Share

Sepuluh Tahunku Yang Disia-siakan Tunanganku
Sepuluh Tahunku Yang Disia-siakan Tunanganku
Author: Sunny

Bab 1

Author: Sunny
Larut malam, akhirnya Willy tiba di rumah sakit.

Bau alkohol masih melekat di tubuhnya dan jas lab pun masih tersisa aroma parfum wanita.

“Cindy, bagaimana perasaanmu?”

Aku menatapnya dan bertanya pelan, “Willy, kapan obatnya itu bisa diberikan padaku?”

Dia mengerutkan kening, “Angel bilang kalau pakai obat itu sekarang, tingkat keberhasilannya hanya 30%, terlalu beresiko.”

“Bulan lalu, waktu dipakai putri Bu Tina, tingkat keberhasilannya berapa?”

Willy terdiam sejenak, lalu menjawab, “Dia masih stadium tiga, kamu sudah stadium akhir, berbeda.”

“Dia menyumbangkan enam puluh miliar untuk dana riset.” Aku menatapnya dan melanjutkan, “Itu yang membuatnya sama denganku?”

Raut wajah Willy langsung memuram, “Cindy, kok kamu berpikir seperti itu tentangku?”

“Aku meneliti obat ini memang untukmu.”

Melihat ekspresinya yang begitu yakin, aku malah tertawa tiba-tiba.

“Willy, kamu masih ingat dari mana asal penyakitku ini?”

Sepuluh tahun lalu, labnya meledak.

Aku menerobos masuk ke dalam kobaran api untuk menyeretnya keluar dan menghirup gas kimia.

Diagnosisnya tertulis, [Kerusakan paru-paru kimia akut, fibrosis tahap lanjut yang tidak dapat dipulihkan.]

Dia berlutut di samping ranjang rumah sakit dan bersumpah, “Cindy, aku pasti akan menyembuhkanmu.”

Baru saja dia hendak membuka mulut dan berbicara, tiba-tiba ponselnya berdering.

Itu panggilan dari Angel.

“Pak Willy, lampu lab rusak, aku agak takut. Bisakah kamu datang sebentar?”

Suaranya manja dan terdengar seperti ingin menangis.

Willy langsung berdiri, “Jangan takut, aku segera ke sana.”

Aku menarik ujung bajunya, “Willy, kita masih belum selesai bicara….”

“Bicara lain kali saja, Angel sendirian, aku khawatir.”

Dia menarik ujung bajunya dan pergi tanpa menoleh ke belakang.

Setelah Willy pergi, aku meminta perawat untuk membantuku mencari tahu kondisi putri pengusaha kaya itu.

Dan ternyata benar, dia menggunakan obat baru Willy.

Tiga bulan, kondisinya pun sudah stabil dan dia bisa menjalani kehidupan normal.

Sementara aku, surat pemberitahuan kondisi kritis sudah turun untuk ketiga kalinya.

Keesokan harinya, aku memaksakan diri dengan tubuh yang hampir hancur ini, diam-diam pergi ke lab Willy.

Berdiri di luar pintu, aku bisa mendengar suara Angel.

“Pak Willy, berikan saja obat yang baru ini pada putri Bu Tina. Mereka mau menambah investasi seratus miliar, lho.”

Terjadi keheningan sesaat di dalam, kemudian terdengar suara Willy yang lembut. Itu nada yang sudah lama tak kudengar,

“Angel, aku tahu kamu melakukan ini demi kebaikan lab, tapi….”

“Tapi apa?”

Angel memotongnya, nadanya terdengar seperti merajuk, “Pak Willy, aku tahu diriku nggak seharusnya mengatakan ini, tapi… emangnya kondisi Kak Cindy benar-benar separah itu?”

“Setiap kali kondisinya kritis, selalu bertepatan saat kamu sedang sibuk-sibuknya. Terakhir kali, kamu harus pergi ke konferensi internasional untuk presentasi, dia malah masuk ICU. Kali ini, kita harus merayakan keberhasilan riset, lagi-lagi dia mendapat surat pemberitahuan kritis… tidakkah ini terlalu kebetulan?”

Angel menghela napas pelan, “Pak Willy, kamu sudah terlalu banyak berkorban untuknya. Investasi Bu Tina kali ini sangat penting untuk masa depan seluruh proyek, kamu nggak bisa terus-menerus… dibebani olehnya.”

Willy terdiam lama.

Aku menahan napas dan menunggu jawabannya.

“Kamu benar,” jawabnya.

“Mungkin… aku terlalu memanjakannya. Ya sudah, sesuai kata-katamu saja, berikan batch obat ini pada Bu Tina dulu.”

Suaranya menjadi dingin, “Lagipula, seharusnya kondisi Cindy nggak sekritis yang dia tunjukkan.”

Ternyata, perjuangan hidup dan matiku berkali-kali, semuanya hanyalah ‘kesengajaan’ baginya.

Aku membuka pintu, merusak suasana harmonis di dalamnya.

Angel terkejut dan langsung bersandar pada Willy. Willy pun reflek menyamping, menggunakan setengah badannya untuk melindunginya.

Wajah Willy tampak canggung, dia bertanya, “Cindy? Kok kamu datang ke sini? Dengan kondisi tubuhmu sekarang, mana boleh berkeliaran?”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sepuluh Tahunku Yang Disia-siakan Tunanganku   Bab 9

    Sebulan kemudian, persidangan dibuka.Cindy tidak hadir, dia memberikan kuasa penuh pada Anton untuk mewakilinya.Di ruang sidang, semua bukti ditampilkan dengan jelas.Willy tidak mampu membantah.“Terdakwa Willy, kamu telah menyalahgunakan dana medis pihak yang diwalikan dalam jumlah besar dan menyebabkan keterlambatan pengobatan, sehingga termasuk pelanggaran berat.”Hakim membacakan putusan, “Dijatuhi hukuman penjara tiga tahun dengan masa percobaan lima tahun, serta membayar ganti rugi pada pihak penggugat untuk kerugian materi dan kerugian mental, total sejumlah tiga puluh miliar.”“Terdakwa Angel, mengganti obat pasien tanpa izin dan menyebabkan konsekuensi serius. Dijatuhi hukuman penjara tujuh tahun, dicabut lisensi dokter dan dilarang bekerja sebagai tenaga medis seumur hidup.”Angel langsung menangis histeris di dalam persidangan, “Aku nggak terima! Aku nggak terima! Semua ini salah Willy! Dia yang menyuruhku melakukannya!”Willy menatapnya dengan tatapan yang dingin.Dulu,

  • Sepuluh Tahunku Yang Disia-siakan Tunanganku   Bab 8

    Sesampainya di rumah, untuk pertama kalinya Willy benar-benar melihat vila dengan pemandangan sungai yang dirinya beli memakai uang orang tua Cindy.Interiornya bergaya barat, lampu gantung kristal dan di luar jendela kaca membentang pemandangan malam sungai yang gemerlap.Dia masuk ke kamar tidur dan membuka lemari.Tergantung pakaian dan tas-tas bermerek Angel yang menumpuk memenuhi lemari.Tiba-tiba, Willy merasa jijik.Dia membuang semua barang-barang itu, tanpa tersisa satu pun.“Pak Willy? Apa yang kamu lakukan?” terdengar suara Angel dari ambang pintu.Dia telah bersembunyi selama beberapa hari ini dan baru berani kembali setelah melihat Willy tidak pergi ke rumah sakit.“Pergi,” kata Willy dengan dingin.“Pak Willy….”“Aku bilang pergi!” teriaknya.“Mulai sekarang, kamu nggak diizinkan menginjakkan kaki di rumah ini lagi!”Wajah Angel memucat, “Pak Willy, kamu nggak boleh memperlakukan ini padaku. Kamu lupa berapa banyak yang sudah kulakukan untukmu selama bertahun-tahun ini?”

  • Sepuluh Tahunku Yang Disia-siakan Tunanganku   Bab 7

    Kabar itu pun dengan cepat menyebar di kalangan kedokteran.“Sudah dengar kabarnya? Willy digugat.”“Si jenius yang baru dapat penghargaan itu?”“Jenius apaan? Dia memberikan plasebo pada tunangannya selama sepuluh tahun, hanya untuk mengumpulkan data kelompok kontrol!”“Jahat sekali!”Perhimpunan dokter segera turun tangan untuk melakukan penyelidikan.“Pak Willy, bisakah kamu menjelaskan?” tanya seorang ahli dari tim investigasi.Willy duduk di ruang investigasi, seluruh tubuhnya terlihat sangat lusuh.“Aku… aku hanya berpikir untuk mengumpulkan data kontrol yang lengkap dulu. Setelah obat baru berhasil dikembangkan, baru kuberikan padanya….”“Jadi, kamu membiarkannya mengonsumsi plasebo selama sepuluh tahun?” Suara ahli terdengar dingin, “Kamu tahu apa artinya itu?”“Artinya penyakit yang seharusnya bisa disembuhkan, kamu tunda hingga menjadi sakit parah!”“Penderitaannya selama sepuluh tahun sama sekali nggak perlu terjadi!”“Pak Willy, sebagai seorang dokter, kamu memperlakukan pa

  • Sepuluh Tahunku Yang Disia-siakan Tunanganku   Bab 6

    Saat menerima telepon, salju turun di luar jendela kamar hotel Willy di Swee.“Pak Willy, Nona Cindy hilang,” ujar perawat yang terdengar cemas dari telepon. Willy sedang merapikan PPT untuk pidato keesokan harinya, gerakan tangannya pun berhenti, “Hilang? Apa maksudnya?”“Dia keluar dari rumah sakit tiga hari lalu… kami kira dia pulang untuk beristirahat, tapi hari ini Dokter Angel pergi memeriksa kamar dan menyadari barang-barang pribadinya sudah dikosongkan….”Willy langsung berdiri, laptopnya jatuh ke lantai dan mengeluarkan suara keras.“Dengan kondisi tubuh begitu, bagaimana bisa dia keluar dari rumah sakit?”“Kami juga nggak tahu… Pak Willy, tolong segera pulang!”Setelah menutup telepon, Willy langsung memesan tiket penerbangan paling awal.Selama belasan jam penerbangan, dia tidak memejamkan mata sedikit pun.Pikirannya dipenuhi dengan kondisi lemah Cindy.Ke mana Cindy pergi?Dengan kondisi tubuhnya, berapa lama dia bisa bertahan tanpa perawatan profesional rumah sakit?Begi

  • Sepuluh Tahunku Yang Disia-siakan Tunanganku   Bab 5

    Tante Shinta mengusap air matanya di samping, “Cindy, kalau kamu pergi… kamu masih bakal kembali?” “Nggak lagi, tante.” Aku menggenggam tangannya, melanjutkan, “Terlalu banyak kenangan buruk di sini. Aku mau memulai hidup baru.”“Kalau begitu, bolehkah aku ikut denganmu?” tanya Tante Shinta tiba-tiba.Aku terdiam.“Cindy, aku melihatmu tumbuh besar, menyaksikan semua penderitaanmu selama sepuluh tahun ini,” ujarnya sambil menangis.“Aku juga sudah nggak sanggup bekerja di rumah sakit ini. Anak-anakku juga sudah keluar negeri, aku nggak punya siapa-siapa lagi di kota ini. Setiap kali melihat Pak Willy, aku selalu teringat penderitaanmu….”“Aku mau ikut denganmu, biar aku yang merawatmu, boleh?”Hatiku tersentuh dan akhirnya air mata kembali mengalir, “Iya, tante… kita pergi bersama.”Tiga hari kemudian, Willy terbang ke Swee untuk menghadiri konferensi akademik. Keesokan harinya setelah dia pergi, aku menyelesaikan prosedur keluar dari rumah sakit.Anton sudah menyiapkan ambulans dan

  • Sepuluh Tahunku Yang Disia-siakan Tunanganku   Bab 4

    “Katakan saja, aku akan membantumu, apapun itu.”“Tolong bantu aku hubungi seseorang.” Aku menyebutkan sebuah nama, “Pengacara Anton, penasihat hukum orang tuaku semasa hidup.”Pak Anton datang keesokan sorenya.Dia seorang pria berusia lima puluhan, rambutnya sudah beruban, tapi tatapannya tetap tajam.Begitu melihatku, matanya langsung berkaca-kaca, “Cindy, kok kamu sekurus ini….”“Om Anton.” Aku tersenyum lemah, “Maaf, sudah begitu lama aku nggak menghubungimu.”“Anak bodoh, kamu sedang sakit, om bisa mengerti.” Dia duduk di samping ranjang dan bertanya, “Kamu mencariku tiba-tiba, ada apa?”Aku terdiam beberapa detik, lalu menceritakan seluruh kejadian selama sepuluh tahun ini dengan detail.Setelah mendengarnya, wajah Anton pun memuram. Dia menghantam meja dan berkata, “Bajingan! Benar-benar bajingan!”“Waktu orang tuamu meninggal, mereka secara khusus menitipkanmu padaku. Melihat Willy memperlakukanmu dengan baik, ditambah dia seorang dokter dengan gelar doktor, aku merasa tenang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status