MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 17 Mengamankan Harta"Beraninya kamu nampar aku!""Mbak juga nampar aku. Ya, wajar dong, kalah aku ngelawan. Jangan mentang-mentang banyak duit. jadi bisa seenaknya.""Hahaha, dasar gak tahu diri. Pergi dari rumahku.""Pergi!"Wajah Melati langsung pucat. Dia tak bisa berkutik. Pasti baru tahu ekspresiku ketika benar-benar marah. Dia pikir aku hanya perempuan lemah dan bodoh? oh, tentu tidak, Melati. Aku bahkan sudah tahu semuanya. Sayang saja, aku harus bersabar, ingin melihat sejauh mana tingkah mereka. "Ada apalagi ini, Nduk. Astaga, ribut terus.""Bu, bantu Melati membereskan bajunya, suruh dia pergi dari sini.""Ara, kamu kenapa? jangan berbuat sesuka hati, kasihan Melati sedang hamil.""Hiks, hiks, Bu, aku memang miskin, tapi jangan diperlakukan seperti hewan juga.""Kamu keterlaluan, Ra. Apa yang membuat kamu kaya gini? sadar, Nduk.""Terserah, aku tunggu Melati pergi dari sini. Aku pantau dari kamar."Masuk kamar, dan mengunci pintu. Emosi
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 18 Kadal dikadalin"Beneran, upahnya Mbak kasih aku sepuluh juta?""Iya, tolong yah.""Dua puluh juta gimana? soalnya takut gak cukup Mbak kalau cuman sepuluh juta, aku juga mau ajak anakku.""Oke deal." "Tapi, Mbak gak bohongin aku 'kan?""Tenang aja, aku ada di rumah ini, kalau sudah terjual, aku langsung kasih duitnya.""Oke, deal."Kami bersalaman, tanda setuju. Ternyata Melati tak sepintar yang aku bayangkan. Dia mudah terhasut bau-bau duit. Ya, tak heran, kalau dia bodoh, tak mungkin menyuruh suaminya menikahiku, dan selama dua tahun ini mereka berjauhan. Istri yang cerdas, akan bertahan dalam segala keadaan, berusaha mendukung suami untuk sukses. Bukan malah jadi penipu dan kriminal seperti Mas Arya. *"Mbok, aman?""Aman, Mbak.""Jaga yah, Mbok. Aku pasang dulu CCTV-nya.""Siap, Mbak."Berdasarkan perenungan panjang, ide cemerlang melintas di kepala. Saat kondisi rumah sepi, aku pasang saja CCTV kecil di kamar ibu, Melati, dapur, dan ruang
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 19 Gerak Lebih CepatPrang!"Aww!""Ara!"Aku sengaja menyenggol minumannya. Mas Arya tampak kaget dan kesal. Tapi, dia berusaha menyembunyikan kekesalannya. "Biar Mas ganti yah, Sayang.""Gak usah, Mas. Aku aja yang ambil, sekalian mau ke toilet.""Ya sudah."Aku ambil ponsel, masuk ke toilet dulu. Mau menghubungi Mbok Yah yang sedang mengawasi Melati. "Hallo, Mbok, bagaimana Melati?""Dia masih di kamar, Mbak.""Tolong pesankan makanan buat dia, terus suruh pelayan hotel yang mengantarkan. Sebelum diserahkan ke pelayan, taburi obat tidur dulu.""Siap, Mbak, laksanakan.""Bagus, hati-hati, Mbok."Sambungan telepon aku matikan. Sambil menunggu Mbok Yah beraksi, aku lancarkan juga rencana jahilku. Kamu pikir aku sebodoh itu, Mas? dulu memang bodoh, karena aku pikir kamu benar-benar mencintaiku. Tidak untuk saat ini, kebusukanmu sudah mulai terungkap. Tak tahan, aku akan gerak cepat mengamankan aset, lalu mendepakmu dari rumahku. "Mas, nih, aku pes
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 20 Bangkrut “Mengacau bagaimana, Pak Eko?”“Mas Arya mencoba mencari tahu apakah pabrik benar-benar bangkrut atau tidak, dia juga memkasa saya dan bagian keuangan memberikan uang pabrik.”“Wah, semakin berani juga dia. Tolong dijaga Pak Eko, jangan sampai berkas-berkas penting ada di tangannya. Terus, jangan berikan uang sepeser pun, bilang saja ini perintahku.”“Siap, Mbak Ara.”Kesal sekali, pria itu memang tak bisa melihatku santai. Mau tak mau aku segera kembali ke rumah. Untung supir keperayaanku sudah menjemput sejak aku sudah di bandara. Waktunya kembali menuju kenyataan pahit. Tenang saja, rasa pahit ini sudah aku nikmati, layaknya setiap tegukan dalam secangkir kopi.“Mas, ngapain ngacak-ngaxak pabrik?” tanyaku sesampainya di rumah. Mas Arya, ibu dan Melati sudah menunggu di ruang tamu.“Mbak sih, kenapa main ninggalin kami, terus buat Mas Arya mabok segala. Pasti Mbak punya renana jahat sama kami? tega banget sih, Mbak, sama suami dan adi
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 21 Kembali Mode Belangsak"Apa dijual?""Iya, Mas, maaf aku belum bilang, demi kebaikan bersama.""Kebaikan apa maksud kamu? harusnya kamu izin dulu sama suami kamu ini.""Pak Eko, tolong jelaskan," ujarku pura-pura sedih dan frustasi."Maaf sebelumnya Pak Arya, kondisi pabrik memang sudah dinyatakan bangkrut, banyak tagihan bank, dan juga tunggakan upah karyawan, jadi Mbak Ara hanya punya satu pilihan yakni menjualnya, dan uang hasil penjualan untuk menutupi hutang-hutang pabrik atas nama Mbak Ara. Hal itu memang harus dilakukan agar Mbak Ara tak masuk penjara. Beruntung Mister Andra mau membelinya, padahal dalam kondisi diambang kehancuran, sangat sulit mencari orang yang mau membelinya.""Gak mungkin, kenapa bisa kaya gini, Ara.""Aku juga gak tahu, Mas.""Silakan tanda tangan, saya tak punya waktu lama."Agar lebih menyakinkan, kami sengaja membuat surat bohong, seolah-olah kebangkrutan pabrik benar-benar terjadi. Padahal, kenyataannya pabrik ba
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 22 Kejutan"Ogah, hapeku juga penting.""Ya sudah, tahan saja laparmu.""Aarrgh, sial sekali aku di rumah ini!" Melati kembali ke kamarnya. Begitu pula dengan ibu mertua, wajahnya sangat tak bersahabat. Saat mereka sudah masuk kamar, waktunya aku keluar rumah. Ada janji bertemu Mbak Yuli, dan pengacaraku. Sekalian mau makan di luar. Sudah lama tak makan enak. Biarkan saja ibu dan Melati kelaparan. Biar mereka sadar diri. Jika ingin berkecukupan harus kerja keras, bukan malah jadi penipu. Kasihan sekali Mas Arya, dia kewalahan jadi tulang punggung. Dua tahun bersamaku, hidupnya terbiasa enak, makan tinggal makan, punya bengkel hanya untuk sampingan. Kebutuhan ibunya terpenuhi. Begitulah kalau jadi manusia tak tahu diri, dikasihani, malah menusuk diam-diam. "Ra, pelan-pelan makannya.""Laper, Mbak. Mas Arya tuh, gak becus banget jadi tulang punggung. Dapet duit sedikit, dikasih ke Si Melati yang boros, akhirnya gak ada buat makan. Untung aku suka di
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 23 Diusir"Terima kasih, atas kehadirannya semua tamu undangan. Terutama tamu spesial saya, bapak investor yang memberikan suntikan dana, dan kerja sama yang sangat menguntungkan. Terima kasih Pak Kenandra." Andra berdiri sambil membungkukkan badannya sebagai tanda hormat. Aku sampaikan sambutan seperti biasa. Belum waktunya mengeluarkan bukti-bukti yang aku punya. Menunggu acaranya selesai, dan tersisa beberapa orang terdekat saja. "Ara, apa maksud dari semuanya, Nduk?""Tenang-tenang, kalian akan tahu jawabannya, tunggu sampai acara ini selesai."Acara demi acara dilakukan. Ditutup pembacaan doa, dan pembagian hempers untuk para karyawan yang sudah berdedikasi tinggi pada pabrik ini. Acara pun selesai, tapi urusanku belum beres.Pakde Ahmad, Mbak Yuli, Bagas, Pak Eko, Mbok Yah, Andra dan pengacaraku masih menunggu puncak acara. Ada beberapa karyawan lama juga yang belum pulang. Biarkan saja yang ada di sini menyaksikan apa yang akan aku tayangk
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 24 Memulai Hidup Baru "Ara, ibu mohon jangan penjarakan ibu, Nduk. Semua ini gak seburuk yang kamu bayangkan.""Aku mohon Nirma, jangan sampai ibu masuk penjara." Mas Arya dan ibu kebakaran jenggot. Mereka pasti panik luar biasa. Aku memang tidak niat memenjarakan mereka, bagaimana pun semua ini terjadi karena kebodohanku juga. Saat ini, aku hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan. Memulai hidup baru yang lebih nyaman. "Mari kita jelaskan di kantor polisi."Aku tak mencegah polisi membawa Bu Lastri. Mas Arya mengikuti ibunya ke kantor polisi. Sementara aku, mau istirahat sejenak dari keributan permasalahan hidup. Duduk sebentar, merasakan efek dari semua ini."Pakde, maafkan Ara.""Sudahlah, lupakan perselisihan kita. Pakde sekarang paham posisimu, Nak." Pakde mengusap lembut kepalaku yang berbalut hijab. Malam ini, aku tidur ditemani Mbak Yuli, dan Mbok Yah. Mereka ingin menjagaku dari gangguan Mas Arya dan Melati. Khawatir mereka kembali."Ara