All Chapters of Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak: Chapter 11 - Chapter 20
61 Chapters
11. Kembali Bekerja
Revan tersenyum di ruangannya seraya memainkan beberapa helai rambut panjang milik Dara. Dua hari yang lalu saat naik balon, tidak sengaja kepala Dara mengenai dada Revan. Saat Dara menarik kepalanya, rambut perempuan itu tertinggal di kancing kemeja Revan. “Waaah, Dokter itu orang yang berdedikasi tinggi banget ya. Menjadi Dokter kanker membuat Dokter mengumpulkan rambut, pasti untuk disumbangkan.” Suara seorang pria membuat Revan yang awalnya tersenyum langsung berekspresi datar. Revan menatap Dokter koas yang tersenyum menatapnya. “Rambut saja membuat Dokter tersenyum,” tambah dokter koas itu lagi. “Kamu nganggur? Setor hafalanmu sekarang juga!” titah Revan membuat Vino menggeleng cepat. “Saya sibuk, Dok,” jawab Vino segera ngacir pergi begitu saja. Revan kembali tersenyum menatap rambut Dara, pria itu menyimpannya di dompet miliknya. Hanya rambut saja sudah senang. Revan mengambil data-data pasien dan segera pergi dari ruangannya. Cowok itu mulai keliling kamar untuk mengece
Read more
12. Ciuman
Malam ini Dara melipat baju-baju Revan yang tergeletak di ranjang. Baju-baju pria itu sungguh acakadul, hanya dicuci saja tetapi tidak kunjung dilipat. Malam ini juga Revan tengah ikut menangani Ayahnya yang operasi, sedangkan dirinya tidak diperbolehkan ke rumah sakit. Dara mengambil satu kain yang membuat perempuan itu tercekat, sebuah kolor warna hitam membuat Dara terus menatap ke arah benda itu. Sekarang bukan kolor yang ada di pikiran Dara, melainkan isi dari kolor itu. “Ekhem.” Suara deheman membuat Dara terkesiap, buru-buru perempuan itu melipat kolornya dan meletakkan di tumpukan baju. “Sebegitunya kamu melihat kolorku,” ucap Revan membuat Dara gelagapan. “Enggak, aku tidak melihatnya,” jawab Dara memasukkan tumpukan baju di lemari. Saat Dara berdiri sambil menata baju Revan, tiba-tiba Revan memeluk tubuh Dara dengan erat. Embusan napas Revan di ceruk leher Dara sungguh terasa sampai membuat Dara meremang. Napas Revan makin lama makin kencang. “Revan, mandilah dulu!” tit
Read more
13. Meninggalkan Revan
“Risya, bagaimana menurutmu? Apa Dara akan memyukainya?” tanya Revan antusias sambil melihat k seluruh ballroom yang akan diadakan pernikahannya. Hari ini Revan langsung ke lokasi setelah pulang dari rumah sakit, bahkan Revan tidak ada niatan untuk ganti baju lebih dahulu. “Kak, Dara itu orangnya sederhana, begini dia sudah senang,” ucap Risya. “Tapi aku ingin pernikahan yang mewah untuknya,” jawab Revan dengan senyum yang mengambang di wajahnya. Risya menatap kakaknya dengan senyum yang juga tersungging di bibirnya. Hanya melihat senyum`kakaknya saja Risya sudah tau betapa kakaknya bahagia menyiapkan pernikahan ini. Sungguh Risya bersyukur tambatan hati Kakaknya adalah Dara karena dia mengenal perempuan itu dengan baik.“Aku akan memastikan kalau Dara menyukai ini dan menganggap pernikahan ini sangat membahagiakan,” oceh Revan bertubi-tubi. Lain di depan Risya, lain di depan Dara. Kalau di depan Risya, Revan ingin memastikan kebahagiaan Dara, tetapi kalau di depan Dara, Revan hanya
Read more
14. Restu Ayah
Dara mengusap tangan Ayahnya dengan handuk basah, Ayahnya sudah sadar sejak operasi beberapa hari lalu. Kini Ayahnya juga sudah makan banyak seperti sebelumnya. “Dara, pacar kamu memang hebat. Dia yang bertugas cek kesehatan ayah setiap saat, dia juga pria yang lembut, tidak pernah marah sama pasien. Pasien-pasien lain juga memuji hal yang sama,” ujar Sahrul antusias. Dara hanya tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan Ayahnya. Asal Ayahnya tau saja, Revan yang lembut hanyalah kedok semata, sebenarnya laki-laki itu banyak minusnya, salah satunya sering memaksa Dara berhubungan. “Kapan kamu akan menikah dengan dia? Laki-laki seperti dia tidak baik kalau dianggurin,” ujar Sahrul. “Aku akan menikah dengan dia. Aku juga mau minta restu sama Ayah,” jawab Dara. Sahrul membulatkan matanya mendengar ucapan Dara, “Kamu benar akan menikah dengannya?” tanya Sahrul senang. “Iya, Ayah. Revan sendiri sudah melamarku, mungkin sebentar lagi akan meminta restu sama Ayah,” jawab Dara. “Kalau beg
Read more
15. Sesat
“Dara, ayo kita pergi dari sini!” ajak Sahrul membuat Dara membulatkan matanya. “Apa maksud Ayah?” tanya Dara tidak terima. “Kita di sini dibiayai oleh Revan. Kamu jangan menyusahkannya lagi! Ibunya tidak rela kalau kamu menikah dengan Revan, itu artinya dia juga keberatan dengan uang anaknya yang digunakan untuk biaya pengobatan Ayah,” jelas Sahrul. “Ayah, jangan anggap ucapan Bu Selin. Pernikahan aku dan Revan yang menjalani, bukan Bu Selin. Aku dan Revan saling mencintai, persetan dengan Bu Selin,” ujar Dara. “Tapi, Dara. Kamu akan semakin diinjak-injak kalau masuk dalam keluarga itu,” kata Sahrul. “Ayah tetap di sini, aku mau melihat adikku,” ucap Dara yang kini berlalu pergi. “Dara, tunggu dulu, Dara!” teriak Sahrul. “Jangan anggap Ayah kalau sampai kamu menikah dengan Revan!” teriak Sahrul lagi. Dara tercenung mendengar ucapan Ayahnya, perempuan itu kembali menemui Ayahnya. “Begini ucapan Ayah setelah apa yang aku lakukan?” tanya Dara. “Asal Ayah tau saja, awalnya aku m
Read more
16. Nenek Lampir
Hari ini Dara sangat senang karena Ayahnya sudah boleh pulang dari rumah sakit karena keadaannya sudah membaik. Penyembuhan pasca operasi juga sangat cepat karena Revan memberikan banyak vitamin dan makanan bergizi untuk calon mertuanya. Revan membantu memasukkan baju-baju Sahrul ke tas besar, sedangkan Sahrul hanya menatap Revan dengan pandangan yang sulit diartikan. “Revan, biar aku saja yang membereskan. Kamu kan masih ada visit,” ujar Dara menahan tangan Revan. “Masih jam istirahat, aku bisa mengantar ayahmu juga untuk pulang,” jawab Revan. “Tidak perlu, aku bisa naik ojek,” sela Sahrul dengan cepat. “Tidak apa-apa biar aku antar saja,” jawab Revan kukuh. “Huh, Kak Revan gak temenan sama aku. Ayahku boleh pulang dari sini, tapi aku gak boleh,” keluh Kaivan yang kini berada di sudut ruangan sambil membawa buku gambar. “Aku bosan di sini, mau pulang, mau main sama teman-teman,” rengek Kaivan lagi. Dara menatap adiknya dan menghela napasnya sejenak, “Kaivan, kamu tunggu di sin
Read more
17. Mangsa Kecil
Revan, Dara, Sahrul dan Kaivan sampai di rumah sederhana Dara. Revan pernah ke sini sebelumnya, tetapi belum sempat masuk. “Kak Revan, ayo masuk dulu. Aku buatkan Kak Revan minuman yang enak,” ucap Kaivan yang sekarang sangat senang dengan Revan, padahal sebelumnya bocah itu sangat takut. “Kak Revan harus kembali ke rumah sakit, dia masih banyak pekerjaan,” sahut Dara. “Aku akan mampir sebentar,” jawab Revan membantu membawa barang-barang Kaivan, sedangkan Sahrul sudah lebih dahulu masuk ke rumahnya. “Ayah istirahat saja, langsung tidur biar aku nanti yang masak!” titah Dara membantu Ayahnya. “Itu Revan buatkan minuman dan makanan dulu!” titah Sahrul. “Iya,” jawab Dara sambil menyelimuti tubuh Ayahnya agar cepat istirahat karena di rumah sakit tidak jenak saat istirahat. Revan masuk ke kamar kecil milik Kaivan. Tidak banyak barang di sana, hanya mainan-mainan kecil. “Kakak, aku akan buatkan kakak minuman dulu,” ucap Kaivan. “Tidak perlu. Kamu langsung tidur saja di sini
Read more
18. Jodoh Datang
“Sudah, Bu, aku tidak mau lagi sama Revan. Dia tidak menginginkanku, bahkan dia malah mempermalukanku,” seloroh Angel pada Selin. Perempuan itu datang ke rumah Selin hanya untuk uring-uringan. “Bu, aku sudah melakukan banyak cara untuk menunjukkan kalau aku tulus sama dia, tapi dia tetap memilih wanita dengan keluarga berpenyakitan itu,” tambah Angel. “Kamu jangan menyerah dong, Angel. Kamu lebih cantik, lebih baik, dan lebih segalanya dari Dara. Ibu yakin suatu saat Revan akan mau sama kamu,” ujar Selin. Angel menjatuhkan tubuhnya di sofa saking kesalnya, dia sudah menjatuhkan harga dirinya di depan Revan, tetapi Revan tetap tidak meliriknya. Angel sendiri merasa kalau dirinya jauh lebih cantik dari Dara, entah bagaimana mata Revan melihatnya sampai mengabaikannya. “Angel, Revan itu sebenarnya baik. Maka itu dia kasihan melihat Dara yang mengurus dua orang sakit, dia pikir dengan menikahinya bisa membantu Dara, sampai-sampai dia tidak peduli kalau menikah itu atas dasar cinta. Di
Read more
19. Pengen Sama Kamu
Nyatanya keapesan Devano belum berakhir setelah tadi mabuk-mabukan naik angkutan umum, kini cowok itu harus jalan kaki lumayan jauh. Devano melompati genangan air karena takut celananya kotor. “Risya, sebenarnya kamu mau kemana sih?” tanya Devano bersungut-sungut. “Membawamu ke neraka jahanam,” jawab Risya. “Jangan ngeri-ngeri, Risya. Kita belum menikah,” ujar Devano. Risya menghentikan langkahnya mendadak membuat Devano juga berhenti mendadak sampai menubruk tubuh Risya. Untung saja Risya bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. “Aku tidak mau menikah denganmu, dan kemana pun aku pergi tolong jangan ikuti aku!” pinta Risya. “Aku diam saja deh, yang penting bisa mengikutimu,” ujar Devano yang kukuh mau mengikuti Risya. Risya menghentakkan kakinya kesal, bagi Risya Ibunya sangat egois karena mengambil keputusan sepihak menjodohkannya dengan Devano padahal dia tidak suka dengan cowok itu. Devano terus mengikuti Risya meski dirinya memaki-maki dalam hati. Hingga mereka sampai di rumah
Read more
20. Kehangatan Keluarga
Revan sangat senang mendapat pesan dari Dara, hal yang membahagiakan bagi Revan adalah ketika rasa sukanya dibalas. Revan sudah mandi di rumah sakit, kini pria itu memakai kemeja barunya dan mematut dirinya di cermin, pun dengan dia yang menata rambutnya berkali-kali, padahal dalam keadaan apapun pria itu cukup tampan. “Ekhem.” Suara deheman membuat Revan menatap ke sumber suara. Arhan yang sejak tadi duduk tidak jauh darinya sudah tidak dianggap Revan, tetapi cowok itu malah caper. “Dokter Arhan sudah waktunya pulang?” tanya Revan yang akhirnya tanya. “Iya,” jawab Arhan. “Sekalian bareng saya pulang mau? Kayaknya kita searah, soalnya saya mau ke rumah Dara juga,” ujar Revan membuat Arhan segera berdiri. “Ke rumah Dara?” tanya Arhan. “Iya, ke rumah calon istri. Oh iya, saya lupa memberi undangan pada Dokter. Ini undangannya,” ucap Revan mengambil undangan di tasnya dan memberikan pada Arhan. Arhan menerima undangan itu dengan tangan yang bergetar, dia sudah lama menginginkan Dar
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status