Share

Bab 4. Beneran, yang Direkrut Cewek?

Menahan rasa malu, aku langsung bergegas bersiap. Merapikan baju, rambut dan berias sedikit. Hanya bedak tipis dan lip gloss. Aku harus menjelaskan ke Pak Sakti, jangan sampai dia menganggapku menggodanya.

Pak Sakti duduk di ruang makan, sudah ada makanan terhidangkan di sana. Ternyata, panggilan tadi untuk makan. 

"Pak Sakti, maaf tadi saya tidak sengaja. Bukan bermaksud untuk ...."

"Sudahlah. Saya sudah hafal dengan anatomi.  Tidak usah dijelaskan, saya sudah kebal! Kalau tidak, sudah saya terkam kamu tadi!" ucapnya dengan tertawa. 

Aku pun ikut tertawa kikuk. Jangan-jangan Pak Sakti ini ....

Ah, biarlah. 

Kalaupun iya, itu bagus untukku.

Kami langsung menghabiskan makanan di depan kami, nasi uduk dengan lauk ayam goreng.

***

Setiba di ruang meeting, sudah berkumpul para tenaga sipil. Dari kepala proyek, kepala pengadaan barang sampai mandor. 

Kali ini, kami mengadakan pertemuan tentang proyek yang masih berjalan. Sebenarnya, aku belum mempunyai andil apapun dipertemukan, tetapi ini penting untuk aku hadiri. Selain supaya aku mengerti cara kerja perusahaan ini, aku juga diperkenalkan secara resmi kepada team lapangan.

Aku mengikuti langkah Pak Sakti, dan ruangan langsung riuh setelah menyadari ada wanita di belakangnya. Aku menatap mereka dengan tenang dan tersenyum, menaklukkan mereka dengan menatap mereka kembali, itu lebih baik daripada kata-kata.

"Stop!" teriak Pak Sakti.

"Tumben Pak Sakti membawa cewek?" tanya mereka. "Cantik, lagi!" sahut rekannya dan semakin riuh dibuatnya.

Tok! Tok! Tok!

Pak Sakti memukul meja dengan keras.

"Perhatian! Perhatian! Saya perkenalkan, ini asisten saya Lituhayu. Panggil Bu Litu!" teriak Pak Sakti.

Semua terdiam dan menatapku seakan tidak percaya. Mungkin, mereka jarang melihat perempuan di proyek ini. 

"Kalau begitu, kami nanti juga berhubungan dengan Bu Litu?" 

"Iya betul!" 

Kemudian, ruang meeting riuh kembali. Mereka saling bertanya ke rekannya sendiri.

Beneran, yang direkrut cewek?

Memang dia bisa panas-panasan? Putih, gitu!

Dia beneran arsitek?

Kelihatannya pinter kok!

Iya tapi, cewek!

"Sudah! Sudah! Kita mulai meeting!" teriak Pak Sakti.  

Kami membahas proyek apartemen yang sudah hampir jadi. Gedung sudah berdiri kokoh, sekarang mulai tahap finishing. Tahap inilah yang diibaratkan tahap bersolek, yang ditekankan keindahan dan keselarasan. 

Pemilihan tekstur tembok, warna cat dan permainan level. Sedikit sentuhan tetapi membuat tampilan menjadi lebih indah. Aku memperhatikan jalannya meeting. Pak Sakti ternyata tidak hanya pintar, dia juga tegas. Terlihat dia sangat menguasai orang-orang lapangan yang bar-bar ini.

***

"Kamu saya antar?" tanya Pak Sakti setelah selesai meeting. 

"Tidak usah, Pak. Saya naik kendaraan online saja."

"Kalau begitu, saya temani kamu sampai kendaraannya datang!" 

"Tidak usah, Pak. Saya bukan perempuan yang ribet."

"Kamu asisten saya, jadi itu sudah tanggung jawab saya," ucapnya sambil duduk di bangku tunggu. 

Dia sibuk dengan ponselnya, begitu juga aku yang memastikan pesananku tidak di cancel.

"Pak, mobilnya sudah datang. Saya permisi dulu!" ucapku, dia langsung berdiri mensejajariku.

"Pesanku yang harus kamu ingat! Jangan sekali-kali bersikap ceroboh seperti tadi! Tahu kan, rekan kerja kamu semua seperti yang ruang meeting tadi. Semua buas!" tandasnya.

"I-Iya, Pak!" jawabku sambil menahan malu mengingat kejadian di ruang istirahat.

"Beruntung kamu. Walaupun aku laki-laki normal, tetapi bermoral!" celetuknya tersenyum simpul.

Spontan aku menoleh ke arahnya.

"Hah?" batinku.

******

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status