Clara berkata, "Mama harus pergi ke kantor sekarang. Nenek buyutmu sedang nggak enak badan dan perlu istirahat. Kamu bisa menjenguknya nanti kalau dia sudah baikan."Nenek Hermosa memang tidak pernah menyalahkan Elsa karena dekat dengan Vanessa, namun sejak dia tahu bahwa kesehatan Indri memburuk, seluruh energi dan perhatiannya telah terkuras banyak dalam dua hari terakhir.Jika dia melihat Elsa saat ini, suasana hati Nenek Hermosa mungkin akan memburuk ketika memikirkan kedekatan Elsa dengan Vanessa.Ketika Elsa mendengar Nenek Hermosa sedang sakit, dia bertanya dengan khawatir, "Apa? Nenek buyut sakit? Sakit apa? Ma, kenapa Mama nggak beri tahu aku?"Clara terdiam sejenak sebelum berkata, "Mama nggak mau kamu khawatir, jadi nggak beri tahu kamu."Pada saat itu, Clara perlahan melepas tangan Elsa yang memegangnya dan berkata, "Sudah siang, Mama masih ada urusan lain, jadi jaga dirimu baik-baik."Elsa enggan membiarkannya pergi, tapi Clara tampak sangat sibuk, jadi dia harus melepaska
Gery bertanya ke rekan-rekan kerjanya, "Nggak pernah muncul?""Iya." Pada saat itu, rekan lainnya melanjutkan, "Jadi, banyak dari kita yang merasa Bu Clara sepertinya sudah cerai sama suaminya. Kalau nggak, kenapa Bu Clara nggak pernah bicara tentang suaminya selama lebih dari setengah tahun ini?""Iya, benar."Kedengarannya sih gitu.Jika Clara belum bercerai, gimana mungkin Richard berani mendekatinya secara terang-terangan?Namun, Gery masih belum bisa tenang.Dia tidak menyangka Clara sudah menikah.Saat di kantor, melihat Gery menatapnya nanar, Clara bertanya, "Ada apa?"‘Kudengar kamu sudah nikah. Apa itu benar?’Gery sebenarnya ingin menanyakan hal ini, namun bertanya tentang urusan pribadi bos di tempat kerja boleh-boleh saja sesekali, tapi kalau terlalu sering akan dianggap menyinggung dan kasar.Setelah tersadar, dia berkata, "Nggak ada."Sore harinya, Clara menerima telepon.Setelah selesai menelepon, sebelum pulang, dia berkata kepada Dylan, "Besok, aku sore baru bisa datan
Richard mengulurkan tangan, menatapnya dan memperkenalkan diri, "Halo, saya Richard."Gery berjabat tangan dengannya.Ketika pandangan mata mereka bertemu, mereka seolah berkata bahwa dalam urusan mengejar cinta Clara, masing-masing dari mereka harus bertanding secara adil.Melepaskan tangannya, Richard berbalik menghadap Clara, "Kedatanganku ke sini sudah mengganggumu, ya?"'Iya.'Namun dia berkata dengan sopan, "Sedikit.""Maaf. Aku tahu kamu pasti terganggu, tapi malah tetap datang." Lagi pula, sikap penolakannya di telepon tadi sudah sangat gamblang. "Menurutku setelah aku mencobanya, baru bisa yakin apa kamu akan berubah pikiran atau nggak. Sekarang, aku sudah coba dan tahu jawabannya. Aku akan lebih berhati-hati lain kali."Apakah ini berarti dia akan tetap terus mengejarnya?Namun, sebelum Clara sempat mengatakan apa pun, Richard menoleh ke arah Dylan dan berkata, "Aku akan berkunjung ke Morti Group lain waktu saja. Hari ini aku nggak ganggu kalian lagi deh."Dylan menganggap Ri
Kualifikasi Gery sangat bagus. Diana hampir berdiri dalam mobil dan menolak kemungkinan itu, "Nggak boleh! Kalau Gery benaran jatuh cinta sama Clara gimana? Kita pasti akan kehilangan teman dan dapat musuh baru, ‘kan?"Fani tersenyum tidak setuju.Dia menepuk kepala putrinya dan berkata, "Anak bodoh, dengan Vanessa yang secantik ini, mana mungkin Gery bisa suka Clara?"Dia tahu betul betapa menariknya Vanessa di mata pria selama bertahun-tahun.Sementara Vanessa tidak mengatakan apa-apa.Selain kenyataan bahwa kekhawatiran neneknya belum tentu terjadi, tapi sama seperti Fani, dia juga tidak merasa Gery akan bisa tergoda oleh Clara.Dia tahu betapa Gery mencintainya, dan dia memiliki keyakinan penuh pada laki-laki itu.Meskipun Rita tidak mengatakan apapun, dia juga percaya Gery tidak akan benar-benar tertarik pada Clara.Setelah mengklarifikasi hal ini, dia berkata, "Karena gagal gabung dengan Morti Group, Vanessa sudah kehilangan banyak kesempatan selama ini. Clara malah manfaatkan ke
"Nggak usah, aku sudah makan. Terima kasih."Sejujurnya, pengakuan Richard cukup menyentuhnya.Tetapi...Alasan mengapa dia menjawab teleponnya sebenarnya hanya karena ingin jelaskan semuanya lagi.Dia berkata dengan serius, tegas dan tenang, "Terima kasih banyak karena sudah menyukaiku, tapi seperti yang kamu bilang, aku benar-benar nggak punya rencana untuk memulai hubungan baru sekarang. Jadi, maaf ya dan tolong jangan menungguku lagi."Setelah selesai berbicara, dia menyadari Richard ingin berbicara lagi, jadi setelah ragu-ragu sejenak, Clara langsung menutup telepon.Setelah itu, dia berdiri di sana sambil memegang ponselnya, merasakan emosi yang campur aduk.Setelah beberapa saat, dia menunjukkan senyum masam di wajahnya dan kembali ke ruangan.Dia berbicara di telepon cukup lama.Setelah Dylan mengetahui mengapa Richard meneleponnya, dia jadi penasaran apa yang terjadi di antara mereka.Melihat dia begitu lama berbicara di telepon dengan Richard, Dylan pun jadi makin penasaran.
Clara berpikir sejenak, lalu berdiri dan berkata, "Nanti saja kuceritakan. Aku mau keluar angkat telepon dulu."Setelah mengatakan itu, dia pamit pada Prof Raka dan yang lainnya, lalu berbalik dan meninggalkan ruangan dengan membawa ponselnya.Melihat kepergiannya, Dylan akhirnya bereaksi. Dalam sekejap, dia terbelalak lebar karena tak percaya.Pada jamuan makan tahun lalu, ketika dia melihat Clara dan Richard berdansa, dia bertanya-tanya apakah ada kemungkinan bagi mereka untuk bersama.Namun, setelah kejadian itu, mereka seharusnya tidak pernah berinteraksi lagi satu sama lain. Bagaimana mungkin itu...Mendengar perkataan Dylan, Gery tanpa sadar melihat ke arah Clara.Dia tidak tahu dan tidak kenal Richard.Tetapi ketika dia menoleh, rasa canggung di wajah Clara membuatnya segera menyadari ada sesuatu yang tidak biasa, belum lagi reaksi Dylan berikutnya, yang semakin mengonfirmasi dugaannya.Jadi, Richard ini, dia dan Clara, jangan-jangan...Edward sudah mengenal Richard.Setelah men