Share

Primadonaku
Primadonaku
Penulis: Rosida20

1. Penyerahan Sang Gadis

Keadaan rumah Ferdi seperti kapal pecah. Semua barang jungkir balik. Televisi ukuran besar hancur. Vas bunga pecah berserakan. Kursi jungkir balik. Ada yang patah. Semua itu akibat ulah Gogon yang mengamuk.

"Jiwamu sudah tergadai pada bosku. Enak saja kalian sudah berkecukupan, mau mundur, apa apaan!" Gogon berkacak pinggang

"Tapi aku sudah lebih sepuluh tahun mengabdi, apa masih kurang?" Ferdi berusaha menawar.

"Seumur hidupmu!"

"Apa?!" Norma isteri Ferdi terkejut.

Suami isteri Ferdi saling tatap.

"Kau ingin bebas kan? Serahkan anak gadismu!" Gogon tertawa, "Enak saja sudah hidup tenang minta berhenti!"

"Lebih baik aku kalian tembak, atau aku akan menyeserahkan diriku ke polisi jika kalian berani mengganggu anak gadisku!" Ferdi dengan berani meradang. Baginya sang putri adalah nyawa keluarganya

"Serahkan dirimu ke polisi dan anak buah bosku audah mengepung rumahmu, puteri dan isterimu hanya akan tinggal nama sebelum dirimu sampai di kantor polisi.

Ferdi terkejut.

Norma pucat.

Hal yang dikatakan Gogon sudah terjadi pada anggota yang khianat. Jodi tak main main!

Sepuluh tahun lalu Ferdi yang hanya karyawan biasa dalam kesulitan. Norma sang isteri harus operasi ginjal dengan harga ratusan juta. Demi nyawa sang isteri datanglah ia pada Jodi yang dikenalkan oleh temannya. 

Mulanya Ferdi ragu dan berat hati menerima bantuan Jodi dengan persyaratan harus menjadi kurir narkoba, namun nyawa isterinya menunggu keputusannya. 

Mereka punya putri yang masih membutuhkan sosok seorang ibu. Maka pekerjaan itu diterimanya. 

Lima tahun kemudian Ferdi merasa hutangnya sudah impas dengan kenekatannya menjadi pengedar. Tapi ia masih harus menurut sebagai pengedar atau kurir

Tapi apa yang terjadi saat ia pamit pada Jodi?

"Anak gadismu yang berumur tujuh belas tahun berikan padaku baru kau bebas!" Itu permintaan Jodi.

"Hasil kerjaku sudah melebihi hutangku padamu, Bos, " mencoba mengingatkan Jodi, betapa ia sudah bekerja dengan jaminan nyawamya sendiri selama lima tahun. Ngumpet dari petugas. Hampir tertembak oleh sesama pengedar. Namun semua masih kurang.

"Bukan begitu cara menghitungnya. Dengar nyawa isterimu tertolong itu sudah hutang seumur hidupmu padaku. Artinya tak ada kesempatan untuk pergi dariku!"

"Tapi..."

"Tapi kau bisa bebas jika anak gadismu berikan padaku!" Potong Jodi.

Maka terulang perjanjian. Ferdi harus tetap menjadi kaki tangan Jodi dalam pengedaran narkoba dengan waktu lima tahun lagi. Semua demi menghindarkan putrinya diambil

Dan kini setelah lima tahun kejadian terulang lagi. Jodi akan membebaskan dirinya dari segala tuntutan apa pun. Bahkan namanya akan dihapus dari daftar anggota. Asalkan Niken putri cantiknya diserahkan.

"Gogon ambil nyawa kami berdua, lepaskan putriku... " Ferdi berdua isterinya berjongkok di hadapan Gogon.

"Tidak...!" Tiba tiba muncul dari kamar sosok cantik dan ramping semampai dibalut baju busana muslim serta hijab warna biru langit senada dengan busananya. 

"Niken..." seru Norma terkejut menatap gadisnya.

"Niken masuk...!" Seru Ferdi tak suka putrinya muncul.

Gogon terpukau menatap kecantikan yang bersinar gadis mengenakan abaya biru langit yang senada dengan hijabnya.

"Jadi gadis ini yang diminta bos Jodi wah luar biasa cantiknya..." desis Gogon  terbelalak.

"Ibu bangunlah jangan rendahkan diri Ibu selagi aku masih bisa meringankan beban keluarga ini..." lembut dengan menahan air mata yang menggenangi pelupuk matanya, tangan Niken meraih ibunya berdiri.

"Niken..." Ferdi menyentuh pundak Niken. Dua bola matanya keberatan dengan kemunculan putri tersayangnya yang tinggal menunggu wisuda untuk menyandang gelar Sarjana pendidikan, atau S. Pd.

"Ayah bebaskan diri Ayah dari pekerjaan terkutuk itu, serahkan semua pada putrimu, " lembut nada suara Niken.

"Niken..." ujar Norma berusaha menyeret putrinya ke kamar.

"Ibu pernah bilang padaku bahwa kita ini anak anak kehidupan yang memiliki kepercayaan, bahwa segala sesuatunya tidak lepas dari suratan dan takdir, "

"Niken masuk cepat!" Ferdi mulanya marah atas kelakuan Niken yang nekat keluar kamar namun kemudian ia merendahkan suaranya, "Niken ini persoalannya lain, Nak, " ujar Ferdi, "Masuklah Niken. Ayah mohon tinggalkan kami di sini, Nak..." dibujuknya putrinya yang baru tahu dirinya terlibat perdagangan barang haram itu.

"Ya, jangan biarkan dirimu kotor oleh hal hal yang telah menjerumuskan keluarga kita..." pinta ibunya memelas pada Niken, tapi tegas, "Biar kami yang menanggungnya, Nak. Kesalahan suami juga menjadi tanggung jawab isteri, "Terlebih lagi apa yang membuat ayahmu terjerumus demi menyelamatkan Ibumu ini.."

Niken menatap ibunya, dengan penuh rasa sayang, tangan kanannya menghapus air mata yang mengaliri pipi cekung wanita yang sangat terpukul dengan terjerumusnya sang suami sebagai kaki tangan pengedar.

"Hei gadis sekarang tentukan pilihanmu!" Gogon merasa tak sabar ingin menyudahi tontonan drama yang membosankan baginya. Terlebih ingin segera membawa hasil kerjanya pada bos. Pasti akan membuat bosnya senang.

Niken berbalik memandang Gogon yang mendekat. Tanpa gentar ia berdiri menghadapi Gogon yang menatapnya tak sabar.

"Akan kuserahkan diriku pada bosmu , asalkan biarkan kedua orang tuaku hidup tenang, " menahan.sedih yang dalam Niken berbicara menunduk,.tanpa menatap Gogon.

"Oh itu pasti... " Gogon tertawa."Mari kita pergi..."

"Niken jangan pergi sayang..." Norma menarik tangan Niken dan menangis tak mau putrinya menyerah pada Jodi.

"Ya Nak biar Ayah mati untuk menebus semua kesalahan ini..." Ferdi  menahan tangan Niken tak rela putri semata wayangnya jatuh ke lembah nista di tangan Jodi.

Niken tak sampai hati melihat orang tuanya memegangi kedua tangannya dengan pandangan terluka.

"Ayah kita hidup hanya sekali. Tak masalah apa kelak yang terjadi pada Niken. Satu yang Niken inginkan, " menatap ayahnya, "Bertaubatlah mohon ampunan Tuhan dan bawa Ibu pergi dari sini.."

Ibu Niken menangis dan ayah nya pun memukul mukul kepalanya sendiri.

Niken mencoba untuk menenangkan kedua orang tuanya."Jika Ayah dan Ibu sayang Niken, berarti membiarkan Niken menyelamatkan kalian. Sia sia hidup Niken jika Ayah dan Ibu mati konyol. Biarkan Niken berbakti untuk kalian, itu kebahagiaan Niken, " segera gadis itu mencium tangan ayahnya yang terpaku bagai patung. Begitu pun yang dilakukan Niken pada ibunya.

'Niken..." Norma memeluk Niken dengan air mata berderai, "Anakku maafkan kami..." hanya kata maaf yang terucap dari bibirnya, mengingat tekat Niken tak bisa dihalangi lagi.

"Ibu jangan menangis jika masih ada waktu InsyaAllah kita akan dipertemukan..." dan Niken mencium ibunya, lalu memandang kedua orang tuanya dengan senyum. Inilah saatnya aku berbuat untuk kalian,.batinnya berseru ikhlas.

Dengan tenang Niken melangkah keluar rumahnya. Angin sore menyambutnya riang, hingga mempermainkan ujung hijabnya.

Gogon mengikuti langkah gadis itu dari belakang. Lalu membawa gadis itu dengan mobil yang disetirnya meninggalkan rumah sang gadis.

        Niken menoleh pada orang tuanya. Melambai dalam iringan tatap sedih ayahnya, dan tangis ibunya mobil pun menjauhi rumah mereka.

Diam diam tangan kanan Jodi itu merasa salut dan segan pada gadis lembut yang penuh percaya diri, serta kokoh dalam bersikap demi mengambil alih tanggung jawab orang tuanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status