sorry ya"
"Kenapa lagi?, jarang banget lo nggak fokus gini. Ian masih belum bisa dihubungin ya?".
"Nggak tahu ah, capek banget nangisin orang yang nggak tahu entah di bagian bumi mana sekarang, kayak nangisin angin. Merasa dia ada tapi nggak ada, nggak bisa, nggak bisa dijangkau, dilihat, diomelin, dimarahin. Nggak bisa semuanya Na". Lagi-lagi air mata keluar sendiri, kemudian Nana langsung memelukku mencoba memberikan ketenangan diriku yang sudah sangat terluka ini.
"Sabar Aline, gue tahu lo kuat, lebih tahu dari kebanyakan orang di luar sana, semua ini akan berjalan ke sebuah tempat yang namanya usai".
"Jadi semua ini akan usai Na menurut lo?"
"Duh salah ngomong lagi gue, bukan itu Al, kesedihan lo ini yang akan usai. Tuhan nggak akan tega ngasih ujian ini untuk lo dalam waktu yang lama kok".
"Udah yok, bentar lagi kelas mulai nih, kita beli minuman dulu biar lo nya juga bisa lebih tenang"
"Oke Na, tapi muka gue nggak keliatan habis nangis kan Na?"
"Nggak kok, cantiknya kan alami jadi nggak akan luntur sayang"
*************
Terimakasih yang sudah mau membaca cerita ini,
Maaf untuk segala kekurangan penulisan, maklum penulis pemula yang akan terus belajar dan memperbaiki agar menuju kata sempurna.
Bantu cerita ini dengan cara vote dan comment ya, jangan lupa.
With Love, Aponi line❤️
Perasaan yang kuketahui melalui dirimuJiwa ini terlalu banyak diam meskipun mulut bersuara terbuka. Tapi hati dan jiwa menolak semua pintu untuk berani mengutarakan segala rasa yang dirasakan. Begitulah serba sulitnya menjadi seorang Aline. Jika boleh menarik diri sendiri untuk berani ngutarain apapun tolong aku mau banget. Karena capek sembunyi kayak kucing-kucingan dengan segala rasa yang kadang aku tahu ini bagaimana.Sehabis beranjak pergi dari kantin untuk menemui Ian kini mataku tertuju padanya. Banyak hal yang ingin diucapkan tapi yang jelas aku butuh satu jawaban yang benar-benar dari mulutnya saat ini.“Aline..” panggil Ian dengan nada sendu memandangiku yang dari tadi terpaku tidak berniat menjangkaunya lebih dekat.“Jadi gimana?, yang dikatakan Tania itu betul atau salah?”“Aku masih disini kok, belum kemana-mana.”“Bukan itu maksudku, kamu sudah tahu apa yang harus kamu jawab Ia
Karena rasa itu tidak semestinya ada dan terlalu lama menetap Pagi sudah menyongsong rapi garis kerutan di gambar yang cemberut.Matahari menggelitik mataku yang melamun sedari tadi.Lamunanku buyar ketika suara seseorang dari belakang mulai mendekati perlahan.Aku yang peka dengan langkah kaki itu, sengaja tidak mempedulikan siapa yang berada di belakang.Langkahnya mendekat tapi lagunaku terlalu nikmat untuk dihentikan. "Dorr!!", ucap seseorang yang mencoba membuatku kaget tapi tidak denganku yang sudah tahu dia berada di belakang.Soma dengan wajah manisnya yang selalu melempar senyum membuat lamunan senduku tadi mulai buram dan perlahan tersingkirkan. "Somaa, aku udah nyadar loh daritadi kamu jalan pelan bu
Tidak semua perasaan bisa untuk disembunyikan begitu rapi. Tapi ada beberapa hal yang memaksanya cukup dalam diam sajaSetelah pelukan sore itu sampai sekarang kejadiannya masih terbayang-bayang di kepalaku ini. Aku mulai memikirkan beberapa hal yang akan membuatku canggung jika bertemu dengannya kembali.Bodohnya keberanian itu telah berhasil membuatku terperangkap dengan rasa malu. Memeluknya tanpa aba-aba bahkan sambil menangis di pelukannya, oh semesta sepertinya aku sudah kehilangan akal.Baiklah sekarang saatnya harus amnesia sekejap atas apa yang terjadi kemaren. Supaya dapat kukumpulkan sisa-sisa rasa berani itu untuk berangkat ke sekolah hari ini. Yang mau tidak mau, wajah Ian pasti akan kulihat, karena kami yang sekelas.Aku terlalu malu untuk kembali ke sekolah. Nana sudah memanggilku yang dari tadi yang sebeneranya sudah siap. Tapi hanya tidak siap untuk melangkahkan kaki ke sekolah. Rasa malu kali ini tidak bi
Ternyata perasaan tidak perlu izin untuk mencemaskan seseorang yang bukan siapa-siapa.Langit siang di kota Bogor hari ini cukup terik daripada biasanya. Tidak ada saupun tanda-tanda mendung dilihat dari beberapa awan yang hanya sedikit melindungi bumi dari matahari. Hal-hal yang seperti ini akan jadi momen langka tapi juga menguntungkan bagi beberapa orang seperti petani-petani yang berharap padi mereka akan cepat kering.Lokasi sekolahku yang cukup jauh dari pusat kota membuat sekolah ini punya kesan sendiri seperti berada di desa. Kanan kiri gedung sekolah masih dikelilingi oleh luasnya lahan sawah dari masyarakat disini.Hampir setiap pagi bahkan sampai menjelang siang udara disini masih sangat segar dihirup. Tidak ada polusi udara dan juga tidak banyaknya asap kendaran. Tapi karena banyak yang bersekolah disini, suasananya tidak pernah sepi.Aku mulai berangkat sekolah hari ini bersama Nana, Arum dan Tania. Tapi satu
Hampir saja tidak sempat untuk masuk ke perpustakaan sebelum Bu Dinda pegawai pustaka mengunci pintu karena sudah menunjukan waktu istirahat. Tapi untuk beberapa orang yang lebih memilih stay buat membaca buku diperbolehkan berada di dalam saja sampai pintunya di buka kembali sama Bu Dinda.Aku mulai sering ke perpustakaan karena beberapa target dari buku-buku kedokteranku terbang kalai. Untuk memenuhi dan mengebut supaya ga lost lagi sama planning yang udah aku susun. Duduk dan berdiam diri di perpustakaan adalah cara paling praktis menyelesaikan buku ini dengan cepat.Terlihat Soma yang sedang asik melukis. Aku mengagetkannya dari belakang tapi sebisa mungkin tidak akan membuatnya mengacaukan lukisan indahnya itu. Soma tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihatku yang usil."Usilnya masih sama ya kayak waktu kecil Al""Hehehe, habisnya fokus banget"Aku membuka buku kedokteran dan segera membacanya dengan sebuah pena warna yang akan
Jika ada satu kata yang punyasejutamaknadari setiap jiwaitulahPerasaan. Karena Perasaan ibaratgalaksidari semua rasa jatuh, sedih, bahagia, bingung, suka, luka bahkan cinta.Apakah ada sebuah alat untuk membaca dengan jelas segala perasaan yang membuat kebingungan bisa dilihat penyebabnya. Jika ada sepertinya aku adalah orang yang pertama yang akan jadi pembelinya. Sulitnya mengatasi kebingungan dari rasa yang kian gundah sampai pada detak jantung yang termakan waktu sehingga harus berdetak dengan begitu laju.Ketidaknyamanan yang seharusnya dilewatkan begitu saja, tapi tetap menetap seperti jamur yang membaur di segala dentangan jam detik maupun hari. Untuk siap menutup telinga bisa, tapi tidak menutup asumsi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires