Seseorang tuan muda besar yang merupakan CEO dari perusahaan terbesar sepanjang masa dalam dunia bisnis yang tak lain lain adalah MaLvi Company. Reza Abrisam Malviano ialah pemilik perusahaan tersebut. Dengan sifatnya yang arogan, sombong, dan angkuhnya tak luput dengan banyaknya orang-orang yang mau menghancurkan dirinya terlebih lagi dengan kedudukannya di MaLvi Company. Tangannya meraih lalu membuka map biru yang bernama 'Nara Charlie' Reza sudah bersumpah akan membalaskan dendamnya pada keluarga Charlie, walau pun ia tahu kalau Nara tidak bersalah sama sekali tapi tetap saja bagi Reza. Orang sudah berkhianat akan selamanya seperti itu. Reza sama sekali tidak pernah memandang bulu jika ingin membalaskan dendamnya. Markas yang ia beli untuk dijadikan tempat eksekusian para tikus-tikus nakal sudah menjadi bukti betapa kejamnya Reza dalam dunia bisnis. Reyhan yang sudah hafal betul gimana sifat dan juga perilaku Reza, ia berharap penuh dengan seseorang gadis yang akan menjadi mangsa Reza selanjutnya.
View MoreMansion mewah berdesain klasik yang mempunyai kualitas yang tidak usah diragukan lagi serta dilengkapi dengan fasilitas berkelas tinggi hampir semua teknologi yang dipakai serba otomatis dan bersandi hanya sidik jari, mansion ini telah dibeli oleh seseorang tuan muda besar yang merupakan CEO dari perusahaan terbesar sepanjang masa dunia perbisnisan yang tak lain adalah MaLvi Company.
Reza Abrisam Malviano ialah pemilik mansion itu dan juga seorang CEO dari perusahaan besar MaLvi Company. Reza memiliki segudang aset mewah yang ia beli untuk kepuasan pribadinya. Dengan sifatnya yang arogan, sombong, dan angkuhnya tak luput dengan banyaknya orang-orang yang mau menghancurkan dirinya terlebih lagi dengan kedudukannya di MaLvi Company.
Tok tok tok tok
“Masuk,”titahnya seraya membenarkan kaca mata yang ia pakai.
“Tuan.”
Namanya Reyhan Sebastian Putra, ia merupakan tangan kanan Reza atau bisa dibilang asisten pribadinya. Reza dengan kenal Reyhan, saat ia berkunjung ke sebuah panti yang biasanya ia kunjungi disetiap hari pekan. Di sana ia melihat Reyhan yang lagi belajar bela diri, kemampuannya tak hanya itu saja. Reyhan juga memiliki segudang prestasi yang lagi tak usah lagi untuk diragukan. Reza menemui Reyhan dan mengatakan ia akan mekrekrut Reyhan sebagai asisten pribadinya. Tak hanya itu saja Reza pun membiayai pendidikan Reyhan serta memberikan Reyhan fasilitas mewah.
“Ada apa?” tanyanya to the point.
Dalam keadaan seperti ini bagi Reza tak penting terlalu banyak basa-basi dalam berbicara itu hanya mengulur banyak waktu dan menjadi topik yang omong kosong.
“Saya sudah menemukan gadis yang tuan cari,” jelas Reyhan, membuat Reza tersenyum smirk di balik layar laptopnya.
“Dimana dia sekarang?” tanya Reza yang masih terfokus dengan laptopnya.
“Dia tinggal di kediaman Charlie bersama mamanya.”
“Lalu?”
Reyhan terdiam, ia ragu untuk mengatakan ini.
“Kenapa diam? Bisu?!” ucapnya sambil menutup laptop dan menatap tajam Reyhan.
“Dia masih SMA, tuan,” ucapnya menunduk.
“Silahkan keluar!” bentaknya berhasil membuat Reyhan bergegas keluar ruangan.
Reza memutar kursi kerjanya untuk menghadap ke kaca jendela gedung yang disuguhi oleh pemandangan kota Seoul. Reza melepaskan kaca matanya seraya menarik nafas dalam.
“Jadi kamu masih diasingkan sama Charlie dan masih SMA ya, sayang. Tak masalah akanku buat hidupmu lebih menderita, melebihi apa yang aku rasakan sampai sekarang,” monolognya seraya menatap foto gadisnya yang sedang tersenyum manis.
Tok tok tok tok
“Masuk!”
“Tuan ini data gadis yang bernama Nara Briella Charlie.”
“Hmm, taruh di meja saya.”
“Baik tuan,” setelah itu Reyhan kembali ke meja kerjanya dan melanjutkan aktivitasnya kembali.
Reza tidak pernah mengatakan ‘terima kasih’ atau ‘maaf’ itulah sifat yang selalu dibenci sesama rekan kerjanya dan karyawan lain di sini. Reza membuka map biru yang bertulis ‘Nara Charlie’ ia membuka lembaran pertama yang berisikan data gadisnya lengkap dengan alamatnya, lembaran kedua berisikan kegiatan Nara selama ini, dan lembaran terakhir berisikan foto keluarga Nara. Mata Reza memanas melihat foto Cleo Charlie ayah dari Nara Charlie.
“Sudah cukup mainnya, Charlie. Akan aku buat, anak beserta istrimu akan menemui ajalnya secepatnya sepertimu,” tekadnya yang sudah bulat.
Selama ini Reza menyuruh Reyhan untuk mengawasi kegiatan Nara dan memberitahukan padanya. Reza memendam semuanya, memendam satu kejadian yang berhasil membuat dirinya jadi seperti ini. Ia akan melakukan apa pun demi sebuah kemenangan dan membagakan dirinya atas keberhasilan meskipun ia melakukannya dengan cara yang salah.
Reza sudah mencari gadisnya sejak lama dan sekarang waktu yang tepat untuk menemuinya.
Disisi lain aku yang berada di kamar ruang inap mama yang hendak pergi.
“Mama, aku berangkat kerja dulu ya. Mama cepet sehat biar kita pulang,” ucapku mencium tangan kanan mama. Kondisi mama saat ini yang semakin lemah terbaring di rumah sakit. Aku berjalan ke tempat administrasi untuk mencicil biaya pengobatan mama.
“Permisi sus, atas nama Sherlie Charlie kamar 407 block C,” ucapku dengan rasa takut, aku takut kalau biayanya akan semakin mahal dan semakin lama pula aku melunasinnya.
Dari kejauhan Reza sudah melihat langsung seperti apa gadisnya, terdapat senyuman smirk yang terpancar saat gadisnya sedang merasa kekatukan tapi berusaha untuk menutupinya.
“Tunggu sebentar ya ka,” jawab salah satu suster.
“Total biayanya masih ada 46 juta, ya ka. Ka Nara baru lunasin 4 juta aja ka.”
Aku tercengang mendengar semua jumlah total selama ini yang aku lakukan demi pengobatan mama.
“Maaf sus sebelumnya, Nara baru ada 2 juta aja sus,” ucapku sambil memberi uangnya.
Setelah dari tempat administrasi aku berjalan ke depan ruangan mama dan duduk. Pikiranku menjadi sangat kalut terlebih-lebih saat mendengar jumlah total biaya yang harus aku tanggung seorang diri. Air mataku yang terus mengalir membahasi pipi.
“Nara cape,” ngeluhku sambil menutup mata dan membiarkan pipiku terus menerus basah karna air mataku yang tak kunjung berhenti.
“Aku rasa kamu butuh ini,” ucap pria yang duduk di sampingku, aku membuka mata dan menatap keheranan padanya.
“Menggemaskan,” batin Reza.
Reza menyodorkan tisu sama susu kotak rasa strawberry. Tanganku terulur ragu mengambilnya tapi tiba-tiba pemuda ini menaruhnya di pahaku. Aku membuka pembungkus tisunya dan menyekat air mataku.
“Makasih,” Reza hanya mengangguk.
“Untung strawberry bukan vanila,” batin seraya meninum susunya.
Keheningan mulai meyelimuti kita.
“Di dalam ada siapa?” tanya Reza seraya menatap pintu ruangan.
Aku hanya menundukan kepala. “Mama.”
Reza hanya tersenyum miring seraya melihat gadisnya yang sudah bertunduk lemas, itulah yang Reza inginkan membuat mangsanya bertunduk lemas.
“Sakit apa?” tanya Reza seraya membenarkan posisi duduknya.
aku tidak menjawab pertanyaannya, buat apa menjawabnya? lagi juga dia orang asing.
Reza semakin dibuat penasaran dengan gadis yang berada di sampingnya. “Kamu udah makan?” aku hanya menggeleng, karna memang faktanya aku belum makan dari tadi pagi.
“Mau makan?” tanyanya sambil menyamakan posisi kita. Aku menatapnya dengan mata sembab sambil menarik ke dalam ingusku.
“Nara ga punya uang lagi, udah abis,” saat ini posisiku dan pemuda ini sedang duduk berhadap-hadapan.
“Lucu banget kamu,” batin reza.
“Aku ada uang. Ayo makan di kantin!” ajaknya seraya meraih lenganku. Aku sontak di buat kaget sama perilakunya yang menurutku ini udah ga sopan. Aku menarik tanganku kembali.
“Kenapa?” tanya Reza mengerutkan dahinya.
first impression Reza bertemu dengan Nara, tidak terlalu buruk seperti yang ia pikirkan. Nara jauh lebik baik sifatnya dibandingkan keluarganya.
“A-aku bisa jalan sendiri,” ucapku lalu berjalan cepat mendahuluinya.
“Polos banget,” gumam Reza sambil berjalan mendekati Nara.
Sesampainya di kantin Reza memesankan 2 nasi goreng sama es jeruk. Canggung, itulah yang ku rasakan saat ini.
“Makasih,” ucapku dengan tersenyum padanya sambil tanganku meraih kotak tisu lalu mengarahkan tisunya ke bibirku yang berminyak.
Reza yang tak sengaja melihat senyumanku dibuat salting dan mengarahkan pandangannya ke yang lain.
“Ah sialan! Begitu manis,” umpatnya dalam hati.
Aku menoleh ke Reza yang tiba-tiba terpaku dengan ucapanku barusan, apa aku salah ngomong tadi? Kenapa dia tiba-tiba diam? Malahan sekarang yang menjadi bingung sendiri.“Reza? Kamu kenapa?” aku menyerngit kebingungan, aku takut kalau ucapakan aku salah.Reza berusaha untuk menutupi sikap gugupnya agar tidak ketahuan kalau ia sedang panik. “Ah, gapapa,” ujarnya yang berusaha tenang.“Beneran?” aku hanya ingin memastikannya lagi kalau ia benar-benar tidak apa-apa dengan ucapanku yang barusan. “Iya.” Reza menambah kecepatan mobilnya tiba-tiba perasaannya berubah menjadi tak tenang.“Tapi…” ucapku yang mulai terdengar mulai getir, sesak rasanya ingin mengatakan ini.Reza menunggu kelanjutan dari Nara, ia sedikit melirik ke arah samping dan mendapati gadisnya yang sedang mengepal erat hingga berubah warna kulitnya men
Aku terbangung sekitar pukul 08.00 aku merasakan pegal di bagian leher saat aku menoleh ke samping aku mendapati Reza yang tengah tertidur pulas, tangan kecilku mengusap rambut tebalnya lalu beberapa kali menyibak rambutnya dengan lembut, aku menghembuskan napas lelah dan mencoba untuk duduk perlahan-lahan agar tidur Reza tidak terganggu gara-gara pergerakan aku. Aku usap air mataku yang tiba-tiba menetes, semua beban yang berada dipundakku sudah terlalu banyak dan aku tidak sanggup untuk menahan semuanya.Semua kejadian yang aku alami sudah cukup membuatku hampir gila, aku melihat pergelangan tangan kiri yang hampir penuh dengan goresan cutter hanya goresan itu membuatku merasa lebih baik dan tenang.Kehidupanku jauh dari kata baik, semuanya aku punya sudah hancur berkeping-keping, semua yang aku sayangin sudah tidak ada lagi. Apa kehadiranku membawa kesialan bagi keluargaku sendiri?Isak tangisku semakin lama semakin k
Flashback OnSaat memasuki ruangan dokter, tangan dokternya terulur untuk berjabat tangan tapi Reza enggan melakukan itu dan langsung duduk, tatapnnya begitu dingin. “Katakan.”“Apa nona suka minum obat tidur dengan dosis yang tak seharusnya dianjurkan, tuan?” ujar Rafa selaku dokter yang menanganiku .Reza terdiam sejenak. “Maksudnya?”“Baik, tadi ada anak buah tuan yang memberi obat ini, saat kami melakukan pengecekan dan menyatakan kalau obat ini adalah sebagai obat penenang dan obat tidur,” jelas Rafa yang memberikan beberapa merk obat yang biasanya aku minum.Reza terlihat sangat kebingungan dengan penuturan dokter Rafa, ia mencoba meraih obat tersebut lalu mencium aromanya. Reza sangat tahu dengan aroma obat ini, obat yang biasanya orang tersayangnya minum hingga sudah tiada. “Mama,” lirik Reza dalam batin.
Sedang si pengirim pesan misterius lagi tertawa kemenangan, Ia makin ga sabar untuk membuat Reza menderita atas aksinya setelah beberapa tahun ia mencoba untuk sabar dan memilih waktu yang tepat.Reza Malviano selaku CEO dari MaLvi Company, ia mempunyai banyak kekuasaan atas jabatannya pemilik perusahaan dan CEO. Kekuasannya yang membuat Reza bertindak semaunya tanpa takut ada yang menuntutnya sekali pun, ia sudah kebal dengan para musuh-musuh di luaran sana.Kekuasaanya yang membuat semua orang harus mau ga mau bertunduk dan berlutut pasrah padanya. Reza sangat berpengaruh dalam bidang bisnis segala cara akan ia lakukan untuk berhasil dan memenang tender. Walau ia tau itu akan melanggar aturan tapi seorang Reza Malviano tidak bisa diperintah dengan siapa pun.Reza hanya bisa memerintah tapi tak bisa diperintah.Itulah julukan yang ia dapatkan.Ada banyak perusahaan ternama yang
Sekarang dirinya bingung harus berbuat apa untuk Nara percaya sepenuhnya pada Reza. Setibanya di kantor, Reza menyuruh Reyhan untuk menemuinya di ruangan pribadi, Reza. Di perusahaanya Reza memiliki dua ruangan yang berbeda dan berbeda pula fungsinya tidak bisa sembarangan orang bisa meyelinap masuk.Tok tok tok tok“Masuk.”Reyhan menghela nafas. “Ini pasti masalah, Nara?” duganya.“Iya.”“Ada apa nih?” tanya Reyhan seraya mengambil toples kacang almond.Plak!“Punya gue,” Reza memukul tangan Reyhan yang hendak mengambil harta bendanya. Reyhan mendengus kesal. “Yailah pelit.” Reza ga akan ngebiarin siapa pun mengambil kacang almondnya, baginya kacang almondnya adalah moodbosternya.“Gue bingung sama diri gue sendiri…&rdqu
Aku membawakannya teh hijau hangat, air hangat, minyak kayu putih, dan kompresan air hangat. "Reza jangan bobo dulu," aku menggoyangkan pundaknya."Kamu ngikutin apa yang aku suruh ya," pintaku seraya menyibak rambut tebalnya."Kalau aku ga bisa?" tanyanya polos. Aku terkekeh geli, ternyata ini sifat aslinya.Aku membantunya untuk duduk namun, dia hanya senyam-senyum ga jelas. "Kamu minum ini pelan-pelan ini panas, ya," aku mengambil gelas teh hijau lalu di kasih ke Reza."Huh! Nara ini panas," ucapnya sambil mengibas-mengibas tangannya ke mulut."Ahahahaha kamu ih. Kan aku suruh apa? Pelan-pelan, Reza.""Kamu cantik..." godanya."Hmm." Ia memajukan bibirnya dengan ekspresi marah. Aku yang melihatnya jadi gemas sendiri."Apa kamu marah? Aku ga mau tolongin kamu lagi," ucapku yang seolah-olah dibuat marah. 
"Reza..." panggilku sekali lagi sambil memegang kepalan tangannya tapi Reza menepis tanganku dengan kasar."BISA DIEM! LO GA TULI, KAN! NARA CHARLIE!" gertaknya yang membuatku takut dan berjalan mundur perlahan. Reza menekan kata-kata 'Charlie' Jujur aku sakit hati mendengar ucapannya, sifatnya yang berubah drastis. kenapa Reza bisa berbicara sekasar itu kepada perempuan.Plak!Tangan Reza mengudara dan mendarat di pipiku. Jelas aku sangat kaget dan merasakan sangat perih di pipiku. Bibirku kaku tanganku refleks memegangi pipi yang ia tampar. "Nar, aku..." ucap Reza yang berubah menjadi khawatir dan memegangi tanganku. Ia mencoba mengangkup pipiku, Aku lepaskan tangannya dengan kasar dan berjalan keluar seraya memegangi pipiku yang terasa perih tangisku pecah saat keluar dari ruangannya.“Nara,” lirihnya.Aku bergegas keluar dengan air mata yang terus-terusan mengalir
Setibanya di ruangan Reza yang kalah megahnya dengan mansion Reza, aku melihat banyak tumpukan kertas-kertas penting hampir mejanya full dengan tumpukan berkas-berkas. Aku mendengar helaan nafas kasar Reza, tangan kecilku mengusap punggung besar Reza.“Kamu di sini ya, aku mau cek-cek dulu,” ujarnya sambil menunjuk meja kerjanya.Aku lihat-lihat perusahaanya bener-bener sangat megah dan berkelas ga salah juga mendapatkan penghargaan perusahaan tersukses dan termaju kedua di dunia. Aku jadi heran sendiri apa ia menderikan ini dari nol atau warisan dari ayahnya.Aku mulai merasa insecure.Aku berkeliling menelusuri setiap sudut ruangan Reza. Menurut u ruangan ini lebih cocok dikatakaan sebagai rumah tapi bedanya di sini ga ada dapur. Di sini sangat lengkap terdapat dua kamar mandi, dua kulkas, Tv, microwave, mesin pembuat kopi, dan kamar.Tunggu ini ada ka
"Sebentar lagi sampe," Reza mengelus rambutku berkali-kali dan itu rasanya sangat nyaman. Aku merasa nyaman dan rasa ngantuk mulai menyelimutiku."Andai ini bukan dendam, Nar. Aku pastiin aku udah ngerasa bahagia banget," batin Reza. Reza juga udah mulai merasakan aneh pada dirinya semakin hari perasaan itu mulai tumbuh dengan perlahan.Reza menoleh ke arah Nara yang sedang berdamai dengan alam mimpinya, ia tersenyum tipis dan menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik gadisnya. “Nara, bangun yuk udah sampe,” Reza menggoyangkan pipi tembam gadisnya.“Kenapa pipinya tembem banget si,” gumam Reza.Aku yang merasa tidurku terusik padahal baru merem sebentar tapi udah diganggu aja. “Eeunghh…”“Ayo, kamu mau ketemu sama mama, kan?” aku mengangguk perlahan dengan mata yang masih terpejam.Saat nyaw
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments