Share

Bab 7

Penulis: Alfylla
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 01:14:11

Evelyn terbaring pasrah di atas ranjang hotel. Di atasnya ada Alan yang terlihat gagah, berusaha melepaskan seluruh kain yang melekat di tubuhnya.

Alan bergerak dengan perlahan dan tak terburu-buru. Dan itu malah membuat Evelyn frustrasi. Ini semua akan lama menuju akhir jika Alan terus saja bergerak sangat lambat.

Sementara Alan, menikmati sekali perbuatannya terhadap Evelyn. Dia berusaha melepaskan semua kain yang Evelyn pakai, sekaligus menyusuri setiap inchi kulitnya dengan bibir. Alan tersenyum dalam setiap gerakannya, saat tahu kalau Evelyn tetap setia memejamkan mata. Alan juga yakin, pasti wanita tersebut sedang mati-matian menahan suara.

Alan duduk berlutut dengan mata menatap penuh minat pada Evelyn yang sudah pasrah. Alan tersenyum miring melihat tubuh Evelyn yang sudah polos sekarang. Pemandangan yang indah.

Alan kemudian membuka kancing kemejanya dengan agak cepat. Lalu dia melemparkan kemeja dan dasinya secara asal ke lantai, hingga akhirnya sekarang dia bertelanjang dada. Alan bergerak lagi, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Evelyn. Alan memperhatikan wajah Evelyn dari jarak yang sangat dekat. Setelah lama memperhatikan, alis Alan pun bertaut. Kenapa lama-lama dia merasa pernah mengenali wajah Evelyn? Setelah namanya, sekarang wajahnya. Alan jadi penasaran sendiri siapa sosok yang pernah hadir dalam hidupnya, yang mirip dengan Evelyn.

Berusaha tak memikirkan hal tersebut, Alan kini menjelajahi wajah Evelyn dengan bibirnya. Alan bisa melihat Evelyn yang semakin erat memejamkan mata. Alan tersenyum geli melihat itu. Terlihat lucu dan menggemaskan baginya.

"Tatap aku." Alan berkata. Evelyn tak menurut, dan tetap memejamkan mata. Dia tak berani membuka matanya walau hanya sedikit. Dia tak berani melihat keadaannya sendiri sekarang. Dan dia tak berani melihat Alan yang kini berada di atas tubuhnya.

"Buka matamu dan tatap aku," ucap Alan lagi dengan suara beratnya. Namun, Evelyn tetap tak menurut, membuat mata Alan memicing tak suka. Akhirnya sebelah tangan Alan bergerak menyentuh dada Evelyn dan meremasnya kuat secara tiba-tiba. Hal itu berhasil membuat Evelyn memekik kaget sampai matanya membelalak.

Pada akhirnya, tatapan mereka bertemu, dan Evelyn tak mampu berkata apa-apa. Dia juga langsung memalingkan wajahnya ke samping. Rona merah di pipinya terlihat jelas membuat Alan semakin gemas. Dengan sedikit kuat, Alan memegang dagu Evelyn dan memaksanya agar menatap ke arahnya. Tanpa basa-basi, Alan pun langsung meraup bibir Evelyn. Bibir dan lidahnya bergerak dengan lincah mempermainkan Evelyn.

Evelyn mengerang saat Alan menghisap bibir bawahnya dengan kuat. Secara tak sadar, tangan Evelyn bergerak menjambak rambut Alan ketika dia merasakan oksigen dalam paru-parunya menipis. Alan melepaskan ciuman mereka dan Evelyn langsung menarik nafas banyak-banyak. Rona merah di wajahnya terlihat semakin jelas sekarang.

"Kamu menyukainya," ucap Alan. Setelah mengatakan itu, bibir Alan langsung menjelajah leher Evelyn. Alan menciuminya dan sesekali menjilatnya juga. Ada keinginan untuk meninggalkan tanda, namun Alan tak mau membuat Evelyn kebingungan menutupinya besok.

Kepala Alan semakin turun hingga akhirnya dia berhadapan dengan dada Evelyn. Alan mempermainkan puncak dada Evelyn, membuat Evelyn mendesah pelan. Kedua tangan Evelyn mencengkram sprei dengan kuat saat merasakan rangsangan pada tubuhnya.

Saat mulutnya sibuk di bagian dada, tangan kiri Alan bergerak ke bawah, menyentuh pusat tubuh Evelyn. Evelyn memekik karena kaget dan berusaha menyingkirkan tangan Alan dari sana. Namun, Alan malah sengaja memberikan rangsangan lebih hingga Evelyn kembali terbaring lemah di bawahnya.

"Nikmati saja. Tak perlu melawan," ucap Alan. Setelah puas bermain-main dengan tubuh Evelyn, Alan pun turun dari atas ranjang. Tangannya bergerak dengan cepat melepaskan celananya sendiri. Evelyn sontak memalingkan wajah, merasa malu karena tak sengaja melihat Alan yang sedang menurunkan celananya.

Setelah tubuhnya sama polosnya dengan Evelyn, Alan naik lagi ke atas ranjang. Tangannya bergerak membuka kaki Evelyn dengan lebar. Evelyn berusaha merapatkan kakinya, dan Alan menahannya.

Alan menekan miliknya ke dalam tubuh Evelyn dengan perlahan. Kemudian matanya beralih melihat Evelyn yang terlihat kesakitan. Alan pun kembali menciumi wajah Evelyn dan memainkan puncak dadanya lagi. Pinggulnya bergerak maju perlahan karena terasa sulit.

"Ini pertama kali bagimu?" Alan bertanya dengan kening berkerut. Evelyn tak menjawab pertanyaan Alan. Namun ekspresi kesakitannya juga cengkraman kuatnya di bahu Alan memberikan sebuah jawaban. Walau tahu itu, Alan tak berhenti. Dia semakin menekan, hingga akhirnya dia merasa sudah masuk seluruhnya. Alan bisa melihat sudut mata Evelyn yang basah. Cengkraman tangan wanita itu di kedua bahunya juga semakin kuat.

Alan menggeram pelan, merasakan kenikmatan di bawah sana. Dengan cepat dia mencium Evelyn lagi dengan gerakan yang sedikit kasar. Evelyn hanya diam dan pasrah. Rasa sakit yang dia rasakan terasa membelah tubuhnya. Namun perlahan, rasa sakit itu hilang. Meninggalkan rasa tidak nyaman karena ada benda asing di dalam tubuhnya.

Alan bergerak perlahan, berusaha membuat Evelyn terbiasa lebih dahulu. Evelyn meringis kesakitan awalnya. Setelah beberapa saat, dia tak merasakan sakit lagi. Hanya sedikit rasa perih saja.

Setelah tahu Evelyn tak merasakan sakit lagi, Alan pun menegakkan tubuhnya. Dia mengangkat sebelah kaki Evelyn dan menyimpannya di pundak. Matanya melihat penyatuannya dengan Evelyn dan bergantian menatap ekspresi Evelyn saat dia menggerakkan pinggulnya.

Evelyn mendesah saat gerakan Alan terasa semakin cepat. Tangannya mencengkram sprei semakin kuat ketika merasakan sesuatu perasaan aneh namun terasa menakjubkan.

Alan menurunkan kaki Evelyn dari pundaknya lalu menurunkan tubuhnya. Evelyn langsung memeluk punggungnya dengan kuat, seolah sedang mencari pegangan. Desahannya yang indah membuat Alan semakin semangat memberikan kenikmatan untuknya.

Evelyn menjerit saat dia sampai di puncak kenikmatan. Tubuhnya bergetar dan mengejang secara bersamaan. Melihat itu, Alan pun mempercepat gerakan pinggulnya hingga akhirnya dia pun sampai di puncak. Alan menyembunyikan ekspresi nikmatnya di ceruk leher Evelyn dan menekan miliknya semakin dalam pada Evelyn.

Nafas Evelyn memburu dengan mata yang kembali terpejam. Batinnya berbisik, kalau semuanya telah usai. Ya, semuanya sudah selesai sekarang. Benar-benar selesai.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Casmuroh Casmuroh
Si duda Alan keouasan dapat Evelyn.. kira" nanti Eve hamil ngga ya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • (Not) One Night   Extra Part 2

    Tiana sebagai wanita paham sekali kalau pendidikan bagi wanita itu penting. Walau Evelyn berstatus adik iparnya, tapi Tiana menganggap Evelyn seperti anak sendiri. Karena itu, Tiana memberikan nasehat pada Evelyn agar melanjutkan pendidikannya. Evelyn awalnya ragu untuk kuliah, minder karena teman-teman seumurannya sudah lulus S1, sedangkan dia baru mau masuk kuliah. Namun, semua keluarga Alan, termasuk Alan sendiri mendukung saran dari Tiana. "Kuliah itu untuk kalangan umum, Eve. Hanya karena kamu sudah menikah dan melahirkan, bukan berarti kamu tak boleh kuliah. Justru harus, karena kamu sudah menjadi ibu, dan kamu akan menjadi guru pertama untuk anak-anak kamu nanti." Itu adalah kata-kata yang diungkapkan oleh Karina, dan Evelyn jadi lumayan pede setelah mendengarnya. Akhirnya, setelah membuat keputusan yang lumayan berat, Evelyn mendaftar kuliah di universitas tempat Alan menjadi donatur. Tentu Evelyn tak sendirian, karena dia ditemani oleh Zara yang mendaftar S2. Masalah an

  • (Not) One Night   Extra Part 1

    Evelyn berdiri di depan cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya. Evelyn kini memakai sebuah gaun pengantin yang cantik dan indah berwarna rose gold. Rambutnya di gelung dengan cantik, dan diberi hiasan berupa sebuah mahkota kecil di atas kepala. Penampilannya sekarang sudah mirip seperti putri dalam film kerajaan. Bukan tanpa alasan Evelyn berpenampilan seperti itu hari ini. Karena hari ini, adalah hari resepsi pernikahannya dengan Alan. Ya, setelah satu tahun lebih sejak akad pernikahan, resepsi pernikahan mereka baru diadakan sekarang. Tentu saja menunggu Evelyn pulih dulu setelah melahirkan tiga bayinya. "Tubuh kamu mungil dan cocok sekali dengan gaun ini. Walau sudah melewati fase hamil dan melahirkan, tubuhmu tetap terbentuk seperti awal. Orang-orang tak akan menyangka kamu sudah melahirkan tiga bayi loh." Karina yang menemani Evelyn di ruang ganti tersenyum melihat kecantikan Evelyn sekarang. Karina tidak menganggur, karena sekarang dia sedang menggendong salah satu bayi E

  • (Not) One Night   Bab 76. End

    Hari sudah malam, dan Evelyn kini sudah berbaring di atas ranjang. Dia sudah berganti pakaian, dan tentu saja Alan lah yang membantunya. "Kak Tiana menginap di sini?" Evelyn bertanya pada Alan yang duduk di pinggir ranjang. Tangannya berada dalam genggaman tangan Alan yang besar dan hangat. "Iya. Kak Tiana dan Kak Reno akan menempati kamar samping," jawab Alan. "Kalau Karina, dia hanya akan di sini saat pagi sampai sore saja. Mungkin, setelah agak besar Karina bisa saja membawa salah satu dari mereka untuk menginap di rumahnya," ucap Alan. Evelyn tertawa pelan mendengar itu. Dia tak masalah sebenarnya. Justru Evelyn senang karena banyak yang membantunya merawat tiga bayi kembarnya. Jangankan tiga, merawat satu bayi pun kadang kewalahan. Jadi Evelyn sangat berterima kasih pada Tiana dan Karina yang mau membantunya. Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka. Alan dan Evelyn menengok secara bersamaan ke arah pintu, dan ternyata Karina lah yang membuka pin

  • (Not) One Night   Bab 75

    Setelah menjalani perawatan selama beberapa hari di rumah sakit pasca operasi, akhirnya hari ini Evelyn sudah diperbolehkan pulang. Tidak sendirian, karena ketiga bayinya pun sudah boleh di bawa pulang setelah menjalani serangkaian pemeriksaan untuk memastikan mereka baik-baik saja. Zara, Reno, dan Vino yang ada di rumah sudah berkumpul, siap menyambut kepulangan Evelyn dan baby triplets. Sementara Tiana dan Karina ikut Alan ke rumah sakit, untuk membantu Alan dan Evelyn membawa pulang baby triplets mereka. Kelahiran anak-anak Alan dan Evelyn bukan hanya membuat mereka saja yang bahagia. Tapi seluruh keluarga Alan bahagia dengan kehadiran tiga bayi mereka. Apalagi Karina dan Vino yang tidak memiliki anak. Mereka merasa diberi kesempatan untuk jadi orang tua lewat anak-anak Alan. Mobil Alan masuk ke halaman rumah dan terparkir rapi di samping rumah. Tiana dan Karina langsung keluar dengan masing-masing menggendong seorang bayi. Zara pun berinisiatif mendekati mobil Alan dan mengambi

  • (Not) One Night   Bab 74

    Evelyn berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan Alan yang berada di sampingnya. Tangan Alan setia menggenggam tangannya dengan erat. Tatapan mata Alan tak bisa berbohong tentang yang dia rasakan sekarang. "Tenang, Mas. Semuanya pasti baik-baik saja." Evelyn berucap dengan tenang. Dia sudah berganti baju dan kini menggunakan pakaian khusus pasien. Karena sebentar lagi, Evelyn akan melakukan operasi caesar, untuk mengeluarkan ketiga bayinya. Awalnya, Evelyn berkeinginan untuk melahirkan secara normal. Namun dengan keadaan dia yang hamil tiga bayi sekaligus, terlalu besar resikonya. Akhirnya operasi caesar lah yang dipilih oleh Evelyn untuk persalinannya. "Aku benar-benar khawatir," ucap Alan dengan suara pelan. Berkali-kali dia mencium punggung tangan Evelyn dengan tatapan penuh rasa khawatir. "Aku tahu. Tapi Mas harus percaya kalau aku bisa melalui ini dengan baik," ucap Evelyn berusaha menenangkan Alan yang sangat khawatir tentang dirinya sekarang. Evelyn tersenyum pada Alan b

  • (Not) One Night   Bab 73

    Waktu terus berjalan, hingga tak terasa kalau sekarang usia kehamilan Evelyn sudah menginjak minggu ke 24. Perutnya sudah membesar, memperlihatkan dirinya yang memang sedang hamil. Ukuran perut Evelyn lebih besar dari ibu-ibu lain di usia kehamilan segitu karena memang dia mengandung bayi kembar.Siang ini, Evelyn baru pulang dari rumah sakit bersama dengan Alan setelah melakukan pemeriksaan rutin. Saat berjalan masuk ke dalam rumah, Alan terus merangkul pinggang Evelyn karena khawatir istrinya akan jatuh atau tersandung."Hai! Bagaimana pemeriksaannya?" Saat sampai di ruang keluarga, Zara langsung bertanya pada paman dan tantenya tersebut."Baik. Selalu baik," jawab Alan. Dia membantu Evelyn untuk duduk di atas sofa dengan nyaman. Lalu Alan menaikkan kaki Evelyn ke atas sofa agar Evelyn selonjoran saja."Kamu gak pergi keluar, Zara? Bukannya hari ini kamu gak kuliah?" Evelyn bertanya pada Zara yang baru saja menyimpan ponselnya di atas meja."Gak sih. Lebih asyik di rumah saja," jawa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status