Share

Suami Kontrak Pura-Pura Miskin
Suami Kontrak Pura-Pura Miskin
Penulis: Nainamira

Bab 1

"Apa yang kau lakukan, Nadin!" teriak Mala, ibu tiri sekaligus bibinya.

Nadin tidak peduli dengan teriakan semua orang, dia tetap menumpahkan semua makanan ke lantai, sepanci rendang, sambal belut dan gulai kacang panjang sudah tumpah ruah di lantai.

Rasanya lelah hati, perasaan dan tubuh Nadin selama ini hanya dijadikan babu gratisan untuk keluarga ini, tapi apa balasan mereka? Mereka malah menyakitinya terus menerus, sudah waktunya Nadin memberontak, tidak akan dia biarkan ibu tiri dan saudara tirinya itu menginjak-nginjaknya lagi, ayah kandungnya yang selama ini dia harapkan dapat melindunginya ternyata juga lebih membela anak tirinya dari pada dia yang notabene anak kandungnya sendiri.

Plakk

"Dasar anak tidak tahu diri, pergi kau dari sini! Dasar anak durhaka!"

Nadin mengelus pipinya yang merah karena tamparan keras lelaki paruh baya itu, mata Nadin menyalang, dadanya naik turun menahan amarah, begitu juga dengan keadaan lelaki paruh baya itu.

"Jadi ini? Ayah menyuruhku pulang, memasak semua hidangan untuk acara pertunangan Chika dan laki-laki ini? Maaf saja, Yah. Aku tidak Sudi, masakanku dimakan untuk acara ini, lebih baik aku buang saja! Aku memang akan pergi, kalian tidak perlu mengusirku, dan aku pastikan tidak akan kembali lagi!"

Setelah mengatakan itu, Nadin bergegas masuk kamar menyambar tas ranselnya dan berlari pergi dari rumah yang sudah seperti neraka selama sepuluh tahun ini. 

"Nadin!"

Gerakan Nadin terhenti tatkala sebuah lengan kekar mencengkeram lengannya dengan kuat.

"Lepaskan!" teriak Nadin menatap lelaki itu dengan nanar, jelas kemarahan dan rasa jijik tidak dapat disembunyikan dari matanya.

"Jangan bertingkah seperti ini, Nadin. Tenanglah ...."

"Siapa kau mau mengatur-ngatur aku? Jangan berani lagi menyentuhku, bajingan!" Nadin berusaha melepaskan lengan lelaki itu sekuat tenaganya.

"Kenapa sekarang kau jadi kasar begini, Nadin?"

"Kenapa? Kau tanya kenapa? Kau lah yang menyebabkan aku begini, sekarang lepaskan aku, brengsek!"

"Abang! Sudah biarin, gara-gara dia, kacau acara kita."

Chika menarik lelaki itu dengan nada geram, tidak tentu tidak terima jika lelaki itu masih saja perhatian pada mantan kekasihnya itu, menyadari ada Chika di sampingnya lelaki itu segera melepaskan genggamannya. Nadin tidak perlu menunggu lama, dia langsung berlari dan pergi dari rumah itu, meninggalkan semua yang seharusnya sudah dia lakukan sejak dulu.

"Sekarang kita harus gimana? Tinggal beberapa jam lagi orang tuamu datang." keluh Chika.

Mata lelaki itu nanar menatap sambal belut kesukaannya berserak di lantai, dulu dia sangat menyukai sambal belut buatan mantan kekasihnya ini, entah kapan lagi dia akan menikmati makanan lezat gadis itu, apalagi Nadin sudah sangat membencinya, yah semua itu memang salahnya, kenapa gampang sekali tergoda oleh saudara tiri kekasihnya ini.

Adam Alamsyah Putra, nama lelaki yang sudah menjadi kekasih Nadin selama tiga tahun lalu. Sejak kecil Nadin sudah kenal dengan Adam, karena mereka meman satu kampung, hanya saja ketika Nadin kuliah, lelaki yang juga merupakan kakak tingkatnya itu menjalin kedekatan dan akhirnya berpacara. Selama menjalin kisah kasih itu, Nadin dan Adam menjaga hubungan mereka agar terhindar dari sentuhan fisik, selain hanya bergandengan tangan. Namun selama tiga tahun itu, hubungan mereka sangatlah indah, Nadin selalu memasak untuk mereka berdua, bertahun-tahun menjadi babu gratisan di rumahnya membuat gadis itu mahir dalam urusan pekerjaan rumah tangga. Hingga Adam lulus dan kembali ke kampung, lelaki itu juga ternyata lulus mengikuti ujian CPNS.

Adam selalu mengatakan jika hubungan fisik akan mereka lakukan di saat nanti sudah menikah, tentu saja Nadin bahagia memiliki kekasih yang begitu menjaganya dari dosa. Namun alangkah kecewanya Nadin yang mendapati kekasihnya itu sedang berbagi Saliva dengan saudara tirinya di ruang tamu rumahnya ketika Nadin baru saja pulang kampung. 

"Nadin, ibuku ingin aku segera menikah. Jika menunggumu itu terlalu lama, ibuku sangat menyukai Chika, lagipula Chika sudah lulus dan sudah bekerja di kantorku walaupun sebagai tenaga honorer, tetapi dia sudah bekerja dan siap menikah." Itu alasan Adam waktu mereka kepergok waktu itu.

Mengingat itu hati Nadin sangat sakit, Chika tentu saja tahun jika Adam adalah kekasihnya selama tiga tahun itu, namun dari mereka kecil Chika memang suka merebut semua barang yang dimiliki Nadin, kini dia juga merebut kekasih Nadin. Ketika Nadin marah karena perselingkuhan mereka ayahnya justru mendukung hubungan Chika dan Adam, ayahnya sama sekali tidak membelanya. 

Nadin terus mengusap pipinya yang terasa perih, bukan kali ini ayahnya selalu melayangkan tangan kepadanya, sejak lelaki tua itu menikah dengan Kumala, istri almarhum pamannya itu, hidup Nadin sudah seperti di neraka. Pantas saja ibunya dulu selalu bersedih dan menangis diam-diam, ternyata begitu menyakitkan dikhianati pasangan.

"Ibu, kenapa ibu tidak mengajakku pergi bersamamu? kenapa aku yang masih kecil ditinggalkan bersama ibu tiri dan saudara tiri yang selalu memperlakukannya dengan semena-mena? Kenapa, Bu? Di mana ibu sekarang?"

*****

Nadin menundukkan wajahnya, perasaan sedih dan nelangsa kembali meremas jiwanya. Dia tidak tahu mau ke mana lagi melangkah, pulang ke kost-an juga dia tidak berani. Bu Rumintang, pemilik kost sudah menagih uang kost dari seminggu yang lalu, mau bayar pakai apa dia? Sedangkan baru saja dia diberhentikan bekerja di cafe karena Mbak Marini pemilik cafe baru saja meninggal tiga hari yang lalu, cafe tidak bisa dioperasikan dan semua karyawan diberhentikan, tanpa gaji, tanpa pesangon, karena karyawan sendiri tidak tahu harus meminta pada siapa.

Nadin Hanaya Putri, nama gadis yang diberikan oleh ayahnya, namun nasibnya kenapa menjadi seperti ini, dia masih memiliki ayah dan ibu, tetapi kenapa seperti hidup sebatang kara. Sedangkan ayahnya justru lebih sayang pada anak tirinya daripada anak kandungnya sendiri.

"Huh, sekarang aku harus bagaimana? Sekarang aku harus ke mana? Sebaiknya kucari Shintia saja." Nadin menghembuskan napasnya lelah.

Hari menjelang sore, Nadin perlahan melangkahkan kakinya ke kampus di mana dia kuliah, dia tidak ada jadwal kuliah atau kegiatan lain, karena dia sudah memasuki semester akhir, tinggal menggarap skripsi. Namun Nadin hanya ingin berbaur diantara riuhnya suasana kampus untuk menghilangkan kegalauannya. Nadin menuju perpustakaan kampus, tadi pagi Sintia, sahabat sekaligus tetangga kamar kost-nya akan pergi ke perpustakaan untuk mencari bahan referensi skripsinya. 

Nadin harus menemui Sintia, selama ini hanya sahabatnya itu yang selalu membantu setiap kesulitan baik itu moril ataupun keuangan, Sintia memang bukan orang kaya, tetapi ayahnya sebagai guru SMA dan ibunya guru SD, hidup dalam harmonis, bersama-sama saling membahu menguliahkan putrinya Sintia dan kakak Sintia, Riko yang kini sudah bekerja. Sintia  satu kelas dengan Nadin, selama empat tahun bersama-sama, sehingga ikatan persahabatan mereka semakin erat.

Nadin begitu semangat ingin menemui sahabatnya itu, walaupun perpustakaan ini luas, tetapi Nadin dan Sintia memiliki tempat favorite sendiri jika berada di perpustakaan, sehingga gadis itu tidak akan kesulitan menemui Sintia.

Dugh 

"Aaarg" 

Nadin terkejut dan berteriak ketika menaiki tangga tubuhnya tertabrak seseorang hingga tubuhnya limbung ke belakang, mata gadis itu memejam, pasrah seandainya dia terjatuh dari tangga ketiga. 

"Kalau jalan hati-hati! Kalau jatuh, kepala kamu terbentur, bisa amnesia!"

Suara dingin seseorang itu menyadarkan Nadin, gadis itu spontan membuka matanya, dia merasakan sebuah tangan kekar melingkar pada pinggang membuatnya rikuh dan canggung, buru-buru dia melepaskan diri dari dekapan lelaki di hadapannya.

"Maaf ... Maaf, Mas. Saya tidak sengaja, sekali lagi maaf ya," ujar Nadin dengan gugup.

Lelaki itu tidak menanggapi perkataan Nadin, dia hanya menepuk lengan baju switer wolnya yang tadi menyentuh Nadin, seolah-olah merasa jijik. Nadin hanya tersenyum kecut melihatnya, tanpa membuang waktu, gadis itu berlari ke atas tangga tidak ingin berlama-lama di depan lelaki tak dikenalnya itu.

Melihat gadis yang menabraknya berlari menghindarinya dengan terburu-buru, lelaki yang memakai switer dan celana jeans warna hitam dengan tas selempang di lengannya itu tersenyum penuh misteri, satu sudut bibirnya terangkat.

"Aku menemukanmu!" gumamnya 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status