Blurb: "Nama aslinya Natalie Amber Kyle. Dulunya bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah cafe. Kemudian bertemu dengan seorang agen mata-mata wanita. Mulai mengikuti kegiatan mata-mata dan aktif sebagai agen saat berusia 19 tahun. Sepertinya ia lebih banyak mengambil kasus yang berkaitan dengan wanita penggoda dan sepertinya sedang menjalankan misi dari kliennya," terang Jeremy, panjang lebar. "Hei, Rai. Jangan bilang kau tertarik pada gadis itu. Sekali berhubungan dengannya, riwayatmu akan tamat!" seru Jeremy memperingatkan. Usai menggerakkan satu jarinya di leher. Yang berarti mati. "Kau sangat tahu aku, bukan? Aku sangat suka tantangan. Lagipula bukankah menurut informasi dia selalu menjalankan tugas yang berkaitan dengan wanita penggoda. Itu artinya, para lelaki yang dia dekati pasti berhubungan dengan wanita penggoda. Kurasa dia hanya membuka kedok asli dari para pria bajingan. Aku jadi ingin memberinya sebuah misi." Rai tersenyum, sembari memikirkan sebuah siasat. Benarkah Natalie adalah seorang mata-mata yang menyamar jadi wanita penggoda? Dan apa misi yang dimaksud Rai?
Lihat lebih banyakPlak!
Tamparan keras mendarat di pipi Natalie, saat ia tengah berada di sebuah cafe sore ini.
"Perempuan laknat! Berani sekali kau mendekati suamiku! Kau pikir siapa dirimu! Beraninya kau menggoda suamiku!" Tak cukup puas, wanita itu kemudian memaki Natalie.
Natalie hanya mengelus pipinya, sambil menyeringai ke arah wanita yang baru saja menamparnya.
"Kembalikan harta yang telah diberikan suamiku padamu!" Wanita itu kembali merendahkan Natalie.
"Hei, Nona! Apa kau sadar yang kau lakukan?" Natalie memandang wanita itu dengan sinis.
"Aku sangat sadar! Hei semuanya ... dengarlah! Wanita ini adalah pelakor! Dia suka merayu lelaki yang telah bersuami!" Wanita itu lalu berteriak, sembari menunjuk-nunjuk Natalie, membuat beberapa orang di dalam cafe menatap ke arah mereka.
Natalie masih dengan santai menanggapinya, sesekali mencemooh wanita di hadapannya."Cih! Lihatlah wanita ini. Mengatakan wanita lain penggoda, tapi tak sadar bahwa dirinya satu spesies dengan wanita yang dia sebut penggoda itu!" ujar Natalie, seraya memperbaiki tatanan rambutnya.
"Apa katamu?! Dasar murahan!" Wanita bernama Celine itu tampak semakin murka. Ia mengambil sebuah gelas dan melemparnya ke arah Natalie.
Dengan santai, Natalie menghindarinya, lalu mencemooh ke arah Celine.
"Argh ... murahan!" Celine berlari ke arah Natalie, hendak menjambak rambutnya.Dengan mudah, Natalie menangkap tangan Celine.
"Ingin melukaiku? Tidak semudah itu!" cerca Natalie, lalu menghempas tangan Celine dengan kasar, sehingga Celine terjatuh ke lantai."Kau…!" Celine tersekat, tak mampu berucap. Tak lama terdengar suara tangisan.
"Apa salahku? Kenapa kau membuat hidupku seperti ini? Aku tak mengenalmu, kenapa kau menghancurkanku?" Celine menangis dengan pilu. Namun Natalie tak sedikit pun tampak mengasihani wanita itu.Natalie berjongkok di hadapan Celine yang terjatuh.
"Wanita sepertimu tak pantas dikasihani!" ujar Natalie, lalu menuangkan air ke atas kepala Celine. "Anggap ini sebagai bayaran atas tamparanmu!" lanjut Natalie, lalu meninggalkan cafe. Sementara Celine masih menangis sesenggukan di dalam sana.Terlihat beberapa orang menghampiri Celine, berusaha menenangkannya. Sementara beberapa orang lainnya mengutuk Natalie.
Natalie hanya menggeleng-gelengkan kepalanya."Dasar orang-orang na'if!" cemooh Natalie, sesaat sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan cafe. ***Tring ...
Dering telepon terdengar dari handphone Natalie. Tertulis nama penelepon itu, 'Pria Berengsek 2'.
Natalie tak langsung mengangkat, membiarkan telepon itu terus berdering. Beberapa detik kemudian, suara dering menghilang. Hanya beberapa saat, sampai nada dering itu terdengar kembali.Natalie masih enggan mengangkat. Ia malah meninggalkan telepon yang masih berdering itu menuju ke kamar mandi. Pikirannya stress usai mendapatkan serangan tak terduga sore tadi.
Ia tak menyangka hubungannya dengan pria berengsek ketahuan secepat itu oleh istrinya."Aku akan memperhitungkannya pada Rio!" ujar Natalie, saraya mengguyur wajahnya di bawah shower.
Beberapa menit kemudian, Natalie keluar dengan handuk berbalut di tubuhnya.
Handphonenya masih menyala, dengan panggilan yang sama. Ia menaikkan alis, lalu segera mengambil handphone-nya, menekan tombol berwarna hijau di layar pipih itu."Hello ... Natalie." Terdengar suara lelaki di ujung sana.
"Y-ya, Rio," Natalie menjawab dengan nada gugup.
"Kau tidak apa-apa?" Suara pria itu terdengar khawatir.
Cih! Pria berengsek sama saja.
"Rio ... lebih baik kita putuskan hubungan kita saja. Aku tak sanggup. Tahukah kau apa yang dilakukan istrimu padaku?" Natalie sesenggukan, menirukan suara tangis.
"A-apa?! Apa yang dilakukan Celine padamu?"
"Dia menamparku!" adu Natalie.
"Kurang ajar!" Rio terdengar kesal. "Kau jangan khawatir. Aku pasti akan membuat Celine meminta maaf kepadamu." Rio menenangkan Natalie.
"Jangan, Rio! Aku takut ia akan semakin dendam padaku. Akan lebih baik kalau kita akhiri saja sekarang! Aku mencintaimu, Rio. Aku harap kau bahagia." Setelah mengatakan itu, Natalie buru-buru memutuskan panggilan, lalu menonaktifkan ponselnya.
"Huh ... pria bodoh yang lain." Natalie tersenyum licik, kemudian buru-buru memasukkan pakaiannya ke dalam koper.
***Di tempat lain ....
Plak!
"K-kau menamparku, Rio?" Celine terkejut, saat pulang malah disambut tamparan oleh Rio.
"Bukankah kau suka menampar? Bagaimana rasanya, hah?!" Rio mencerca Celine.
"A-apa maksudmu?" Celine sesenggukan, menahan sakit di pipinya.
"Bukankah ini yang kau lakukan pada Natalie?"
"Oh ... jadi wanita murahan itu mengadu padamu!" Celine murka.
"Jangan sebut dia murahan!" bentak Rio.
"Kalau bukan murahan, lalu apa, hah?! Penggoda?" Celine ikut membentak.
Plak!
Sekali lagi, tamparan mendarat di pipi Celine.
"Sudah kukatakan, jangan sebut dia begitu!" Kali ini, suara Rio terdengar semakin keras."A-aku istrimu, Rio. Aku yang mendampingimu selama ini. Bukan wanita itu." Celine mengiba.
"Aku tak peduli! Sekarang juga, kau harus minta maaf pada Natalie!"
"Minta maaf? Kenapa aku? Yang penggoda dia, bukan aku!" Celine tak terima.
"Aku tak peduli! Aku mencintai Natalie. Jika kau tak bisa meminta maaf padanya, jangan salahkan aku, jika aku membuangmu dan membawa Natalie sebagai penggantimu!" paksa Rio.
"A-apa maksudmu, Rio? Kau ingin membuangku demi wanita itu?" Celine tak percaya apa yang ia dengar.
"Ya. Dan aku bisa melakukannya sekarang juga," ancam Rio.
"Kumohon jangan buang aku!" Celine bersujud di bawah kaki Rio.
"Bagus! Jika tak ingin kubuang, kau tahu apa yang harus kau lakukan!" Rio menggenggam pipi Celine dengan tatapan mengancam. Lalu mendorong tubuh Celine, hingga ia jatuh ke lantai.
Setelah itu, Rio meninggalkan Celine sendiri di ruangan itu."Argh ... aku tak akan membiarkanmu menang, wanita murahan!" Celine berteriak frustrasi, membayangkan wajah Natalie yang menertawakannya.
Celine tak menyangka suatu saat mendapati perselingkuhan suaminya dengan seorang wanita yang terkenal dengan sebutan penggoda.
Selama ini rumah tangganya bersama Rio selalu baik-baik saja. Sampai suatu ketika, Celine mendapatkan telepon dari seorang wanita yang mencari Rio, suaminya.Ketika ia bertanya, wanita itu justru berkata kalau ia adalah kekasih Rio.
Celine yang murka, memaki-maki wanita itu, lalu meminta penjelasan dari Rio. Ia pikir Rio akan minta maaf padanya, lalu memutuskan hubungan dengan wanita itu. Namun alangkah terkejutnya Celine, tatkala Rio malah mengaku mencintai Natalie. Hal itu membuat Celine semakin meradang."Pasti wanita murahan itu yang menggoda Rio! Iya, pasti dia. Rio tidak mungkin meninggalkanku demi wanita lain." Celine mencoba menenangkan diri. Setelahnya, ia mengutus orang untuk mencari tahu tentang Natalie.
Ia mendapatkan informasi kalau ternyata Natalie sering berhubungan dengan beberapa lelaki yang berstatus suami orang.
"Cih! Hanya seorang wanita penggoda, ingin merebut Rio. Tak akan kubiarkan!" tekad Celine.
Hari berikutnya, Celine mendapatkan alamat wanita yang menggoda suaminya.
Tanpa segan, ia menghampiri Natalie di rumahnya.Siapa sangka, saat Celine tiba, ia mendengar suara desahan dari dalam, disertai dengan suara lelaki yang sangat ia kenal, yaitu suara Rio, suaminya.
Alangkah hancurnya hati Celine kala itu. Dengan air mata berlinang, ia pergi meninggalkan rumah itu. Ia tak berani memastikan suara lelaki itu adalah suaminya. Ia hanya pergi, dengan menyisakan dendam di hatinya."Akan kubalas kau! Akan kubalas suatu saat nanti!" Celine masih mengerang frustrasi dengan suara yang serak.
.
.
.
Sore harinya Jeremy pulang, dengan membawa beberapa obat penurun panas dan pereda nyeri untuk Rai. Meski sebenarnya ia tak ingin menyia-nyiakan uang untuk orang tak dikenal, tapi sisi kemanusiaaannya tak tega jika harus membiarkan Rai dalam keadaan sengsara.Sesampainya di rumah, ia mulai berteriak,"Bu ... Bu." Ia memastikan, jika ibunya ada di rumah."Masuklah, Jemz. Jangan berteriak seperti itu." Ibu Jeremy menasehati."Bu, di mana pria itu? Ia belum mati, kan?" canda Jeremy.Plak."Aw ... sakit, Bu." Jeremy meringis, saat sebuah sapu mendarat di kepalanya."Jaga ucapanmu, Jemz. Kau tidak lihat, pria itu duduk di kursi tamu?!" Ibu Jeremy memelototi anaknya itu."Ups!" Jeremy menutup mulutnya, saat menoleh dan mendapati Rai yang tengah menatapnya sangar."Hei, Bro. Kau sudah bangun rupanya. Bagaimana perasaanmu? Apa kau masih bisa merasakan denyut jantungmu?" Jeremy masih saja bercanda, kemudi
"Argh ... sakit!" teriakan Celine, begitu menggelora di dalam kamar."Maafkan aku, Denia. Kumohon," pekik Celine, memelas.Ia merasakan hawa panas di sekitar wajah, juga selangkangannya. Ia bahkan tak mengingat jelas, kapan terakhir kali ia pingsan. Setiap terbangun, Celine selalu merasakan gatal di sekitar selangkangan, serta wajahnya. Ia tak tahan untuk tidak menggaruknya, membuat bagian yang sensitif itu terluka."Denia ... kumohon ampuni aku. Argh ... aku tak sanggup lagi, Denia. Kumohon, beri aku obat. Argh ...." Suara itu kemudian berubah menjadi tangis pilu.Denia hanya tersenyum puas, mendengar tangisan Celine. Ia merasa tak perlu mengotori tangannya untuk menyakiti Celine. Justru tangan Celine sendiri lah yang membuat luka di tubuhnya."Wah, wah, Nyonya. Aku sangat terkesan padamu. Kau bahkan belum menggunakan tanganmu untuk menyakiti Celine, tapi wanita itu malah teriak dengan hebohnya," puji Natalie, dengan nada menyindir. 
"Sialan! Argh ...." Rio yang stres, terus melampiaskan amarahnya pada stir mobil.Beberapa menit kemudian, ponselnya berbunyi. Tertera nama Celine di sana."Cih! Untuk apa wanita murahan ini menelponku? Semua gara-gara dia. Seandainya ia tidak muncul, aku tak 'kan kehilangan kendali seperti tadi. Sekarang, apa yang harus kulakukan? Denia pasti tidak akan memaafkanku." Rio merenung sesaat. Menyesali atas apa yang ia ucapkan pada Denia. Ia benar-benar takut, jika Denia mengetahui hubungan gelapnya dengan Celine.Sebagai seorang lelaki, terkadang ia ingin mendapat perlakuan mesra dari Denia. Tapi, karena Denia seorang wanita karir, membuat ia jarang berada di rumah. Rio merasa diperlakukan seperti lelaki bayaran. Sekarang ia justru terjebak karena ulahnya sendiri.Ponsel Rio masih terus berbunyi, dari kontak yang sama. Dengan terpaksa, Rio mengangkat panggilan itu."Halo." Suara serak Celine terdengar dari ujung sana.
Wanita paruh baya itu tersenyum, melihat wajah Celine yang mendadak pucat."Terkejut? Kau pasti tak 'kan mengira hari ini akan datang, bukan?" Wanita itu mencibir."Natalie ... apa maksudnya ini?" Celine yang dipenuhi rasa penasaran, mulai mempertanyakan."Apa kau sungguh ingin tahu, atau kau takut menebak?" Bukannya menjawab, Natalie malah sengaja memancing amarah Celine."Ka-kau!" Celine tak mampu berkata-kata, saking emosinya."Bagaimana rasanya menjadi istri yang dibuang, Celine? Sakit, bukan?" Denia kembali buka suara."Seperti itu lah yang kurasakan lima tahun lalu! Kau merebut segala yang kupunya hanya dengan modal tubuhmu itu! Kau menghancurkanku, hanya dengan mengandalkan wajahmu! Sekarang, akan kubuat kau merasakan, perasaan dibuang. Dan ...." Denia mengangkat wajah Celine menggunakan telunjuknya."Akan kuhancurkan wajah cantik ini, agar tak ada lagi kebahagiaan yang rusak karena wajah ini!" Denia mengatakan itu, dengan penu
"Bagus Natalie. Bagus sekali." Seorang wanita tampak memuji Natalie, usai ia menyerahkan beberapa berkas penting."Seperti yang kau tahu, Nyonya. Aku selalu profesional," puji Natalie pada diri sendiri."Aku tahu, kau tak 'kan mengecewakanku. Kupikir kau akan segera menyerah, karena di telpon tadi, kau mengatakan masih belum mendapatkan apa-apa," sindir wanita yang akrab disapa Denia itu.Deg.Jantung Natalie bagai ditombak, mendengar perkataan nyonya Denia yang begitu menusuk."Oh ... soal itu. Aku hanya ingin memberimu surprize, Nyonya. Bukankah kau merasa terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba ini? Seperti yang kau lihat, misiku telah selesai." Natalie berusaha tenang dalam kebohongannya. Ia tak mau hanya karena sedikit keterlambatan, kliennya merasa tidak puas. Jaringan nyonya Denia sangat luas, jika Natalie bisa memuaskan klien satu ini, kemungkinan di masa depan ia tak 'kan susah mendapatkan misi lagi. Karena nyon
"Ah ... apa yang kau lakukan padaku, Natalie?" erang Celine, saat Natalie mengikat kedua tangannya, serta menyiramkan air di atas kepalanya."Tenanglah! Ini hanya air. Lagipula tidak beracun," ujar Natalie, santai."Kau gila, Natalie! Lepaskan aku!" bentak Celine lagi."Terserah! Sebelum kau mengatakan dengan jelas di mana Rio menyimpan berkas-berkas itu, aku tak 'kan melepasmu!" ancam Natalie."Sungguh, Natalie. Aku tak tahu apa-apa. Dengan posisiku saat ini, apa kau pikir Rio akan memberitahuku tentang itu." Celine mengiba.Natalie sejenak berpikir."Sial! Kau adalah nyonya di rumah ini! Kau adalah istri sah sekarang. Bagaimana bisa kau tidak tahu di mana suamimu menyimpan berkas penting seperti itu!" Natalie murka. Ia mulai tak bisa mengendalikan diri."Aku tidak berbohong. Aku sungguh tak tahu. Aku sama sekali tidak memikirkan hal itu. Selama ini aku hanya menginginkan posisi nyonya, sama sekali tidak memikirkan ha
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen