Skandal Cinta Suamiku

Skandal Cinta Suamiku

By:  Lie Meraki  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
12Chapters
462views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kalina mencoba tegar dan bersabar menerima segala kecurangan suaminya selama pernikahan mereka. Hatinya seluas samudera memaafkan segala pengkhianatan sang suami. Hingga badai itu datang kembali, membawa Kalina terombang-ambing dalam ketidakpastian terhadap perasaannya sendiri. Bagaimana nasib pernikahan Kalina dan Yovie? Bagaimana takdir membawa keduanya melangkah? Bagaimana Kalina menghadapi masalah yang datang padanya bertubi-tubi?

View More
Skandal Cinta Suamiku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
12 Chapters
Bab 1 : Gara-Gara Mimpi
"Yang... " Samar-samar kudengar suamiku mendesah dan menggumamkan panggilan yang kutebak pastilah kata 'sayang'. Tidak mungkin kata 'peyang', atau 'loyang', apalagi 'kuyang'. 'Siapa yang sedang digumamkan dalam mimpinya?' Batinku mencelos. Selama ini, dia tidak pernah memanggilku 'sayang', bahkan sejak kami berpacaran dahulu. Dia terbiasa memanggilku 'dinda'. "Teruskan, Yang... " Racau mas Yovie. Aku menutup mulut, apakah mas Yovie sedang memimpikan wanita lain yang disebutnya 'yang'? Tanpa terasa bulir bening lolos begitu saja di pipiku. Kupandangi wajah suamiku dengan hati bergetar. Lelaki yang sudah menjadi teman hidupku selama 12 tahun ini, apakah dia mengkhianati ikatan suci kami untuk kesekian kalinya? Atau itu hanya sebuah fantasi dalam mimpinya saja? Ragu-ragu, aku mencoba membangunkan mas Yovie. Aku tidak mau berprasangka buruk padanya, tapi aku juga tidak tahan untuk tidak menanyakannya saat ini juga. "Mas, bangun." Aku menggoyang lengannya perlahan. Mas Yovie mengge
Read more
Bab 2 : Petunjuk Pertama
Kulihat sekilas Airin tengah membereskan bukunya setelah belajar sejak maghrib. Dia bergegas menuju kamar mandi, saat melewatiku yang tengah menonton tv di ruang keluarga dia bertanya, "Mommy sudah sholat isya?"Aku menggeleng. "Baru saja mommy haid, Rin. Habis sholat maghrib tadi."Kemudian Airin berlalu dari hadapanku. Beberapa menit kemudian, Airin kembali dengan wajah penuh tanda tanya. "Mommy, coba lihat deh. Airin nemu ini. Punya mommy kah?"Airin memberikan sebuah nota pembelian perhiasan emas padaku. Kulihat dalam nota tersebut, pembelian sebuah kalung emas seberat 20 gram. Tapi tidak ada identitas pembelinya. Jelas ini bukan milikku. " Dapet darimana, Rin?" tanyaku penasaran. "Di depan pintu kamar mandi, Mom. Airin pikir itu punya mommy. Bukan, ya?"Aku menggeleng. Kusimpan nota itu di dompetku. Di rumah ini hanya ada aku, Airin, dan mas Yovie. Nama terakhir adalah yang paling memungkinkan untuk mengetahui asal usul nota tersebut.***"Mas, tadi Airin nemu ini di kamar mand
Read more
Bab 3 : Peringatan Keras Ibu Mertua
Lima menit berkendara dari sekolah Airin, kami tiba di rumah ibu mertua. Setelah mengucap salam berbarengan, aku dan Airin menuju kamar ibu mertua. Disana nampak wajah lesu dan kuyu tengah meringis, mungkin menahan sakit. Aku pun penyintas hipertensi, dulu saat mengandung Airin, selama masa nifas aku mengalami Hipertensi Postpartum karena sejak kehamilanku masuk trimester ketiga, tiba-tiba saja aku menderita Hipertensi Gestasional.Masih kuingat betapa sakit dan tidak nyamannya rasa nyeri di kepala terutama bagian belakang hingga tengkuk leher. Penderita hipertensi haruslah tidur cukup, tapi rasa sakit di belakang tengkuk hingga kepala bagian belakang jelas tidak bisa membuat tidur dengan tenang, apalagi nyenyak. Sungguh amat tersiksa. Kala itu, sekuat tenaga aku berusaha untuk dapat sembuh. Berbagai treatment sederhana namun worth it sudah ku terapkan. Semisal berusaha untuk selalu relaks, tidur cukup, tidak mengonsumsi makanan berkadar gula dan garam secara berlebihan, tidak memakan
Read more
Bab 4 : Kebenaran Memang Pahit
Setelah mendengar percakapan ibu mertua dan mas Yovie kala itu, aku benar-benar merasa hancur dan sakit. Keyakinanku mulai goyah untuk mempertahankan rumah tanggaku ini. Ditambah lagi tiba-tiba saja sahabatku, Rania, mengirimiku sebuah video. Awalnya kupikir itu adalah video family gathering di garmen yang baru saja dilaksanakan 2 minggu lalu. Setelah kuputar, ya Tuhan betapa terkejutnya aku melihat mas Yovie tengah menggandeng mesra seorang wanita memasuki sebuah rumah makan. Dan parahnya lagi, tempat itu adalah tempat favorit keluarga kami saat ingin makan diluar. Dan yang lebih membuatku geram, di video selanjutnya keduanya terlihat memasuki sebuah hotel. Tempat dimana mas Yovie berpamitan untuk bertemu klien barunya. Ya Tuhan, apakah aku masih harus berbaik sangka pada keduanya? Seolah berpikir bahwa wanita itulah klien baru mas Yovie? Aku meremas handphoneku, menahan amarah, kecewa dan rasa sakit yang datang bersamaan. Aku amat berterimakasih pada Rania, aku tahu Rania sangat me
Read more
Bab 5 : Pergi
Aku baru saja pulang dari garmen, saat kudapati Airin menghambur padaku sambil menangis sesenggukan. "Ada apa, Sayang?" tanyaku sambil mengusap lembut kepalanya. Belum sampai menjangkau pintu masuk, Airin sudah merangsek memelukku erat. Airin terus saja menangis sambil membenamkan wajahnya di dadaku. Dia tidak menjawab pertanyaanku, kurasakan badannya bergetar menahan isak tangisnya. Aku mengusap punggungnya perlahan untuk menenangkan Airin. Belum pernah kulihat Airin menangis sehebat ini? Apa yang membuatnya begini? Kubiarkan Airin menuntaskan tangisannya. Selama beberapa saat, kami hanya saling memeluk tanpa berkata apapun."Momm..mmy." kata Airin terbata di sela tangisnya. Dia menarik dirinya lalu memandangku, dari matanya kulihat Airin sangat terluka, sedih, dan kecewa."Ya, Sayang. Ada apa?" tanyaku mengulang pertanyaan yang sama. Airin menghela napas panjang, jelas terlihat kesedihan di raut wajahnya. "Daddy pergi dari rumah, Mom." ujar Airin, air matanya menetes lagi. Meng
Read more
Bab 6 : Siapa Yang Salah
POV YovieAku menghempaskan diri di atas sofa di ruang tengah, sudah seminggu aku berada di rumah ibu. Ya, aku kembali pulang. Pulang ke rumah orang tuaku. Aku benar-benar tidak tahan berada di rumahku sendiri, Kalina mendiamkan aku berhari-hari bahkan nekat pisah ranjang tanpa menjelaskan apapun. Akupun tidak mau bersusah payah mencari tahu alasannya. Selama ini, dia cukup sering mendiamkan aku untuk hal-hal yang menurutku sepele. Jadi, kali ini pun aku tidak mau ambil pusing. Sebenarnya, kuduga Kalina sudah mengetahui hubungan terlarangku dengan Sherly. Karena beberapa waktu yang lalu, Airin -putri kesayanganku- menemukan nota pembelian kalung emas tanpa keterangan nama. Jelas sudah itu memang bukan untuk istriku. Aku membelikannya untuk Sherly, hanya saja aku berkilah bahwa nota itu milik Aditya, saudara sepupuku dari pihak bapak. Sejak saat itu, Kalina bersikap dingin dan ketus padaku. Walaupun begitu, dia masih menyiapkan segala keperluanku, bahkan masih merawat ibuku saat penyaki
Read more
Bab 7 : Akankah Kembali?
Sore ini, sepulang dari garmen aku mampir ke toko kue. Membeli beberapa bahan kue untuk membuat croissant, request dari Airin. Selain itu, aku juga menerima order beberapa teman kantor yang rindu salad buatanku. Aku kerjakan saja semuanya sekalian. Sebisa mungkin aku menyibukkan diri agar tidak terlalu stres menghadapi masalah rumah tanggaku.Saat hendak membayar belanjaanku di kasir, sudut mataku menangkap siluet seseorang yang ku kenal. Dia baru saja masuk ke toko. Reflek kupanggil namanya. "Mbak Sherina!" seruku. Si empunya nama menoleh dan menghampiriku. "Hai Lin, apa kabar?" tanya mbak Sherina.Aku tersenyum simpul. "Seperti yang mbak lihat." Aku menjawab sekenanya. "Mbak dan mas Khadafi bagaimana? Rafka juga, apa kabar kalian semua?" tanyaku. "Kami baik. Airin tidak ikut?" tanya mbak Sherina celingukan mencari sosok Airin."Totalnya seratus delapan puluh lima ribu, Bu." ujar kasir di depanku.Aku menggeleng. "Aku langsung kesini sepulang kerja, Mbak. Airin di rumah." jawabku s
Read more
Bab 8 : Sekali Tidak, Tetap Tidak!!
POV AuthorDeru suara motor matic memasuki halaman rumah orangtua Yovie. Nampak seorang lelaki paruh baya memakai gamis putih dan peci putih, di belakangnya mengekor seorang pemuda tampan yang mengenakan koko berwarna navy dan sarung polos berwarna hitam. Mereka berdua adalah ustadz Syahid dan salah seorang santrinya, Mirza."Assalamu'alaikum." Ucap ustadz Syahid sembari mengetuk pintu kediaman keluarga Yovie.Belum ada jawaban dari arah dalam, ustadz Syahid mengulang salam dan ketukan pintunya. Di kali ketiga, barulah terdengar jawaban salam. "Wa'alaikumussalam. Tunggu sebentar."Seorang lelaki paruh baya yang tak lain adalah ayah Yovie membukakan pintu. Memandang kedua tamunya dengan mengernyitkan dahi, seolah berusaha mengenali dan mengingat siapa tamunya ini."Permisi, Pak. Boleh kami masuk? Ada beberapa hal penting yang ingin saya bicarakan." Ustadz Syahid mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Pak Thamrin gelagapan karena merasa kurang baik menyambut tamunya. "Ah, iya. Ma
Read more
Bab 9 : Langkah Baru
Seorang wanita berambut panjang sepinggang tengah memasuki sebuah resto di salah satu counter yang ada di pusat perbelanjaan terbesar di kota J. Pandangannya menyusur setiap meja di resto, lalu senyumnya mengembang saat melihat seseorang yang tengah menunggunya di tempat tersebut.Dengan penuh percaya diri, wanita yang memakai midi dress berbahan waffle dengan aksen renda di lengannya itu melangkah menuju meja di sudut resto. Disana nampak seorang pria tersenyum manis pada wanita tersebut. "Sudah lama nunggunya, Yang? Maaf ya, aku terlambat." ujar si wanita sambil mendudukkan dirinya di kursi tepat di depan pria tersebut.Pria itu menggeleng, "Ngga papa, Yang. Aku juga baru aja nyampe." Sahut si pria sambil mengelus lengan si wanita.Si pria memanggil waitress untuk memesan beberapa makanan dan minuman, tanpa bertanya ia menyebutkan dengan semangat menu yang akan mereka pesan untuk makan malam itu."Saya ulangi pesanan anda, Pak. Satu porsi beef slice lada hitam, wagyu tenderloin stea
Read more
Bab 10 : Hanya Ingin Bahagia
Sherly merebahkan badannya di atas karpet rasfur berwarna coklat di ruang keluarga. Sejenak memijat pelipisnya, sekedar menghilangkan penat setelah seharian hingga malam hari dirinya disibukkan dengan banyak hal."Bagaimana Sher? Sudah ada keputusan dari Yovie?" tanya Bu Patmi, ibunda Sherly."Minggu depan aku dan dia akan menikah sirri, Bu." jawab Sherly sambil tersenyum sumringah.Bu Patmi duduk di sebelah Sherly, menatap khawatir anak bungsunya yang sudah menjanda sebanyak tiga kali. Ia sangat berharap Sherly dan Yovie segera meresmikan pernikahan keduanya, bukan hanya pernikahan sirri yang tidak memiliki kekuatan hukum."Kamu mau-mau saja dinikahi sirri, Sher? Bodoh kamu ini!" seru Bu Patmi.Sherly memandang gusar ke arah wanita yang telah melahirkannya itu. "Hanya sementara, Bu. Sampai urusan mas Yovie dengan istrinya selesai.""Halah, itu alasan lelaki, Sher. Selama ini, kamu sudah menjalani pernikahan macam apa. Ngga kapok kalo cuma dinikahi dibawah tangan lagi dan lagi, Sherly
Read more
DMCA.com Protection Status