Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja

Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Oleh:  OvvpieOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
40Bab
463Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Setelah diusir kakak iparnya, Adira terpaksa pergi dari rumah. Namun, kakaknya, Edwin, memintanya kembali dengan syarat hanya boleh keluar jika sudah menikah. Mendengar itu, Teja, bos Adira, menawarkan pernikahan demi menghindari perjodohan yang diatur orang tuanya. Dengan iming-iming uang, Teja mencoba meyakinkan Adira, tapi ada tujuan lain yang ia sembunyikan. Apa sebenarnya yang Teja rencanakan?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 - Dr. Tedjaswi Alaric

Hampir semua petugas IGD berhenti dari rutinitas saat melihat sosok basah kuyup yang baru saja masuk sebagai pasien. 

Dengan tubuh menggigil dan wajah pucat, gadis itu, Adira Ayu Dewi, duduk di depan dokter jaga dengan senyum tipis, membuat dokter itu memutar mata bosan. 

“Kali ini keluhannya apa, Bu?” 

“Menggigil aja, sih. Soalnya teman saya tiba-tiba manggil saya ‘Ibu’. Padahal saya gak nikah sama bapaknya,” jawab Adira dengan nada bercanda, meski matanya tidak menyiratkan humor sama sekali. 

Dokter itu Dokter Gina namanya. Dia menurunkan clipboard-nya, lalu menatap Adira dengan jengah. 

“Diusir lagi sama kakak ipar?” kini nadanya terdengar lebih santai. 

Adira Mengangguk. 

Dokter Gina menghela napas dan mencoba memahami situasi Adira. Sebab, ia tahu betul bagaimana hubungan Adira dengan kakak iparnya yang selalu penuh konflik. Kali ini tampaknya pertengkaran mereka mencapai puncaknya.

Jika tidak, mana mungkin Sekretaris Pribadi Direktur Utama Rumah Sakit Alaric Medika itu tiba-tiba datang dengan lunglai begini? Siapa pun bisa melihat kalau Adira sedang tidak baik-baik saja. 

Di mata seluruh staf, Adira adalah gambaran manusia paling sehat dan bersemangat di rumah sakit tersebut. Bahkan, dia tetap tegar meski harus menghadapi atasan yang terkenal menyeramkan dan perfeksionis, dr. Tedja, setiap hari.

Namun, sebelum Dokter Gina sempat bertanya lebih jauh, seorang perawat masuk membawa pakaian kering untuk Adira.  “Tumben ke sini? Biasanya ke tempat Dewi,” 

Adira mengangkat bahu, “Nggak bisa. Dewi lagi kedatangan ortunya di kontrakan. Mana mungkin aku ke sana kalau…lihat sendiri keadaanku gimana...” jelasnya. 

“Ya udah lah, kamu ganti baju terus istirahat dulu aja. Ntar administrasinya aku yang urus. Kalau udah, nanti kusuruh perawat buat pasang selang infus,” Ujar Dokter Gina sebelum pergi. 

Dengan perlahan, Adira mengganti pakaiannya di toilet IGD. Setelah itu, ia menyerahkan pakaian basahnya pada perawat. Selang infus pun terpasang dan Adira dibawa ke salah satu ruang VIP dengan kursi roda. Tubuhnya terasa sedikit lebih nyaman, meski pikirannya masih dipenuhi berbagai hal yang membuatnya lelah. 

Begitu masuk ke dalam kamar rawatnya, Adira langsung merebahkan badan di atas brankar. Namun, baru saja ia hendak mencoba tidur, ponselnya berdering dan dia langsung tahu siapa yang menelepon.

Sebab, ini sudah menjadi panggilan yang kesekian kalinya dari kakaknya, Edwin. Adira menghela napas panjang, tapi akhirnya tetap mengangkat telepon itu. 

“Halo, Kak?” 

“Kamu di mana sekarang?”

Dari ujung yang lain, begitu panggilan terhubung, Edwin langsung berkata dengan nada datar. Membuat Adira menelan ludah dan membalik badannya ke arah tembok.

“Aku di rumah temen, Kak. Rencananya, besok aku akan cari kos-kosan.” Bohong Adira. 

“Kamu kenapa? Kalau ada masalah kan bisa cerita ke Kakak. Gak perlu kan kamu pergi dari rumah segala?” 

Adira terdiam sebelum menjawab lagi dengan suara yang berusaha dibuat ceria. “Gak ada masalah kok, Kak. Aku cuma merasa kalau ini sudah saatnya aku hidup mandiri. Aku nggak mau ngerepotin kakak dan kak Erna terus.” 

Kali ini Adira harap alasan itu bisa Edwin terima, karena sebelumnya berbagai alasan sudah digunakan untuk keluar dari rumah dan hasilnya gagal.

Namun, seperti dugaan, harapannya sirna karena tiba-tiba saja Edwin meninggikan suara setelah sebelumnya menghela napas kesal.

“Ngerepotin apa sih, Adira?!” kata Edwin. “Kamu itu adik kakak, keluarga kakak satu-satunya. Kakak punya tanggung jawab sama kamu setelah orang tua kita meninggal!!” 

Perkataan Edwin membuat Adira terdiam sejenak sembari menatap ke arah dinding tak tahu lagi harus berkelit seperti apa kepada kakaknya.

Sebab, mana mungkin dia memberitahu Edwin kalau Erna sama sekali tak menyukainya dan terus berusaha untuk mengusirnya pergi dari rumah semenjak mereka menikah?

Rumah tangga kedua orang itu cukup harmonis dan diperjuangkan begitu lama oleh Edwin. Adira tidak mau merusak kebahagiaan yang sudah Edwin raih dengan susah payah hanya karena dirinya yang nggak begitu penting.

“Adira?”

Suara Edwin membuat Adira tersentak dari lamunan. “Sama sekali nggak ada masalah, Kak. Aku hanya nggak mau bergantung dengan kakak terus.” sanggah Adira. 

Mendengar itu, dengan nada serius Edwin berkata, “Adira, kamu tahu kan kakak selalu ingin yang terbaik buat kamu? Kakak nggak mau kamu keluar dari rumah sebelum kamu menikah. Kakak cuma khawatir.” 

Adira menghela napas panjang. “Kak, aku ngerti, tapi aku juga butuh ruang untuk belajar mandiri. Aku janji, aku akan baik-baik saja. Gak perlu nikah dulu kan, baru ngekos?” 

Namun, Edwin tetap kukuh. “Tidak, Adira. Kamu baru boleh keluar dari rumah kalau sudah menikah. Itu keputusan Kakak.” 

Adira rasanya ingin segera menyelesaikan perdebatan ini. Dia tahu bahwa berdebat lebih lanjut tidak akan mengubah pendirian Edwin. 

Dengan suara pelan, dia akhirnya berkata, “Baiklah. Aku akan menurut. Besok aku pulang habis kerja. Sekarang aku ngantuk mau tidur.” 

Adira buru-buru mematikan ponselnya tanpa memberi Edwin kesempatan untuk membalas. Mengabaikan rasa bersalah yang menyelinap, Adira membalik badan sambil menggerutu pelan.

“Menikah apanya? Calon aja nggak punya.”

“Ada kok.”

Suara itu membuat Adira yang hendak turun dari kasur terperanjat dan menghentakkan tangannya keras, “AH!!”

“Hati-hati! Kamu ini masih diinfus!” pria berjas dokter itu buru-buru mendekat sebelum mengencangkan plester di tangan Adira. “Untungnya hanya geser sedikit. Kamu mau diinfus ulang ya?!”

“Itu karena dokter yang tiba-tiba muncul!” Adira tak mau disalahkan. “Untuk apa dokter di sini? Bukannya jadwal dokter sudah selesai?” tanya Adira lagi. 

Pria itu, dr. Tedjaswi Arthur Alaric, MARS mendengus dingin. “Melihat kamu. Apa lagi?”

Perkataan Dokter Tedja membuat Adira berpikir keras, berusaha menebak isi pikiran atasan langsungnya itu, tapi gagal. Karena alih-alih berekspresi, pria itu malah menatapnya dengan tatapan tanpa ekspresi berarti.

Dokter sekaligus Direktur Alaric Medika itu lalu menarik kursi di sebelah brankar dan duduk sebelum melipat tangan di dada. 

Tatapan matanya menyorot tajam, tapi ekspresinya tetap sulit ditebak. 

“Dokter?” Adira memanggil lagi, merasa sedikit risih dengan keheningan yang terasa menggantung di udara. 

Namun, Adira tak berani memanggil terlalu sering karena selama dua tahun bekerja sebagai sekretaris pria itu, dia sangat tahu. 

Jika pria itu diam terus setelah dipanggil beberapa kali, maka itu pasti sedang ada hal gila yang mengganggu pikirannya.

Selang beberapa saat, akhirnya pria itu membuka suara. “Kamu mau nikah kan? Besok aja gimana?” 

Adira merasakan jantungnya pindah ke perut. “Hah?!” 

“Iya. Ini saya udah janjian sama petugasnya. Besok kita nikah.”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
40 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status