Home / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 116. Bertemu Ki Damar

Share

116. Bertemu Ki Damar

Author: Gibran
last update Last Updated: 2025-07-28 06:00:33

Raksa Panjalu dan tiga ribu pasukannya berlari menuju barisan pertahanan Kerajaan. Langkah dan gemuruh teriakan para prajurit musuh itu terasa menggetarkan tanah.

Bara Yuda mengangkat pedangnya.

"Panah!" teriaknya keras. Pasukan Bara Yuda dan pasukan pertahanan melepaskan anak panah berapi dan bola besi yang di lemparkan dengan pelontar.

Bola besi menghantam puluhan orang hingga terpental dalam keadaan tubuh yang hancur. Bahkan potongan tubuh itu terpental hingga ke wajah prajurit lain.

Panah berapi membuat ratusan prajurit berguguran. Namun langkah mereka tidak goyah. Kaki mereka terus berlari hingga tepat di depan pasukan Bara Yuda. Perang jarak dekat pun tak terelakkan.

Bunyi senjata yang beradu dan teriakan kematian membuat suasana di medan perang sangat mencekam. Ribuan dari pasukan pemberontak bergerak liar.

Pasukan Bara Yuda tak mau kalah, mereka saling adu pedang dan tameng. Saling dorong dan saling bacok. Darah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Sang Batara   119. Kematian Raksa Panjalu

    Pasukan bantuan datang membuat prajurit Raksa Panjalu kocar kacir tidak karuan. Kehadiran pasukan Antasena dan Lesmana benar-benar memukul pasukan pemberontak itu. Raksa Panjalu sendiri tak menyangka akan ada serangan dari arah lain lagi. Jaka Geni yang berhasil mengalahkan Ki Damar langsung kembali beraksi. Dengan seruling perak dia membuat barisan musuh semakin kacau. Jeritan kematian dan kesakitan terdengar mengerikan. Raksa Panjalu tersenyum pahit. Mungkin inilah akhirnya, pikirnya. Namun saat dia merasa putus asa, matanya menangkap Pendekar Sinting yang bertarung dengan sangat gigih. Sudah banyak prajurit yang mati di tangan nya. Baik kawan maupun lawan dia habisi. Hingga akhirnya Bara Yuda datang untuk menyerangnya. Pertarungan dua orang tua itu pun terjadi. Raksa Panjalu tidak diam saja, dia ikut menyerang Bara Yuda. Melihat Sesepuh kerajaan di keroyok, Antasena pun menyerang Raksa Panjalu. Kali ini pertarungan sangat lah seng

  • Perjalanan Sang Batara   118. Seruling Wisnu Pusaka Dewa

    Raksa Panjalu berteriak kaget saat melihat potongan tangan berada di hadapan mukanya. Tadinya dia membuang wajah karena mual melihat bentuk tangan Ki Damar yang hancur seperti terkena seribu sayatan.Sekarang dengan tanpa dosa, Ki Damar malah membuang tangan itu tepat dihadapannya. Dengan wajah aneh Raksa Panjalu menendang potongan tangan itu hingga melesat ke udara dan jatuh di kepala seorang pendekar yang tengah berperang. Pendekar yang terlihat aneh itu terkejut melihat potongan tangan yang hancur mengerikan itu. "Sialan! Siapa yang melemparkan tangan ini kepadaku!? Minta mati dia!" umpat pendekar tanpa alis tersebut sambil matanya celingukan mencari siapa pelaku yang melemparkan tangan tersebut. Namun dia tak melihatnya karena Raksa Panjalu berada cukup jauh darinya, sedangkan mereka di pisahkan oleh lautan manusia yang tengah saling membunuh. Karena kesal tak menemukannya, akhirnya orang yang tak lain adalah Bantara alias Pendeka

  • Perjalanan Sang Batara   117. Duel Maut Melawan Ki Damar

    Dengan ilmu Daun Gugur yang sudah sempurna, Ki Damar melesat ke arah Jaka Geni. Kali ini kecepatan Ki Damar telah bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Raksa Panjalu duduk saja menonton pertunjukan dua pendekar itu. Padahal pasukan yang dia pimpin tengah mati-matian menahan serangan dari dua sisi. Namun Raksa Panjalu tidak peduli. Entah kenapa dia mulai tertarik dengan kepribadian Jaka Geni. Dia tak begitu peduli lagi dengan tugas yang dia emban dari Panglima Karna. Sebagai seorang pendekar, bisa melihat pertarungan pendekar lain membuat hatinya sangat terhibur. Apalagi setelah tadi melihat betapa konyolnya Jaka Geni mempermainkan Ki Damar hingga kebakaran jenggot. Dia belum pernah tertawa sampai seperti itu. Perasaan yang begitu menyenangkan hatinya.Akhirnya dia mendapatkan kebahagian yang sudah lama dia nanti. Bukan pada jabatan yang selama ini dia inginkan, bukan sanjungan yang selama ini dia terima bukan pula kekaguman orang lain kepada dir

  • Perjalanan Sang Batara   116. Bertemu Ki Damar

    Raksa Panjalu dan tiga ribu pasukannya berlari menuju barisan pertahanan Kerajaan. Langkah dan gemuruh teriakan para prajurit musuh itu terasa menggetarkan tanah.Bara Yuda mengangkat pedangnya. "Panah!" teriaknya keras. Pasukan Bara Yuda dan pasukan pertahanan melepaskan anak panah berapi dan bola besi yang di lemparkan dengan pelontar.Bola besi menghantam puluhan orang hingga terpental dalam keadaan tubuh yang hancur. Bahkan potongan tubuh itu terpental hingga ke wajah prajurit lain. Panah berapi membuat ratusan prajurit berguguran. Namun langkah mereka tidak goyah. Kaki mereka terus berlari hingga tepat di depan pasukan Bara Yuda. Perang jarak dekat pun tak terelakkan. Bunyi senjata yang beradu dan teriakan kematian membuat suasana di medan perang sangat mencekam. Ribuan dari pasukan pemberontak bergerak liar. Pasukan Bara Yuda tak mau kalah, mereka saling adu pedang dan tameng. Saling dorong dan saling bacok. Darah

  • Perjalanan Sang Batara   115. Serangan Di Gerbang Selatan

    Patih Sela Amarta membuka kain putih yang berisi denah gambar kerajaan Sigaluh. Sang patih melingkari posisi barisan bertahan yang berada di tengah. Lalu dia mengarahkan garis dari Gerbang Barat ke arah gerbang selatan, dan dari barisan bertahan ke arah selatan juga. Lalu memberi garis kepada gerbang Utara ke arah Timur. "Nanti pasukan Jaka akan bergerak membantu perebutan Gerbang Selatan. Sementara sisa Pasukan Bara Yuda bersama pasukan barisan bertahan akan memecah pasukan musuh yang di pimpin Raksa Panjalu. Dan Pasukan Satya Ning Jagat akan memecah kelompok pasukan musuh di Gerbang Timur dengan ribuan pasukan berkuda yang sudah di siapkan. Mata-mata kita menangkap bahwa pasukan Lawe Segara akan menyerang langsung ke barisan pertahanan kerajaan. Ini memudahkan pasukan Satya Ning Jagat untuk bergerak. Sementara kita yang berada di barisan bertahan akan gunakan tong bahan bakar untuk memperlambat gerakan musuh dari arah timur." terang Patih Sela Amarta memberikan ara

  • Perjalanan Sang Batara   114. Dendam Penuh Keraguan

    Kuda itu berlari dengan kencang. Gerbang utara telah terlihat didepan mata. Nyai Laras memacu kudanya lebih cepat lagi. Hingga akhirnya dia sampai di pintu gerbang besar itu. Sesampainya di sana dia melihat asap tebal membubung di langit. Bau sangit menyeruak membuatnya tidak nyaman. Bau sangit itu berasal dari tubuh ribuan mayat yang di bakar di tembok sebelah luar. Bau darah masih terasa anyir menusuk hidung. Nyai Laras benar-benar tidak nyaman dengan aroma tidak mengenakan itu. Di pintu gerbang seorang prajurit menyambut kedatangannya. Pintu segera di buka lalu di tutup kembali. Sesampainya di dalam, Nyai Laras melihat banyak sekali tenda dan peralatan perang. Ribuan kuda berjajar rapi di bawah tembok. Nyai Laras turun dari kudanya dan membiarkan prajurit yang membawanya. Nyai Sari dan Anggita melambaikan tangan ke arah nya. "Bagaimana dengan pasukan pengejar itu Laras?" tanya Nyai Sari setelah Nyai Laras berada di hadapannya. Sen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status