Share

4. Tergoda

Author: Taurus Di
last update Last Updated: 2025-08-05 13:49:28

“Mawar, bagaimana menurutmu?” 

Mawar yang baru saja lewat dengan membawa satu teko teh krisan dan dua cangkir di atas nampan, menoleh sejenak ke arah suara sang majikan perempuan, masih dengan peralatan minum itu di tangannya.

Gadis pelayan itu menatap ke arah Mona yang saat ini sedang berdiri dengan posisi bak model di depannya. Perempuan itu mengenakan gaun panjang berwarna hitam dengan belahan berbentuk V yang cukup panjang di bagian depan.

Gaun tersebut terlihat berkilau di bawah cahaya lampu. Di setiap kelopak bodiran bunga lily, tertanam permata yang membuat gaun itu seolah dihiasi tetesan embun pagi yang disinari matahari, berkilau begitu indah.

Mona melenggak dengan penuh percaya diri dan gaya yang sangat sensual. Gaun itu melekat sempurna di tubuhnya yang tinggi dan sital. Ketika perempuan itu berbalik, terlihat jelas bagian punggungnya terpapar nyaris sepinggang.

Kulit Mona begitu halus, lembut dan bercahaya. Di usianya yang berkepala empat, perempuan itu tidak memiliki satu kerutan pun. Wajah dan tubuhnya sudah ditangani oleh ahli kecantikan terkemuka, untuk memerangi penuaan dini, menjadikan istri Benny tersebut terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usianya.

“Anda sangat cantik, Nyonya.” Mawar mengucapkannya dengan nada tulus.

“Benarkah? Kamu tidak iri melihatku?” Mona menatap Mawar dengan nada mengejek.

“Iya, Nyonya.” Jawaban jujur Mawar membuat Mona terkejut. 

Dia menatap tajam ke arah pelayan muda yang dengan santai berlutut, kemudian meletakkan teko dan dua cangkir di atas meja. Gadis itu kemudian menyeduh teh dengan santai.

Mona langsung menoleh ke arah suaminya yang sejak tadi diam sambil membaca majalah bisnis. Pria itu ternyata tidak lagi diam melihat buku di tangannya, melainkan menatap ke arah pelayan tersebut. 

Mona mendengus kesal. Perempuan itu tahu Benny sering melirik banyak perempuan cantik di luaran sana dan itu bukan masalah bagi dirinya, tetapi tidak dengan gadis di depannya ini. Sosok dengan seragam pelayan tanpa pendidikan tinggi, bagaimana bisa bersaing dengan dirinya?

“Kamu jujur sekali ya?” Mona tertawa sinis.

Dia melangkah perlahan ke arah sofa. Suara ketukan heelsnya terdengar berirama. Bahkan saat dia duduk pun, perempuan itu terlihat begitu anggun dan percaya diri, menunjukkan kelasnya yang terlampau tinggi untuk diraih oleh seorang pembantu. 

Mawar tersenyum tipis, tanpa terlihat takut dia menatap ke arah nyonya rumah tersebut. Sorot matanya begitu lembut memancar ke arah Mona, seolah ada kekaguman yang teramat sangat.  

“Ya Nyonya. Anda begitu cantik, anggun, pintar dan kaya. Saya yakin semua orang yang mengenalmu pasti sangat iri dan kagum.” Kalimat itu meluncur dengan ringan dari mulut Mawar.

“Hmm … kamu ada benarnya juga.” Mona bergumam dengan bangga. 

Dia mengambil cangkir tehnya dan mulai menyesap. Teh tawar itu begitu wangi dan menenangkan. Dia memandang teh berwarna kekuningan itu, lalu Mona mulai melirik ke arah suaminya yang kembali larut membaca majalah di tangannya.

“Kamu boleh pergi!” Perkataan itu ditujukan pada pelayannya.

Mawar langsung menganggukan kepala dan beranjak dari ruang keluarga tersebut. Perempuan itu datang dan pergi tanpa banyak bicara dan langkah kakinya sangat pelan.

Mona lalu meletakkan cangkir tehnya dan mulai merangkul pinggang sang suami. Dia menyandarkan kepalanya di atas bahu lelaki itu dan tangannya yang satu lagi mulai menelusuri paha kencang sang suami.

“Sayangku … apa menurutmu aku cantik?” bisik Mona merayu sang suami. 

“Tentu saja.” 

“Pakaian ini akan aku kenakan di pesta tetangga sebelah, apakah menurutmu terlalu sexy?” Tangan Mona bermain di paha sang suami, membelainya lembut dari arah luar ke dalam dan sebaliknya. Dia bersikap sedikit menggoda dengan mendekati area pangkal paha.

“Aku justru senang sekali kalau melihat mereka semua iri padamu,” sahut Benny tanpa melirik ke arah Mona.

Kata- kata itu terdengar begitu membanggakan wanitanya, tetapi di telinga Mona terdengar seperti hanya sekedar kalimat santai yang diucapkan tidak sepenuh hati. 

Bibirnya mengerucut. Sejak tadi Benny terlihat serius membaca majalah dengan sesekali membaliknya, tetapi masih sempat menatap ke arah pelayan muda yang menyuguhkan teh. 

Namun, sekarang dia bertanya dengan nada menggoda, tetapi suaminya itu terlihat acuh dan santai. Mona jadi merasa kesal dengan sikap Benny.

“Kamu sejak tadi tidak melihat ke arahku bagaimana bisa yakin kalau pakaian ini sexy di tubuhku?” Mona bicara dengan nada manja bercampur kesal.

Benny menutup majalah di tangannya. Dia lalu menatap Mona dengan datar, tak terlihat rasa kagum ataupun kesal. Pandangannya sungguh sukar untuk diprediksi.

“Kamu selalu cantik mengenakan pakaian apapun, tidak perlu dipertanyakan lagi. Andy, tetangga sebelah sudah sejak dulu iri padaku karena memiliki istri seperti kamu, jadi tentu saja aku senang memamerkanmu padanya!” tegas Benny dengan santai.

“Ah,” lirih Mona dengan rasa bangga yang terpancar jelas di wajahnya. 

“Aku mengantuk sekali hari ini, ayo kita tidur lebih awal.” Benny berdiri dan mengulurkan tangan ke arah istrinya.

“Kamu belum minum tehnya,” tunjuk Mona pada cangkir yang masih utuh.

“Baiklah.” Dengan patuh, Benny mengangkat cangkir itu. 

Dia memandang sejenak pada gelas kecil berisi cairan kuning tersebut. Pria itu memejamkan mata dan mencium aroma wangi minuman itu lalu perlahan menyesapnya dengan pelan dan sangat lembut. Di matanya terpancar sorot aneh yang tak disadari oleh Mona.

Mona lalu berdiri dan mengikuti langkah suaminya masuk ke kamar. Setelah mengganti baju dan menyikat gigi, mereka lalu naik ke atas ranjang. 

Mona tidur sambil memeluk suaminya. Keduanya memejamkan mata dan tak lama kemudian perempuan itu pun terlelap. Saat mendengar napas istrinya sudah mulai teratur, Benny membuka matanya. 

“Sayang,” bisik Benny.

Tidak ada jawaban. Benny menunggu sejenak, menunggu hingga genap tiga puluh menit mereka berada di atas kasur, lalu dia turun perlahan dari atas tempat tidur menuju pintu keluar.

Pria tersebut keluar dengan hati- hati. Dia berjalan dengan langkah pelan dan nyaris berjinjit. Tujuannya hanya satu kamar pelayan di belakang. Sudah tak sabar rasanya memeluk kulit lembut seperti bayi yang sangat menggoda.

Benny tersenyum tipis saat melihat pintu kamar Mawar tidak tertutup rapat. Dia tidak langsung masuk melainkan mengintip ke dalamnya. Lelaki itu mendesah pelan melihat perempuan yang dia incar sedang duduk di depan meja rias, dengan mengenakan daster bertali satu, sambil menyisir rambut panjangnya. 

Dia masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya rapat lalu mengunci. Pria itu menatap ke arah gadis cantik di dalam yang berhenti menyisir rambutnya dan melihat datar ke arahnya melalui pantulan cermin. 

Perlahan lelaki itu berjalan menghampiri pelayan mudanya yang begitu cantik, sekuntum mawar yang mekar sempurna dan memikat untuk dinikmati. 

“Kamu begitu cantik, Mawar.” Benny sudah berdiri di belakang punggung gadis itu. Pandangan mata mereka bertemu di pantulan cermin.

Mawar tidak menjawab, hanya menatap lembut ke arah pria di belakangnya. Dia bahkan tak berekasi apapun saat jari jemari Benny menyusuri rambut dan kemudian turun ke tengkuknya. 

Benny semakin berani, dia menelusuri bahu Mawar merasakan setiap inchi kulit tangan itu yang begitu halus dirasakannya. Pria itu menatap ke arah kulit lembut itu dengan penuh keinginan. 

Suami Mona itu tak tahan lagi ingin mengecup kulit lembut itu. Dia lalu menyampirkan rambut panjang Mawar ke satu sisi dan mulai membelai leher jenjang tersebut dengan perlahan.

“Kulitmu sangat halus sekali,” bisik Benny dengan suara serak.

“Hmm,” sahut Mawar lembut nyaris seperti sebuah desahan.

Benny sudah tak tahan lagi ingin mencium gadis itu. Dia menundukkan tubuhnya dan mengarahkan bibir ke arah leher Mawar. Kulit lembut itu terasa begitu halus saat menempel di bibirnya. 

Kedua tangan pria itu lalu meremas pinggang sang gadis  dan mengangkatnya supaya berdiri dari kursi. Benny lalu semakin menenggelamkan wajahnya di leher Mawar sambil memeluk pinggang yang begitu kecil dan terasa rapuh itu.

“Kamu begitu membuaiku, aku menginginkanmu,” bisik Benny dengan hasrat yang meronta.

“Apa nyonya sudah tidur?” bisik Mawar.

“Hmm ….” Benny bergumam dengan kedua tangan yang mulai memegang paha Mawar.

Saat dia menginginkan lebih, ketika kemauannya begitu kuat dan ingin diselesaikan, suara ketukan keras terdengar di pintu mengganggu kesadarannya yang ingin memiliki gadis pelayan itu.

“Mawar …. Mawar … ayo kerokin bibik. Badanku sakit semua. Mawarrr … Mawarrr !” teriak Bi Warsih di luar sana.

Gerakan Benny langsung terhenti saat tangan Mawar dengan kuat mencengekeram pergelangan tangannya yang ingin masuk lebih dalam ke atas paha.

“Mawar … ayo cepetan bangun. Mawar!” 

Mata Benny dan Mawar saling menatap. Tidak menjawab artinya akan sangat mencurigakan, tetapi jika menjawab semua yang ada dalam pikiran laki- laki itu harus tertunda lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Pembantu Cantik   5. Melepas Hasrat

    Mawar diam tidak bereaksi. Dia menatap tajam ke arah pria setengah baya yang tampan dan bertubuh kekar di depannya. Wajah pria itu yang sebelumnya penuh keinginan kali ini tampak muram dan sorot matanya yang membara jadi menggelap.Mawar masih tidak menjawab teriakan Bik Warsih di depan pintu kamarnya. Dia membiarkan majikan prianya itu menentukan pilihan, tetap melanjutkan apa yang tertunda ataukah menunda semua yang ada dalam benaknya sebelum masuk ke kamar ini.Rahang laki- laki itu mengeras. Tubuhnya menegang dan matanya terlihat sangat suram. Tangannya meremas pinggang Mawar dan satu tangan lainnya mencengkram paha halus pelayan muda itu.“Bilang padanya untuk tunggu sebentar!” geram Benny dengan emational yang tertahan.Mawar menatapnya dengan tatapan seolah ingin bertanya apakah Benny yakin dengan keputusannya. Bibir gadis itu sedikit melengkung seolah menggambarkan kekecewaan.Markus mencubit dagu pelayannya yang sangat cantik tersebut, meskipun tanpa polesan make up dan berpa

  • Pesona Pembantu Cantik   4. Tergoda

    “Mawar, bagaimana menurutmu?” Mawar yang baru saja lewat dengan membawa satu teko teh krisan dan dua cangkir di atas nampan, menoleh sejenak ke arah suara sang majikan perempuan, masih dengan peralatan minum itu di tangannya.Gadis pelayan itu menatap ke arah Mona yang saat ini sedang berdiri dengan posisi bak model di depannya. Perempuan itu mengenakan gaun panjang berwarna hitam dengan belahan berbentuk V yang cukup panjang di bagian depan.Gaun tersebut terlihat berkilau di bawah cahaya lampu. Di setiap kelopak bodiran bunga lily, tertanam permata yang membuat gaun itu seolah dihiasi tetesan embun pagi yang disinari matahari, berkilau begitu indah.Mona melenggak dengan penuh percaya diri dan gaya yang sangat sensual. Gaun itu melekat sempurna di tubuhnya yang tinggi dan sital. Ketika perempuan itu berbalik, terlihat jelas bagian punggungnya terpapar nyaris sepinggang.Kulit Mona begitu halus, lembut dan bercahaya. Di usianya yang berkepala empat, perempuan itu tidak memiliki satu

  • Pesona Pembantu Cantik   3. Peluang yang Tak Kan Disia-siakan

    Beni pulang lebih awal hari itu untuk mengambil dokumen penting dan pergi lagi. Dia bahkan memarkirkan mobilnya di depan pagar rumah dan masuk dengan kunci cadangan yang dimilikinya, karena terburu- buru.Namun, saat melihat Mawar sedang membersihkan kaca jendela di sisi samping rumah, Beni langsung berhenti. Dia memperhatikan saat gadis pelayan itu mengangkat tangannya dengan sedikit menjinjit, terlihat jelas rok seragam yang dikenakannya naik.Pria itu menelan ludah. DIa ingat bagaimana lembut dan halusnya kulit tangan gadis pelayan tersebut saat beberapa waktu memijatnya. Benny yang kebetulan memang merasa tidak enak badan, tertolong dengan tekanan lembut Mawar.Dia sebenarnya ingin sekali menggoda gadis itu, apalagi melihat reaksi Mawar yang terlihat malu-malu saat ada di dekatnya dan bagaimana perempuan itu sesekali ketauhan mencuri pandang padanya.Beni perlahan berjalan tanpa suara mendekati gadis itu. Dia berdiri tepat di belakang punggung Mawar. Dia memperhatikan tubuh gadis

  • Pesona Pembantu Cantik   2. Gerakan Menggoda

    Mona duduk di meja makan untuk menikmati sarapan pagi bersama suaminya. Dia sedang asyik mengunyah telur mata sapi setengah matang yang dipanggang di atas roti gandung panggang, saat melihat Mawar masuk ke ruang makan.Langkah gadis itu ringan, nyaris tanpa suara. Rambut hitam tergerai, seragam biru muda membingkai tubuh mudanya dengan segar. Kulitnya yang putih bersih, membuat warna seragam itu begitu mencolok dikenakannya. Dia meletakkan dua cangkir kopi hitam dan sepiring irisan buah, yang terlambat disajikan. Sikap perempuan itu pun terlihat tenang dengan wajah datarnya.Mona langsung melirik ke arah suaminya. Ia ingin tahu apakah ada perubahan di wajah suaminya, mungkin sebuah kerlingan, lirikan, gerak alis atau apapun juga. Namun, ternyata pria itu terlihat tenang masih dengan memotong sandwich telur dan membaca berita di ponselnya. Tak terlihat sama sekali Benny tertarik dengan kehadiran Mona.Mawar tersenyum sopan padanya, tetapi bagi Mona, kehadirannya bagai pisau dingin ya

  • Pesona Pembantu Cantik   1. Sikap Mencurigakan

    “Sedang apa kamu di kamarku?” Mona berdiri diambang pintu kamarnya yang masih meninggalkan celah sedikit, ketika pembantu rumahnya yang baru keluar.Dia menatap curiga dengan sorot mata yang sepanas bara api, ke arah gadis muda cantik yang keluar dalam keadaan rambut berantakan dan keringat di keningnya.Pelayan rumah yang berkulit putih bersih dan halus itu terkejut mendengar teguran majikannya. Dia membalikan tubuh dengan mata terbelalak dan melipat bibirnya ke dalam. Wajahnya terlihat panik, tubuhnya gemetaran, napasnya sedikit tersengat dan Mona bisa melihat semua itu secara langsung.Dia semakin curiga. Siang hari begini di hari jumat, tidak ada seorangpun anggota keluarga yang ada di rumah. Hanya dua pelayan yang sudah lama bekerja dan gadis ini adalah pembantu baru. Namun, masalahnya adalah bukan wilayah pelayan baru ini yang bertugas membersihkan kamarnya, tetapi Warsih pembantu lama.“Kenapa kamu diam saja, jawab!” tegas Mona dengan berang, dia maju selangkah mendekati gadis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status