Share

bab 9

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 10:57:38

Bab 9 Langkah di Dalam Bayangan

Lei Tian turun ke hutan dengan langkah ringan. Kabut membantu menyamarkan pergerakannya, tapi ia tetap waspada.

Di depan, dua pria berpakaian hitam tengah berbisik. Salah satu dari mereka memegang gulungan kertas, mungkin berisi informasi yang akan dikirimkan kembali ke sekte mereka.

Lei Tian mendekat lebih jauh, lalu bersembunyi di balik batang pohon.

"Tuan Muda Guo sudah memerintahkan kita untuk memastikan keberadaan mereka," kata salah satu pria itu. "Jika benar mereka berada di sini, kita harus segera mengirimkan sinyal."

Lei Tian mengerutkan kening. 'Tuan Muda Guo?'

Nama itu tak asing baginya. Guo Han, putra tertua dari pemimpin Sekte Langit Suci. Salah satu pendekar muda paling berbahaya di dunia persilatan.

"Aku mendengar bahwa pemuda bernama Lei Tian itu memiliki Kitab Seribu Bayangan," kata pria kedua, suaranya begitu jelas. "Jika benar, kita harus menangkapnya hidup-hidup. Tuan Muda Guo ingin menghadapinya sendiri."

Lei Tian mengepalkan tinjun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 10

    : Bab 10 Kedatangan Guo HanFajar menyingsing di Lembah Hitam. Udara pagi yang dingin menyelimuti sekte, namun suasana terasa panas oleh ketegangan. Para murid telah bersiaga di posisi mereka, pedang terhunus, mata penuh kewaspadaan.Di puncak bukit, Lei Tian berdiri dengan Mei Zhu di sampingnya. Dari kejauhan, bayangan pasukan Sekte Langit Suci mulai terlihat. Barisan mereka teratur, dengan Guo Han berjalan di depan, jubah putihnya berkibar tertiup angin.Lei Tian menggenggam gagang pedangnya erat. "Mereka sudah tiba."Mei Zhu menatap tajam ke bawah. "Jumlah mereka lebih banyak dari yang kita duga. Guo Han membawa hampir seratus orang."Lei Tian mengangguk. "Tidak masalah. Kita tetap jalankan rencana."Tetua berjubah ungu muncul dari belakang mereka. "Sudah waktunya."Lei Tian menarik napas dalam, lalu melompat turun.---Di Gerbang LembahGuo Han berhenti beberapa langkah dari pintu masuk Lembah Hitam. Ia menatap ke depan dengan tenang, matanya tajam seperti elang.Seorang pria berb

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 11

    Bab 11Seribu Bayangan, Satu Tujuan-------Tiba-tiba, satu bayangan Lei Tian melesat dari belakang, menyerang dengan kecepatan luar biasa!Guo Han memutar tubuh dan menangkis serangan itu, tetapi di saat bersamaan—"Sekarang!"Lei Tian asli melompat dari bayangan di bawah kaki Guo Han, pedangnya berkilat tajam ke arah leher lawannya!"Sialan!"Guo Han buru-buru menarik tubuhnya ke belakang, tetapi ujung pedang Lei Tian tetap berhasil meninggalkan luka tipis di lehernya.Setetes darah jatuh ke tanah.Suasana hening sejenak.Guo Han meraba luka di lehernya, wajahnya dipenuhi keterkejutan dan kemarahan.Lei Tian mengarahkan pedangnya ke depan. "Menyerahlah, Guo Han. Kau tidak akan bisa mengalahkan teknik ini."Namun, Guo Han malah tertawa kecil. "Ha-ha-ha !Jadi ini kekuatan kitab itu? Aku mengerti sekarang."Tiba-tiba, ekspresinya berubah menjadi lebih serius."Tapi kalau kau berpikir ini sudah berakhir, kau salah besar."Mata Guo Han berkilat dingin. Ia menggenggam pedangnya dengan erat

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 12

    : Bab 12Bayangan di Balik Kegelapan------Lei Tian tersenyum sinis. "Lucu sekali. Kalian muncul entah dari mana dan berpikir aku akan begitu saja memberikan sesuatu yang telah kupelajari dengan darah dan keringat?"Pemimpin itu menghela napas. "Kami sudah mengamati pertarunganmu sejak awal. Kau berbakat, tetapi kau masih terlalu muda untuk menghadapi Sekte Langit Hitam."Lei Tian tertawa kecil. "Cobalah kalau kalian bisa."Srekk!Dalam sekejap, bayangan-bayangan Lei Tian bermunculan di sekelilingnya.Namun, lawannya tidak menunjukkan kepanikan. Sebaliknya, mereka berdiri dengan tenang."Teknik bayangan? Menarik, tetapi tidak cukup melawan kami."Pemimpin itu mengangkat dua jarinya, dan tiba-tiba—"Bayangan Gelap: Jaring Kematian!"Dari dalam kegelapan, bayangan hitam pekat menjalar seperti jaring laba-laba, menyelimuti area di sekitar mereka!Lei Tian langsung merasa ada sesuatu yang aneh—bayangannya sendiri mulai menghilang!"Apa?!"Salah satu dari tiga anggota Sekte Langit Hitam me

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 13

    Bab 13Rahasia yang Tersembunyi--Lei Tian mendarat ringan di ujung lain gua, tepat di depan sebuah dinding batu dengan ukiran aneh. Saat cahaya dari obor menyentuh ukiran itu, sesuatu berkilau di tengahnya—sebuah lubang berbentuk telapak tangan."Apa ini?"Tanpa berpikir panjang, ia menekan telapak tangannya ke lubang itu."KLIK!"Dinding batu bergeser, membuka sebuah lorong rahasia!"Dia kabur ke dalam!"Lei Tian tidak menyia-nyiakan waktu. Dengan sisa tenaga, ia melesat ke lorong itu sebelum dinding kembali tertutup.Para pengejarnya hanya bisa menatap penuh kemarahan."Sial! Kita kehilangan dia!"Di Dalam Lorong RahasiaLei Tian berlari menelusuri lorong sempit yang gelap. Nafasnya terengah-engah, tapi hatinya berdebar penuh harapan."Apakah ini … tempat rahasia dari pemilik asli Kitab Seribu Bayangan?"Ia terus melangkah hingga menemukan sebuah ruangan besar. Di tengah ruangan itu, sebuah patung batu raksasa berdiri dengan pedang terhunus. Di sekelilingnya, ada pilar-pilar dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 14

    Bab 14Pengepungan di Lorong -----Tiiba-tiba, lorong yang dilewatinya bercabang menjadi dua jalur. Di kanan, udara terasa lebih hangat, sementara di kiri, hawa dingin menusuk tulang.Lei Tian mengingat sesuatu yang pernah dikatakan gurunya di masa lalu."Ketika berada di tempat asing, selalu ikuti hawa angin. Itu akan membawamu ke jalan keluar."Ia memilih jalur kanan.Saat Lei Tian berlari lebih dalam, suara langkah kaki terdengar bergema di belakangnya."Dia menuju ke arah kanan! Kejar!"Mereka masih mengejarnya."Sial! Mereka lebih cepat dari yang kuduga!"Lei Tian mempercepat langkahnya, tapi kemudian—"HENTIKAN!"Suara menggelegar itu membuatnya terhenti sejenak. Suara itu… terdengar asing, tapi sekaligus familiar.Dari kegelapan di depannya, muncul sesosok pria bertopeng dengan jubah hitam berhiaskan corak perak.Lei Tian menegang."Siapa kau?"Pria itu tak menjawab. Ia hanya mengangkat tangannya perlahan, dan dalam sekejap, bayangan di sekitar mereka bergerak seperti makhluk h

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 15

    Bab 15Rahasia Klan Bayangan----Seketika, bayangan itu menerjang Lei Tian dengan kecepatan luar biasa!Lei Tian nyaris tak sempat bereaksi. Bayangan hitam itu melesat seperti kilat, mencakar udara di sekelilingnya. Dengan refleks cepat, ia berguling ke samping, tapi serangan itu tetap menggores pundaknya."Ugh!"Rasa nyeri menyebar di tubuhnya, tapi Lei Tian tidak bisa berhenti. Ia harus bertarung.Bayangan itu melayang di depannya, membentuk sosok samar yang menyerupai dirinya sendiri—tetapi dengan mata merah menyala dan senyum penuh ejekan."Kau bilang kau pewaris Sekte Bayangan?" suara itu bergema, dingin dan menusuk. "Tapi kau bahkan tidak bisa mengendalikan ketakutanmu sendiri."Lei Tian mengepalkan tinjunya."Aku tidak takut padamu!"Ia menyerang, melancarkan pukulan lurus yang seharusnya mengenai wajah sosok itu. Tapi tinjunya hanya menembus bayangan kosong—dan dalam sekejap, sosok itu muncul di belakangnya."Cepat sekali—"Sebuah tendangan menghantam punggungnya, membuatnya t

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 16

    Bab 16Duel di Malam Tanpa Bulan Angin berhembus dingin di lembah, membawa suara gemerisik daun yang bergoyang tertiup malam. Langit gelap tanpa bulan, seolah alam ikut berkonspirasi dalam pertempuran yang akan terjadi. Lei Tian berdiri tegak, jantungnya berdegup kencang. Bayangannya masih berkeliaran di sekitarnya, mengikuti gerakannya dengan kesadaran baru. Di hadapannya, pemimpin Sekte Iblis Langit mengangkat tangannya, menciptakan bayangan raksasa yang bergelombang seperti kabut hitam. "Bocah, kau menguasai teknik bayangan lebih cepat dari yang kuduga. Tapi itu tidak cukup untuk mengalahkanku!" suara pemimpin itu bergema, penuh kesombongan. Bai Zhen memperingatkan dengan suara tegas, "Lei Tian, hati-hati. Ini adalah teknik Bayangan Neraka, salah satu seni tertinggi dalam ilmu kegelapan. Jika kau lengah, jiwamu bisa tersedot ke dalamnya!" Lei Tian menelan ludah. Ia tidak bisa mundur sekarang. "Kalau begitu, aku akan menghadapinya dengan caraku sendiri!" Ia mengalirkan energi

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 17

    Bab 17Rahasia yang Tersembunyi Pintu batu itu bergeser perlahan, mengeluarkan suara gemuruh yang menggema di dalam gua. Lei Tian dan Bai Zhen berdiri tegak, bersiap menghadapi apa pun yang menanti mereka di baliknya. Ketika pintu terbuka sepenuhnya, yang terlihat adalah sebuah ruangan luas dengan dinding yang dihiasi ukiran kuno. Di tengahnya, terdapat sebuah altar batu yang di atasnya tergeletak gulungan kitab tua berwarna hitam. Cahaya redup dari lentera batu menerangi simbol-simbol aneh yang terpahat di sekitar altar. Lei Tian melangkah maju dengan hati-hati. "Kitab ini .…" Bai Zhen memperhatikannya dengan waspada. "Hati-hati, ini pasti bukan sekadar kitab biasa." Saat Lei Tian hendak menyentuhnya, suara berat terdengar memenuhi ruangan. "Hanya pewaris sejati yang bisa mengambil kitab ini." Tiba-tiba, bayangan hitam berkumpul di depan mereka, membentuk sosok pria tua berjubah gelap dengan tatapan tajam. "Siapa kau?" tanya Lei Tian, tangannya sudah bersiap menggenggam pedangn

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02

Bab terbaru

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 55:

    Lei Tian mencengkeram gagang pedangnya. Matanya berkilat. “Bayangan sudah mulai bergerak.”Dari balik celah bebatuan, sesosok tubuh samar muncul—tingginya hampir dua meter, wajahnya tanpa mata, hanya lubang hitam dengan suara dengung mengerikan keluar dari mulutnya. Makhluk itu melayang di atas tanah, tangan-tangannya seperti ranting kering menggapai. “Bayangan luka,” gumam Jin Wu. “Ini yang terbentuk dari jiwa-jiwa yang menolak diampuni.”Lei Tian maju tanpa ragu. “Biarkan aku yang hadapi. Kalian terus naik.” “Jangan bodoh,” seru Yara. “Kita bertiga!”Lei Tian menoleh, tatapannya tajam namun ada ketulusan di sana. “Yara. Aku butuh kau menjaga Jin Wu. Di atas sana… hanya satu dari kita yang boleh membaca mantra.” “Apa maksudmu?!” Jin Wu memutar tubuhnya. “Kau bilang kita bertiga—” “Aku bohong.”Hening. Hanya desau angin dan suara napas tercekat Yara

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 54:

    Suasana membeku. Lei Tian memejamkan mata, menundukkan kepala.“Aku tak minta dimaafkan. Tapi aku ingin kau tahu… aku pun tak pernah tidur nyenyak sejak hari itu.”Jin Wu menarik napas panjang, lalu menenggak arak dari cangkirnya. Ia menghela napas keras, lalu berkata lirih:“Tiga tahun lamanya aku ingin membunuhmu.”Mendengar itu Lei Tian tak terkejut. Ia hanya menatap lurus ke depan, tenang. “Kenapa tidak sekarang saja? Hentikan semua ini sebelum aku berubah menjadi sesuatu yang lebih buruk dari Chaos.”Jin Wu beralih memandangnya. Untuk pertama kalinya, wajahnya menampakkan luka yang tak terlihat—rasa kecewa, kehilangan, dan keraguan.“Karena… meski aku membencimu, aku juga tahu… kau satu-satunya yang bisa menyelamatkan dunia ini,” katanya sambil menatap jauh.Lei Tian perlahan berdiri. Debu tanah menempel di lutut jubahnya. Angin berembus pelan, mengibarkan helai

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 53:

    Lei Tian mengangguk pelan. “Mereka tidak tahu… kegelapan belum benar-benar pergi.”Yara menyusul dari belakang, rambutnya dikepang dua, wajahnya lebih tenang dari biasanya. Ia membawa sekantong kue kacang dan menyerahkannya ke Lei Tian.“Untuk kenangan. Ini dari bibi tua penjual di ujung jalan. Dia bilang kamu dulu sering ngutang.” Lei Tian terkekeh kecil, menerima kantong itu. “Aku ingat… waktu itu aku kabur dari kejaran penjaga karena tak bayar.”Semuanya tertawa. “Kamu tidak pernah berubah,” sindir Yara, tersenyum tipis.Lei Tian membuang wajah, “Tapi aku takkan pernah punya waktu untuk berubah lebih jauh lagi, bukan?”Yara terdiam. Suasana beku sesaat. Matanya sedikit redup. Ia menggigit bibirnya sebelum berkata: “Jadi kau benar-benar akan pergi… ke dimensi bayangan?”Lei Tian menatap langit. “Jika aku tetap di sini, aku akan menjadi ancaman seperti Chaos

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 52:

    Udara terasa sunyi, namun bukan hening yang damai—melainkan kosong, seolah dunia masih belum percaya bahwa Raja Chaos benar-benar musnah. Awan yang sebelumnya selalu kelabu kini membuka celah, dan sinar matahari perlahan menembus permukaan bumi yang hancur dan menghitam.Lei Tian masih berlutut, bahunya naik-turun. Napasnya berat. Tubuhnya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena beban kekuatan yang belum sepenuhnya ia pahami.Jin Wu mendekat, berlutut di sampingnya, menepuk pelan punggungnya. “Hei… masih hidup, pahlawan?”Lei Tian mengangkat kepalanya. Wajahnya penuh keringat dan debu, tapi matanya—emas dan hitam—masih bersinar. “Rasanya… seperti ada seluruh galaksi yang mendesak di balik mataku.” “Kau tampak seperti seseorang yang baru saja mencicipi neraka dan kembali dengan sepotong surga,” sahut Yara, berdiri sambil membersihkan ujung jubahnya yang robek.Yara kemudian berj

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 51:

    “Aku hanya ingin... dikenang.”Lei Tian menyentuh kepala anak itu. Cahaya menyebar dari telapak tangannya.“Kalau begitu, biarkan aku... mengakhirinya dengan tenang.”Dan dalam sekejap, dunia dalam kesadaran itu hancur—bukan karena kebencian, tapi karena penerimaan.-Kabut itu menjerit.Begitu kesadaran Lei Tian masuk lebih dalam dan menyentuh inti Raja Chaos, dunia bayangan mulai retak seperti cermin dihantam palu. Retakan itu menyebar cepat, memecah lapisan demi lapisan dimensi yang melilit makhluk purba itu selama ribuan tahun.Tubuh raksasa Raja Chaos menggeliat liar di dunia luar. Dari setiap pori tubuhnya, semburan bayangan keluar bagaikan darah kotor. Jin Wu dan Yara terus bertahan, tapi napas mereka kini berat, gerakan mereka tersendat. Luka mulai menghiasi tubuh keduanya.“Dia... dia sekarat!” teriak Yara, sembari mengayunkan tongkatnya yang berpendar makin redup.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 50: Raja Chaos dari Dalam Gerbang

    Langkah kaki Lei Tian terhenti saat tanah di bawahnya menggeliat seperti makhluk hidup. Setiap jejak yang ia tinggalkan mengeluarkan suara lengket dan basah. Dunia di dalam Gerbang Ketiga ini bukan hanya gelap—ia hidup, dan ia menolak kehadiran cahaya.Yara menggenggam tongkatnya erat. Ujungnya menyala redup, mengusir sebagian kabut kelabu yang menggantung. Jin Wu berada di belakang mereka, sorot matanya tajam, tapi ada kegamangan yang tak biasa di wajahnya.“Ini… bukan dunia,” bisik Yara. “Ini... kesadaran.”Lei Tian mengangguk perlahan. “Kesadaran Raja Chaos. Inilah bentuk pikirannya… sebelum ia terperangkap ribuan tahun lalu.”Langit di atas mereka terus berdenyut seperti dinding jantung, dan dari segala arah terdengar bisikan tak berujung.“Kembali… kembali… darahmu adalah milik kami…”Tiba-tiba, tanah di depan mereka membelah, dan dari celah itu muncul sosok yang begitu tinggi hingga menyentuh l

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 49:Gerbang Ketiga dan Kelahiran Kegelapan Baru

    Hening.Setelah ledakan cahaya yang menyelimuti puncak altar, dunia seolah menahan napas. Debu masih berjatuhan perlahan. Angin berhenti berhembus. Burung-burung bayangan yang biasa berputar di atas langit Bayangan Timur menghilang—lenyap ke celah realitas.Lei Tian berdiri pelan dari reruntuhan. Napasnya berat. Luka-luka di tubuhnya menghitam dan pulih sendiri—bukti bahwa kekuatan Raja Bayangan masih mengalir dalam nadinya.“Kau menang, untuk saat ini,” bisik suara bayangan dalam benaknya. Bukan dari Raja Bayangan, tapi dari warisan kekuatan yang kini menyatu dengannya.Lei Tian menatap tangannya. Urat-uratnya tampak seperti aliran tinta hitam di atas kulit. Sesekali berkilat samar keemasan. Cahaya dan kegelapan itu belum sepenuhnya berdamai. Tapi untuk saat ini, dia bisa mengendalikannya.Tiba-tiba…DUM!Suara guntur meledak dari langit. Tapi bukan suara biasa—melainkan gema dari dimensi lain. Langit di atas altar mulai menghitam, lalu robek perlahan seperti kain tua. Retakan bercah

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 48:Warisan Bayangan dan Pertarungan Jiwa

    : Langkah kaki Lei Tian terdengar berat di tengah kehancuran altar. Debu dan sisa-sisa segel beterbangan ditiup angin malam yang tajam. Matanya tak lepas dari sosok Raja Bayangan yang berdiri gagah di tengah pusaran energi hitam yang terus tumbuh dan meliuk-liuk seperti ular lapar.Raja Bayangan membuka kedua lengannya, seolah menyambut sesuatu. “Akhirnya, darahku dan darah mereka yang mengkhianatiku... bertemu dalam satu tubuh.”Lei Tian menggertakkan giginya. Nafasnya memburu, dan tangan kirinya sedikit bergetar. Bukan karena takut, tapi karena hawa jahat yang menyerang pikirannya, mencoba menyusup masuk ke dalam batinnya.“Aku bukan penerusmu!” seru Lei Tian lantang.Raja Bayangan tertawa. Suaranya berat dan bergema, membuat tanah bergetar pelan. “Oh, kau salah, anak muda. Kau adalah jelmaan sempurna antara terang dan gelap. Dilema abadi yang kubutuhkan untuk membuka Gerbang Ketiga.”Lei Tian melangkah maju dengan mata menyala. “Gerbang Ketiga itu akan menghancurkan dunia nyata.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 47:Kilas Balik — Asal Usul Raja Bayangan

    Gelap.Namun bukan gelap biasa. Ini adalah gelap yang terasa hidup. Gelap yang bernapas.Lei Tian mendadak kehilangan kesadaran atas tubuhnya. Saat dia membuka matanya, dunia di sekeliling telah berubah. Langitnya berwarna merah darah, tanahnya menghitam seperti arang, dan udara terasa berat seperti ditarik ke dalam pusaran waktu.“Apa ini…?” gumamnya, berdiri dengan langkah limbung.Sebuah suara menggema dari langit—serak, tua, dan berlapis gema aneh.“Kau dipanggil… oleh ingatan yang terikat darah. Karena kau adalah garis terakhir dari mereka yang memenjarakan Raja Bayangan.”Kata-kata itu terulang-ulang dan suaranya menggema.Dunia sekitar bergerak. Tanah bergetar dan terbuka, menampilkan sepotong kenangan: sebuah medan perang purba. Ribuan pasukan berjubah gelap berdiri melawan cahaya—pasukan bayangan melawan serdadu kerajaan langit. Suara pedang, teriakan, dan sihir memecah langit.Lei Tian terdiam, tubuhnya gemetar. “Ini… perang dimensi kuno…”Seseorang berdiri di tengah medan t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status