Tergoda Adik Ipar

Tergoda Adik Ipar

Oleh:  Dwi Sartika Juni  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat
119Bab
7.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Jun Hongli bukan sembarang adik ipar. Sulit menolak semua pesona yang dimilikinya. Dia pria lajang yang liar, panas dan luar biasa. Awas, jangan sampai tergoda!

Lihat lebih banyak
Tergoda Adik Ipar Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
rina kamarie
penuh emosi
2023-09-24 17:07:18
0
user avatar
Parlansemet Semet
apdate nya
2022-11-30 01:13:54
0
119 Bab
1. Di Malam Pertama
“Kun, maafkan aku. Aku tidak bisa menikah denganmu.” Elia Eve menundukkan kepalanya. Matanya tertuju hanya pada perutnya yang rata. “Tolong jangan bercanda, Eve. Besok kita akan menikah. Semua sudah dipersiapkan. Kenapa tiba-tiba kau mengatakan omong kosong seperti ini?” Kun Yongli mencengkeram kedua pundak sang kekasih yang teramat dicintainya itu. Penuh rasa putus asa. “Ini bukan omong kosong, Kun. Kenyataannya, aku sedang hamil tiga minggu.” Seharusnya, itu kabar yang menggembirakan bagi mereka yang akan menikah. Tidak untuk Kun. Dia tidak pernah menyentuh Eve lebih dari sekedar pelukan dan ciuman. Sebaik dan sesopan itu lah dirinya terhadap wanita yang sangat dicintainya. “Kau ... kau—” “Aku melewati beberapa malam dengan rekan kerjaku saat kau melakukan perjalanan bisnis keluar kota.” Kun menelan kepahitan kenyataan itu dengan tubuhnya yang nyaris goyah. Dia, pria berhati lembut yang selalu berusaha hidup lurus, termasuk dalam urusan percintaan, nyatanya dikhianati juga. “
Baca selengkapnya
2. Tapi Bohong
Shima menoleh terkejut saat melihat adiknya Kun, Jun Hongli, sudah berada dibelakangnya.Apa yang dikatakannya tadi?“Kau sudah pulang?” Basa-basi Shima hanya untuk mengalihkan pertanyaan Jun yang sepertinya aneh. Dia ingat bahwa pria ini tinggal bersama kakaknya. Jadi tidak aneh melihatnya berkeliaran di rumah Kun.“Aku ada di rumah sejak tadi.” Jun tersenyum, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Shima. “Tawaranku masih berlaku. Kau tidak mau menerimanya?”Shima menjauhkan diri dari bisikan Jun, walau menggunakan cara yang halus.Perlahan, dia sudah berada sedikit berjarak dari tempat Jun berdiri saat ini.Tidak begitu terlihat. Hanya sekilas pandang, Shima mengenal Jun di pesta pernikahannya dengan Kun.Pria itu datang terlambat, karena baru saja kembali dari luar negeri.Kun bahkan tidak sempat memperkenalkan Shima pada Jun. Shima tahu bahwa Jun itu adiknya Kun, dari pemberitahuan ibu mertuanya.“Dia putra kedua sekaligus anak bungsu di keluarga kami. Mungkin dia terlihat sedikit
Baca selengkapnya
3. Perubahan Jun
Jun sedang mengingat momen pagi tadi ketika Shima berhasil menipunya dengan cuma mencium pipinya sekilas, bukan bibirnya.Tertawa geli, Jun tidak menyangka ada wanita yang tidak menginginkan bibirnya.Tawanya terhenti, ketika tiba-tiba saja Nasco muncul ke ruangannya dan berbisik.“Kau gila, ya? Targetmu selanjutnya itu, kakak iparmu?”“Mm-hm,” angguk Jun. “Gila apanya?” Sekarang dia tertawa lagi. Mengingat wajah Shima yang memerah malu sebelum membanting pintu mobilnya.“Tentu saja gila. Jika dia berhasil termakan bujuk rayumu, kau siap bertanggung jawab?” Nasco mengerutkan kening. Dia cuma tahu bahwa Jun tertarik pada kakak iparnya. Tidak diberitahu jika pernikahan Kun dan Shima itu palsu.Tentang kebenaran akan hal itu, Jun cuma ingin menyimpannya seorang diri.“Bahkan jika dia hamil, aku siap menikahinya.”“Apa? Kau gila, hah? Sejak kapan kau membiarkan ada wanita yang mengandung benih darimu?”Jun tertawa lagi. “Sejak mengenal Shima Naomi.” Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Nas
Baca selengkapnya
4. Kunjungan Tidak Terduga
Alaric melintasi dapur untuk mencapai ruang makan, ketika mendengar suara putrinya dari ruangan itu.“Hei, mau apa kau?”Dia melihat Shima yang mundur beberapa langkah dari gerakan Jun yang semakin maju ke arah putri tunggalnya itu.“Ada bulu mata jatuh di pipimu, Kakak ipar.” Jun bersikap tenang. Meski tidak tahu bahwa ayahnya Shima sedang mengintai kegiatan mereka. Dia memang butuh kepercayaan pria itu untuk bisa bebas bergerak di rumah ini. Meski itu, nanti. Belum sekarang. Pelan, tapi pasti.“O-oh.” Shima gugup. Terbaca oleh Alaric sebagai sesuatu yang lucu.“Kenapa putriku itu canggung sekali pada adik iparnya? Padahal Jun itu pria baik. Walau menantuku pun tidak kalah sopan dan tampan dari adiknya.” Setelah berspekulasi sendiri di dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, Alaric pergi ke ruang makan.Mereka makan malam bersama. Bahkan Alaric melarang Jun untuk pulang.“Menginap saja. Kamar di rumahku banyak.” Alaric bukan pamer, dia benar-benar berharap rumahnya kembali
Baca selengkapnya
5. Aku Di Sini Untukmu
Shima mengangguk kuat-kuat, karena tahu Jun pasti tidak bisa melihatnya, tapi ada sedikit cahaya masuk dari jendela di ujung lorong. Melepas bekapan tangannya, Jun menyeret Shima ke kamarnya. “Kenapa ke sini?” “Ssst. Jangan berisik, Shima. Aku merasa ada orang yang berniat menyelinap masuk ke rumah ini.” Mata Shima membulat terkejut. Sebelumnya, walau sudah bertahun-tahun berlalu, kejadian serupa pernah terjadi. Tapi waktu itu, ibunya masih ada. Ibunya, yang melindunginya dari para penyusup yang tidak dikenal saat mereka masuk ke rumah, ditengah malam seperti ini. Saat itu, Alaric Domina tidak ada di tempat. Dia masih dalam perjalanan pulang dari melayat salah satu rekannya yang terkena tembakan salah sasaran. “Jangan bercanda.” Shima memasang raut marah dengan begitu serius. Untuk hal seperti ini, dia tidak bisa diajak main-main. Trauma atas kematian ibunya masih sangat jelas dirasakannya sampai detik ini. Bahkan kedua tangannya kembali bergetar karena begitu ketakutan. Jun men
Baca selengkapnya
6. Bersikap Sewajarnya
Alaric kembali ke rumahnya dengan keadaan ruang kerjanya yang berantakan.Tidak peduli, yang ingin dia pastikan tentu saja keadaan putrinya.Alaric melihat Shima dan Jun berdiri di lorong. Sedang bicara dengan seorang pria asing. Yang jelas, bukan salah satu dari musuhnya.“Shima,” panggil Alaric. Dia berjalan menghampiri putrinya dengan tergesa.“Ayah!” Saat melihat Alaric, Shima berlari meski kedua lututnya masih lemas.Shima menumpahkan rasa takutnya dengan memeluk sang ayah.“Kau baik-baik saja. Tidak apa-apa. Semua sudah aman.” Alaric menenangkan. Dia punya firasat, bahwa kejadian ini akan terulang kembali dan membangkitkan kenangan menyakitkan untuk Shima.“Apa Ayah juga baik-baik saja?” Melepas pelukan, dia menatap Alaric yang berwajah pucat.“Tentu saja.” Sekarang, tatapan Alaric Domina tertuju pada Jun. “Nak, bisakah kau membawa pulang Shima bersamamu?”“Bisa, Ayah.” Jun mengangguk, lalu memberi isyarat agar temannya itu segera pergi dari hadapannya.“Ayah, kenapa aku harus p
Baca selengkapnya
7. Elia Eve
Eve menunggu sambil memeriksa ponselnya. Menanti dengan tidak tenang karena yang ditunggu belum kunjung tiba.[Kau sungguh tidak akan datang?]Berselang dua puluh menit, ketika Eve bahkan sudah lelah menanti, yang ditunggu sejak tadi akhirnya muncul juga.“Maaf. Sudah lama?”“Nyaris saja aku pergi.” Berwajah sedih, Eve menatap Kun dengan sepasang matanya yang berkaca-kaca.“Maafkan aku.”Eve menghela napas. “Jangan terus meminta maaf, Kun.”Kun bermaksud meraih tangan Eve untuk dia genggam seperti biasanya, tapi tiba-tiba hatinya menolak. Menolak agar jangan melakukan lagi hal seperti itu.Bukan karena kini Kun yang sudah menikah dengan wanita lain, tapi sungguh dia tidak ingin membuat Eve dalam keadaan yang sulit.Sulit dalam artian, jika sampai hal ini terendus oleh Mun Kamli—ayah Kun dan Jun—maka tamat lah riwayat mereka. Kun tidak ingin menyeret Eve ke dalam masalah yang lebih besar, apalagi jika itu melibatkan ayahnya.Mun Kamli adalah seorang kepala divisi di sebuah perusahaan te
Baca selengkapnya
8. Memprediksi Keadaan
Kun pulang ke rumah setelah mengantarkan Eve. Mun Kamli sudah menunggunya di ruang keluarga. Duduk tenang di sana, sambil membaca koran. Ada dua cangkir teh yang telah disiapkan Shima untuk mereka. Masih panas. Asap yang menguap dari permukaan cangkir-cangkir itu, terlihat dari jarak Kun berdiri saat ini di ambang pintu.Mun Kamli tahu ada mata yang menatapnya. Menurunkan koran, dia menatap sekilas putra sulungnya dan mengangguk, isyarat bahwa Kun boleh mengganggu waktu membacanya.“Ya, Ayah?” Sapaan, bukan. Itu langsung inti dari pembicaraan. Kun mengatakan itu karena tahu, tadi ayahnya memperpendek waktu pembicaraan mereka ditelepon.“Kenapa menantuku dijemput oleh adikmu?”Tersentak. Kun tidak tahu akan hal itu. Pikirannya langsung kosong setiap kali terjebak oleh pertanyaan Mun Kamli yang tidak ada jawaban di kepalanya.Mun tahu bahwa Kun tidak punya jawabannya. Dia meneliti wajah putranya yang kebingungan.“Sesuatu terjadi di rumah ayah mertuamu. Pencurian. Kebetulan sekali adikmu
Baca selengkapnya
9. Tidak Berjalan Sesuai Rencana
Jun menyembunyikan kekesalannya lewat sikap yang seolah tidak peduli, saat melihat Shima dan Kun keluar kamar bersama sambil mengobrol santai.“Tingkah mereka seperti pasangan sungguhan saja,” gerutu Jun. Berharap semoga Shima mendengar sindirannya barusan.Tentu saja tidak. Jarak mereka cukup jauh. Bahkan Shima tidak berpaling sedikit pun dari tatapannya pada Kun. Membuat perasaan Jun kian memanas. “Jun.” Kun menyapa, ketika dia dan Shima sampai tepat di sisi Jun yang tengah bersantai. Ada senyum singkat yang serasa tak enak, melihat raut wajah sang adik. “Bisa bicara sebentar?”“Tidak bisa di sini saja?”Kun merasai keengganan Jun yang terdengar jelas lewat suaranya.“Tidak masalah, kalau kau tidak keberatan didengar oleh selain kita.” Tentu maksud Kun itu, Shima.Jun bangkit dengan malas. Mendorong perasaan hatinya yang masih memanas karena ulah Kun dan Shima yang keluar kamar dengan wajah seolah terpuaskan.Tidak ada seks. Jun paham benar siapa itu Kun Yongli. Bahkan dia sudah tah
Baca selengkapnya
10. Jangan Memaksa dan Terpaksa
Alasan konyol!Karenina membutuhkan masukan dan arahan untuk presentasi senin di kantor.Minggu adalah hari peringatan kematian ayahnya, sehingga hanya hari ini dia memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri dan segala keperluan lainnya.Jun tidak dapat berkata apa-apa lagi, karena mereka satu tim dan Karenina menggunakan alasan ‘peringatan kematian sepuluh tahun ayah’-nya sebagai niat terencananya ke rumah ini.“Tunggu aku di halaman belakang.” Jun meminta kedua rekan kerjanya itu pergi lebih dulu, karena dia harus mengambil laptop di kamarnya.Sepeninggal Jun, Nasco dan Karenina bergerak menuju ke arah samping.“Oh, aku lupa memberikan buah dan puding yang kubawa.” Karenina sengaja melupakannya tadi dan baru mengingatnya sekarang.“Ya sudah, ambil lah.” Nasco berkata sambil lalu. Dia sibuk mengetik pesan untuk teman-teman di obrolan grupnya. “Nanti letakkan saja di ruang tamu.”“Oke.” Karenina melangkah cepat menuju garasi, mengambil bungkusan buah dan kotak puding di mobil Nasco,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status