Tak Kusangka Istriku Presdir

Tak Kusangka Istriku Presdir

last updateLast Updated : 2022-04-19
By:  Zidney AghniaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
35Chapters
44.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Melly seorang ibu sekaligus istri dari keluarga yang terbilang mampu secara finansial. Namun, biaya hidupnya dijatah perhari oleh Alan karena tidak memercayai istrinya sebagai pemegang keuangan. Ditambah lagi semenjak Lian, kakak iparnya, menumpang hidup di rumahnya, Melly tak pernah merasa tenang. Bagaimana kisah Melly?

View More

Chapter 1

1. Tak Ada yang Peduli

 

 

Melly baru saja merebahkan tubuhnya di kasur berukuran 180x200 sentimeter. Tulang-tulang punggungnya serasa mau patah setelah setengah hari tanpa henti melakukan pekerjaan rumah. Seisi kamarnya pun semua hanya terlihat seperti bayangan karena penglihatannya yang lelah dan mengabur. 

 

"Melly! Kamu jangan tiduran aja, itu setrikaan masih numpuk!" teriak Lian, kakak iparnya.

 

"Iya, Mbak, aku lagi enggak enak badan," jawab Melly Lirih.

 

"Tadi pagi kamu baik-baik aja!"

 

"Tadi pagi udah meriang, cuma aku gak dirasa aja, Mbak. Tapi, sekarang aku udah ngerasa mau demam. Aku nyetrikanya besok aja, ya?"

 

"Kalau besok kamu masih alasan sakit gimana? Gak jadi lagi nyetrikanya? Terus Alan mau kerja pake baju apa?" hardiknya lagi sambil berlalu meninggalkan kamar.

 

Melly mengambil ponsel jadulnya yang masih dengan kamera beresolusi rendah, mencari sebuah kontak untuk dikirimi pesan singkat.

 

[Yank, aku gak enak badan. Aku boleh minta uang untuk bayar orang buat setrikain baju yang udah numpuk?]

 

[Emang kamu gak bisa ngerjain sendiri?]

 

[Kan, tadi aku bilang lagi gak enak badan, Yang]

 

[Ya, udah pake uang yang tadi pagi aku kasih aja.]

 

Melly lantas memutuskan telepon sepihak serta melempar ponsel ke ranjangnya. Karena percuma saja tak akan ada hasilnya berbicara dengan Alan, suaminya.

 

"Uang yang mana! Dia kasih aku cuma lima puluh ribu sehari, mana cukup!" ujarnya kesal. "Sekarang tinggal sepuluh ribu lagi, itu pun buat jajan Alea. Gimana mau bayar orang! Dasar gak peka!"

 

Melly memutuskan untuk istirahat beberapa waktu supaya meriangnya berkurang. Rencananya, ia akan menyetrika pakaian kerja Alan nanti malam.

 

Selama menikah, Melly bagai dikurung dalam sangkar, tetapi bukan sangkar emas. Ia tidak bisa bergaul sebagaimana mama muda di usianya yang hangout bersama teman-temannya.

 

Ia juga tidak memiliki uang lebih untuk membeli kebutuhan pribadinya. Jangankan untuk itu semua, untuk kebutuhan harian saja ia harus pandai-pandai mengatur menu makan setiap harinya.

 

Keseharian Melly hanya habis untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan mengasuh putri kecilnya yang berusia tiga tahun. Keinginannya untuk bersenang-senang tak pernah terealisasi barang sekali pun: tidak dengan suaminya maupun teman-temannya.

 

Alan adalah suami yang sangat tidak peka. Melly hanya diberi uang belanja setiap harinya lima puluh ribu: untuk makan keluarganya dan juga keluarga kakak iparnya yang tinggal satu rumah. Kebutuhan pokok sudah tersedia karena semuanya Alan yang mengatur.

 

Lian dan keluarganya tinggal di rumah Melly karena belum mempunyai rumah tetap. Oleh karena itu, mertuanya Melly memberi saran untuk tinggal di rumah Melly saja untuk sementara waktu.

 

"Melly! Masih tiduran aja kamu! Itu liat Alea berantakin rumah!"

 

"Alea, kan, main sama Rachel, Mbak. Biar aja mereka yang beresin sama-sama.

 

"Enak aja, itu kan mainan Alea! Lagian juga Rachel mau aku mandikan!"

 

"Iya, Mba. Sebentar aku bereskan." Melly mencoba mengalah dengan ucapan lirih.

 

"Cepat! Aku gak suka liat rumah berantakan!" bentaknya sembari menggendong Rachel ke kamar mandi.

 

Aah, udah tinggal numpang, makan numpang, main mainan punya anakku, gak tau diri lagi! Dia pikir siapa tuan rumahnya? Seenak jidat nyuruh-nyuruh! Melly membatin.

 

Ia bergegas ke ruangan di mana Alea mengeluarkan semua mainannya dengan langkah sempoyongan. Walaupun kepalanya merasa berkunang-kunang, mata perih, dan seakan mau pingsan, ia memaksakan untuk membereskan mainan yang berserakan di seluruh penjuru ruang tamu.

 

"Alea Sayang, bantu Bunda masukkin mainannya ke kotak, yuk?"

 

"Iya, Bunda. Alea, kan, anak baik," jawab putrinya yang menggemaskan itu.

 

Setelah itu Melly memasak untuk makan malam karena sebentar lagi Alan akan sampai di rumah.

Ia hanya sempat membuat nasi goreng dan telur dadar dikarenakan tidak banyak tenaga yang dimilikinya saat itu. Menu makan siangnya pun sudah tak bersisa. Padahal, ia ingat betul kalau belum makan sejak pagi karena tak ada selera sama sekali untuk makan. Seharusnya, lauk jatah Melly masih ada, tetapi kenyataanya hanya tinggal piring kosong yang tersisa di meja.

 

"Assalamu'alaikum." Alan dan Roby pulang bersamaan ketika Melly sedang mencuci piring ditemani Alea yang sedang bermain di sampingnya.

 

"W*'alaikumussalam." Melly menjawab salam mereka.

 

"Pah, capek, ya? Makan dulu, yuk?" sahut Lian sambil membuka tudung saji. "Apa ini? Cuma nasi goreng sama telur?" Emang gak ada sayuran apa, Mel?"

 

"Besok Mbak kasih aku uang belanja buat beli sayuran, ya? Karena uang dari Mas Alan gak cukup buat makan dua keluarga. Itu pun aku sama sekali gak kebagian jatah makan hari ini loh!"

 

Sontak Lian bergeming karena tak bisa menjawab permintaan Melly. Ia tak mengacuhkan Melly dan mengambilkan makan untuk Roby dan Rachel dengan porsi yang sangat penuh, sedangkan Melly mengambilkan untuk Alan dan menyisihkan sedikit untuk Alea.

 

"Kamu gak makan?" tanya Alan.

 

"Emangnya ada yang bisa kumakan?" jawab Melly ketus diiringi Alan, Lian, dan Roby yang menatap mangkuk nasi goreng yang sudah bersih tak tersisa. Lian dan keluarganya makan dengan santai tanpa memedulikan Melly yang sudah memasak untuk mereka.

 

"Kamu masak nasi lagi aja, lauknya masih ada, kan?" ujar Alan kepada istrinya yang terlihat dongkol.

 

"Gak usah, aku gak lapar!" jawab Melly ketus. "Aku ke kamar dulu mau salat," lanjutnya sambil menuntun Alea.

 

"Jangan lupa nyetrika, Mel! Alan udah gak ada baju, kan, untuk besok!" hardik Lian seketika.

 

"Gak apa-apa, Kak. Alan bisa nyetrika sendiri," Alan pun menanggapi.

 

"Jangan dibiasain, Lan. Nanti dia manja!"

Alan tak menjawab. Sementara itu, Melly merasa sedikit lega karena mendengar Alan membelanya.

 

Selesai salat, Melly pergi ke ruang belakang menyempatkan untuk menyetrika baju kerja suaminya. Tiba-tiba dari depan pintu, Lian melontarkan beberapa helai baju di atas tumpukan setrikaan Melly dengan tak acuh. Sikapnya itu membuat Melly geram. Ia mendelik tajam pada ipar wanitanya itu, lalu kembali fokus menyetrika. Padahal, hatinya sedang berkecamuk.

 

"Sekalian baju Roby, ya?!" ujarnya tanpa dosa sambil meninggalkan Melly.

 

Melly menghela napas dalam-dalam, "Sabar Mel, ini cuma dua pasang baju. Kalau sepuluh kusetrika sampe gosong semua ini baju!" Melly berusaha menghibur diri.

 

Malam hari, demamnya semakin tinggi. Melly menggigil kedinginan dengan dahi dipenuhi keringat. Alan yang sudah tertidur lelap di sisinya tidak merasakan jika istrinya sedang menahan sakit hingga pagi harinya demam semakin tinggi.

 

Pagi harinya Melly bangun terlambat dan tidak sempat menyiapkan sarapan. Untung saja dirinya sudah membelikan roti sore sebelumnya untuk sarapan Alan karena khawatir jika ia tidak sempat menyiapkan sarapan ... dan benar saja firasatnya.

 

"Alaan? Mana Melly? Kenapa dia enggak buat sarapan!"

 

"Dia lagi kurang sehat, Kak."

 

"Alaaah, sakit dibuat-buat biar dia gak ngerjain kerjaan rumah, tuh! Terus kita sarapan apa?"

 

"Alan udah sarapan, Kakak bikin sendiri aja buat Mas Roby. Alan pamit, Kak. Assalamu'alaikum!"

 

"Arrrgghh, ngeselin banget si Melly. Pake acara sakit segala, sih! Sial!"

 

Lian adalah anak perempuan pertama dan satu-satunya di keluarga Alan, ia sangat dimanja oleh keluarganya. Karena itu, ia tidak bisa melakukan pekerjaan rumah apa pun selain melayani suami dan anaknya, tentunya dengan segala hal yang sudah disiapkan Melly.

 

Melly sudah berpakain rapi dengan celana jeans serta tunik berwarna biru dongker dan bersiap-siap pergi.

 

"Mau ke mana kamu!" tanya Lian dengan menghardik.

 

"Mau ke dokter."

 

"Ke dokter aja rapi banget, mo hengot (hang out) kali!"

 

"Astagfirullahaladzhiim, pikiranmu itu, Mbak. Terserah Mbak ajalah mau ngomong apa!"

 

"Ya, terserah aku lah. Terus si Alea gimana?"

 

"Ya, di sinilah. Alea itu masih kecil, jadi rawan kalau dibawa ke rumah sakit, Mbak."

 

"Alea Sayang, Alea main dulu sama Rachel dan jadi anak baik, ya?" ucap Melly yang berjongkok supaya sejajar dengan Alea.

 

"Iya, Ma." Alea menarik lekukan senyum di bibirnya.

 

"Udah sana, jangan lama-lama! Aku lagi sibuk gak bisa jaga Alea!"

 

Melly lantas pergi ke rumah sakit seorang diri. Sampai di sana ia melakukan pemeriksaan dan menjalani beberapa tes yang disarankan dokter.

 

Selama tiga jam lamanya, ia menanti hasil di ruang tunggu. Rasa suntuk melanda sampai akhirnya seorang perawat memanggil namanya. Betapa terkejutnya saat ia melihat hasil tes yang diberikan perawat itu. Matanya sampai tak berkedip selama beberapa detik untuk memastikan apa yang dilihatnya itu tidak salah.

 

 

 

 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zidney Aghnia
Terima kasih sudah membaca karya saya. Jangan lupa baca karya yg lainnya ya. ......
2022-06-04 00:22:43
1
user avatar
Supri Tok
sangat luar biasa
2022-05-04 17:48:03
0
35 Chapters
1. Tak Ada yang Peduli
  Melly baru saja merebahkan tubuhnya di kasur berukuran 180x200 sentimeter. Tulang-tulang punggungnya serasa mau patah setelah setengah hari tanpa henti melakukan pekerjaan rumah. Seisi kamarnya pun semua hanya terlihat seperti bayangan karena penglihatannya yang lelah dan mengabur.  "Melly! Kamu jangan tiduran aja, itu setrikaan masih numpuk!" teriak Lian, kakak iparnya. "Iya, Mbak, aku lagi enggak enak badan," jawab Melly Lirih. "Tadi pagi kamu baik-baik aja!" "Tadi pagi udah meriang, cuma aku gak dirasa aja, Mbak. Tapi, sekarang aku udah ngerasa mau demam. Aku nyetrikanya besok aja, ya?" "Kalau besok kamu masih alasan sakit gimana? Gak jadi lagi nyetrikanya? Terus Alan mau kerja pake baju apa?" hardiknya lagi sambil berlalu meninggalkan kamar. Melly mengambil ponsel j
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more
2. Lelaki Pembawa Pizza
Melly sangat terkejut mendapati hasil tes. Ternyata ia positif mengandung calon adik Alea. "I-ini serius, Dok?" tanya Melly tak percaya. "Iya, Bu. Ini hasil USG-nya dan usia kandungan Ibu sudah masuk minggu ketujuh." "Terus kenapa saya demam, Dok?"  "Sepertinya, karena kurang asupan atau kelelahan. Karena sekarang Bu Melly sudah berbadan dua, sebaiknya Ibu banyak istirahat di trimester pertama ini, ya." Dokter memberikan nasehat. Benar, akhir-akhir ini pekerjaanku terlalu berat, ditambah sejak kemarin pagi aku tidak berselera makan, ucapnya dalam hati. "Terima kasih, Dok, saya permisi." Melly melamun dan memikirkan bagaimana ia akan menjaga asupan sehatnya? Sementara, ia harus bekerja ekstra, ditambah uang yang diberi Alan tidak cukup untuk membeli makanan bergi
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more
3. Anakku Dihina
Sore ...." Suara seorang lelaki yang memasuki rumah. "Wah, lagi pada ngumpul ni. Padahal, aku bawa Pizza buat Mbak Mel sama Alea," sahut Dilan, adik dari Alan, sambil menunjukkan dua dus pizza berukuran Large. "Sini bagi Kakak, Lan! Kakak gak kebagian makan, tau!" Lian berdecak sembari berdiri dan melirik dengan tajam ke arah Melly. "Ini yang satu buat Kakak sama Mami, satu dus lagi buat kakak iparku yang cantiiik."  "Melly gak usah, Lan. Dia udah makan banyak tadi. Ya, kan, Mel?" Rosa, mertuanya, menunggu jawaban "ya" dari Melly. Melly hanya mengangguk segan. Pasalnya, selama berumah tangga dengan Alan, belum pernah sekali pun diajaknya makan di luar atau sesekali membelikan makanan enak. Baru saja ada yang membawakan makanan enak, ia malah harus mengalah dan menahannya. Melly pun haya bisa meneguk air liurnya dalam-dalam. 
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more
4. Rencana Baru
Mel, didik anak kamu yang benar supaya gak nyelakain orang!" hardiknya. Melly menatap wanita itu geram, menahan kekesalannya yang selama ini ditahan. Ia merapatkan mata sesaat, membayangkan sedang mengacak-ngacak rambut wanita itu, lalu menjungkirbalikkan tubuhnya dan melempar ke tempat pembuangan akhir. Setelah puas, ia kembali membuka matanya. "Ngapain kamu merem-merem?! Mau nangis lagi, hah! Dasar Cengeng!"  Melly lantas menjejakkan kakinya di lantai dan menggeram bak kucing yang siap berkelahi dengan lawannya, lalu meninggalkan Lian dan masuk ke kamarnya. Sebenarnya, ia tidak tahan ingin melakukan apa yang baru saja dibayangkan. Jika saja itu bukan kakak iparnya, dia pasti sudah menelannya mentah-mentah walaupun rasanya pasti getir. Melly terus berjalan bolak-balik di kamarnya. Ia merapatkan mata sembari mendinginkan kepala. 
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more
5. Mertua Pilih Kasih
Duuh yang abis senang-senang. Jalan-jalan sama siapa, tuuh …?!" sindir wanita yang tidak menyukai Melly setelah Melly memasuki teras depan rumah.Melly melihat suaminya sudah pulang dan sedang duduk sambil melihat acara televisi. “Kasian tu laki, pulang kerja gak ada yang masakin!" Melly tak menggubris sindiran wanita itu. "Lan, ceraikan aja dia! Udah main seenaknya, gak tahu waktu, ngabisin duit suami, gak becus ngurus suami pula." Lian terus mengoceh tanpa lelah. Melly acuh tak acuh. Ia menarik salah satu kursi makan dan meminta suaminya duduk, lalu ia mengeluarkan sekotak beefstrudle dan satu cup ice cappucino. Lian tercengang melihat apa yang dikeluarkan Melly dari paperbag. "Kamu punya uang buat beli ini?" tanya suaminya. "Ini dibeliin Lisa, Yang.
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more
6. Melly Mulai Berani
Dilan mengangguk. "Mau ke mana, Mbak Mel?" "Mau ke toilet sebentar."Wanita berusia 25 tahun itu bergerak cepat menuju toilet karena merasa ada sesuatu yang akan keluar dari pencernaannya. Ia pun menepuk-nepuk dadanya agar mualnya bisa sedikit tertahan, menutup rapat-rapat mulut dengan telapak tangannya.Karena merasa mualnya sudah naik sampai kerongkongan, ia bergegas memasuki toilet wanita. Dengan sedikit tersungkur di depan watercloset, semua penganan yang ia santap sebelumnya, habis cepat terkuras.Tubuhnya gemetar dan kehabisan tenaga. Ia sejenak menyandarkan diri di dinding kamar mandi mall, mengatur napas perlahan-lahan demi mengumpulkan kembali energinya.Melly kembali melangkah dengan elok menuju tempat para waitress dan kasir berkumpul untuk menghampiri waitress yang tadi datang ke mejanya. Ia meminta total harga yang belum dibayar dan segera melunasi dengan kartu ATM-nya.Setelah kembali ke mejanya, tak lama waitress membawa
last updateLast Updated : 2022-04-07
Read more
7. Arisan Sosialita
"Aaaaahhhhhh ....""Duuh, maaf-maaf, Mbak." "Rachel, hati-hati, ya, Sayaang. Minumannya jadi tumpah ke Mami, deh," kata Melly dengan nada sedikit menyindir. Ia tidak kuat menahan tawa. Dengan segera ia menyimpan nampan di coffeetable dan mengambil beberapa lembar tisu seraya membersihkan bajunya.Lian menangkis tangan Melly karena segan dibantu. Ia pun bangkit dari tempat duduknya. "Diam kamu! Gak usah sok sok perhatian! Kamu pasti sengaja, kan, numpahin minumannya!""Astagfirullah. Demi Allah enggak, Mbak. Kan, Mbak liat sendiri tadi Rachel yang nabrak aku.""Alasan aja kamu! Kamu pasti senang liat aku kaya kuyup gini!""Hmm ... Mbak mau jawaban jujur apa bohong?" tanya Melly dengan raut wajah sedikit memelas."Gak usah jawab, aku tau kamu mau jawab apa!" Lian berjalan ke kamarnya meninggalkan Melly sambil menghentakkan kakinya.Melly memindahkan gelas dan mencucinya. Lantas, masuk ke kamar dan menutup pintunya. Ia bersa
last updateLast Updated : 2022-04-07
Read more
8. Partner Baru
Melly menoleh ke belakang dan—“Hai, Mbak Mel.""Kamu, Lan. Ngagetin aja. Dari kapan di situ? Kok, gak kedengeran masuknya?" "Iya, Mbak. Aku mau ngagetin Mbak Mel.""Kamu udah makan belum? Kebetulan Mbak baru selesai masak. Tolong sekalian panggil anak-anak, ya."Sementara Melly menghidangkan masakannya di meja makan, Dilan, Alea, dan Rachel menarik kursinya masing-masing dari bawah meja makan."Tumben kamu ke sini siang-siang, Lan. Kerjaan kamu gimana?" tanya Melly khawatir Dilan meninggalkan pekerjaannya."Aku tadi abis tugas lapangan dekat sini, Mbak. Jadi mampir karena kangen Alea.""Ooh, gitu. Ya, udah makan dulu," Melly mengambilkan nasi dan lauk untuk Alea dan Rachel di piring yang berbeda."Siap, Mbak. Mbak, kok, bisa masakannya enak-enak. Belajar dari mana, Mbak?" tanya Dilan penasaran."Ini semua resep dari ibunya Mbak, Lan. Karena Mbak Mel anak perempuan paling besar, jadi mau gak m
last updateLast Updated : 2022-04-08
Read more
9. Anak Siapa yang Dikandung?
Alan menunjukkan foto dari ponselnya tepat setelah Melly menunjukkan hasil USG kehamilannya. Foto yang tampak tak asing dan dejavu menurutnya.“Itu, kan, foto Dilan, adik kamu, Yang?""Tepat!" tegasnya seraya melempar ponsel ke tempat tidur.Ia berdiri sembari berkacak pinggang, "Kamu selingkuh sama Dilan, kan!""Astagfirullah, Mas, gak mungkin! Aku gak pernah bersentuhan sama siapa pun selain kamu, apa lagi sampai sejauh itu!""Siapa yang tahu kalau aku gak ada di rumah. Dilan sering main ke sini, kan?!""Iya, tapi enggak lama. Itu juga ada Alea sama Rachel, Yaang.""Mereka masih anak-anak dan gak ngerti apa-apa! Sekarang juga kamu gugurin anak itu!"Melly terhenyak dan tak percaya dengan apa yang dilontarkan suaminya. Bagaimana mungkin ia menggugurkan kandungannya, sudah jelas-jelas kalau itu anaknya. Kenapa dia harus percaya dengan orang lain dengan adanya foto itu."Astagfirullah, Mas, istigfar! Kamu uda
last updateLast Updated : 2022-04-08
Read more
10. Wanita Lain
"Aku gak salah pilih kalian sebagai partner," tutur Melly.Senyum semringah tertarik dari kedua bibir partner yang duduk di hadapannya."Aku bisa menjalankan semua ide kalian, tapi aku akan pilih mana yang lebih dulu kita buat secara urut!"Lisa bengong berpangku pada satu tangannya, menatap sahabatnya."Lis?" Lisa tak bergeming ketika Melly memanggil.Melly pun menempelkan satu cup minuman dingin di pipinya."Hhhhh, dingin, Mel."“Kamu bengong mikir apa?"Lisa tiba-tiba bertepuk tangan pelan, "Ckckck ... aku kagum sama kamu yang sekarang, Mel," ujarnya."Iya, gak, Mala? Aku gak nyangka kakakmu bisa sehebat. Ini udah pantes banget jadi CEO, tapi tetep gak sombong," lanjutnya sambil menyenggol tangan Mala di sampingnya.Seseorang tiba-tiba menghantam meja dengan telapak tangannya tepat di hadapan Melly."Assik, ya. Ketawa-ketawa, haha-hihi! Pan—tas aja kamu minta ART. Ternyata biar bisa sering-se
last updateLast Updated : 2022-04-08
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status