Renata, gadis yang bisa melihat makhluk alam lain sejak kecil tiba-tiba dipertemukan dengan Samudera Biru, seorang pangeran setengah manusia setengah peri yang sombong namun sangat anggun dan rupawan. Siapa yang menyangka terjalin takdir diantara mereka. Takdir untuk berhadapan dengan makhluk dari dasar kegelapan yang ingin menghancurkan gerbang pembatas antara alam manusia dan iblis. *** Hai... salam kenal semuanya.. Selamat datang di novel perdana saya di good novel. Novel ini di update mingguan ya. Mohon dukungannya. Terima kasih ...
Lihat lebih banyakRenata sedikit mengernyit, merasakan kecanggungan yang aneh. Meski begitu Renata tetap menjawab dengan sopan.“Hamba akan melakukannya.”Raja Sion mengangguk kecil kemudian menanyakan beberapa pertanyaan yang dijawab Renata dengan lugas. Setelah memberi instruksi gadis tabib untuk menjaga Renata dengan baik, Raja Sion kembali. Sierra Sion mengikuti ayahnya tanpa banyak bicara. Suasana perlahan mengendur. Shiny bahkan menghembuskan napas lega dengan kuat.“Raja Sion sangat menakutkan. Sepertinya ia masih belum bisa menerima kalau ....”“Nona Renata, kami akan pergi dulu. Anda mengobrolah dengan Tuan Singgih, kalian pasti memiliki banyak hal untuk dibicarakan,” Cyrila memotong dengan cepat. Senyum melengkung di wajahnya yang cantik.Shiny mengerjap dan buru-buru mengangguk-angguk seperti burung pipit. “Ah, benar. Aku bodoh sekali, hehe ... Kak Renata, Kakak mengobrolah dengan Paman Singgih, aku pergi dulu.” Shiny melepaskan lengannya yang membelit lengan Renata kemudian turun dan men
Cahaya emas telah berhenti. Petikan kecapi dan aksara peri kuno telah memudar dan menghilang seluruhnya di bawah angin Padang Bulan Nirwana yang sejuk.Dua tubuh tergeletak.Proses ketiadaan Renata telah berhenti, menyisakan tubuh hangat yang sedikit kemerahan. Di sampingnya, Samudera Biru terbujur dengan kepala menghadap ke arah Renata sementara matanya terpejam rapat. Kulitnya pucat pasi tak bersari.Kerumunan segera terbentuk. Tertegun melihat sepasang kekasih yang saling menggenggam. Mereka terlihat sangat damai, cantik tetapi juga mengharukan. Tangisan timbul satu persatu. Mereka meratap tanpa kata-kata. Cahaya keemasan muncul di langit muram. Turun ke tanah seperti gugusan bintang jatuh.Sepasukan Kerajaan Peri Samudera berpakaian emas berbaris rapi.Raja Sion yang agung telah tiba!Semua makhluk yang tengah diliputi kesedihan berlutut. Menatap ke tanah dengan khidmat. Hati mereka bergetar. Mengantisipasi kemurkaan sang raja atas nasib putranya.“Berdiri!” Perintah itu datang
Seruan tertahan memenuhi Padang Bulan Nirwana.Samudera Biru dengan kecepatan tak terlihat menangkap tubuh Renata yang hampir membentur tanah. “Renata, sayang.” Samudera Biru memeriksa dengan cemas. Matanya melebar saat melihat tubuh Renata sedikit demi sedikit menjadi transparan seolah akan menghilang kapan saja.Jantung Samudera Biru berdebar, hatinya diliputi oleh kegelisahan.Singgih Wirayudha yang sebelumnya kalah cepat segera merebut Renata dan langsung dibuat tercekat oleh fenomena aneh di tubuhnya.“Ii ... ini? Apa yang terjadi?” Singgih Wirayudha menatap Samudera Biru yang membisu dengan raut gelap dan dalam. Jantung pria paruh baya itu berdebar, pikirannya membuat tebakan samar yang tak berani ia utarakan. Bibir Samudera Biru bergerak ragu. Terlihat sama takutnya dengan Singgih Wirayudh, kata-katanya tersangkut di tenggorokan.Cyrila menghela napas lantas maju selangkah, mengambil alih keraguan dua lelaki tersebut. Mata Cyrila memeriksa Renata dengan cermat. Wajah cantikny
“Halo, iblis.”Ramangga Kala tertegun. Menatap takjub ke dalam mata indah di hadapannya yang seakan menjadi pusat seluruh galaksi.Dalam satu sentuhan kecil tubuh Ramangga Kala terdorong ke belakang seperti daun kering tersapu angin. Wajah tampannya memucat namun matanya dipenuhi oleh binar ketertarikan.Angin berhembus. Mengibarkan rambut dan gaun putih panjang polos Renata dengan ringan. Wajah yang memikat dengan tanda lotus kecil di antara kedua alis itu terlihat begitu teduh dan suci. Memberikan kesan jauh, agung dan tak tersentuh.Renata seperti kepompong yang telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.Luar biasa menawan!“Gadis, kau kembali,” Ramangga Kala berucap sembari menahan rasa sakit di bagian dada yang disentuh jari Renata.Renata melengkungkan bibir, membentuk seulas senyum dingin. Saat ini ia dipenuhi oleh energi jiwa lotus yang lebih murni, lebih kaya, lebih tak terhingga dari energi jiwa lotus yang terbentuk secara alami di dalam tubuhnya.Yang tak kalah menakjubkan
“Renata ... Renata ... Renata.”Alis Renata mengernyit. Panggilan itu seperti magnet yang menyentak kesadaran.Kelopak mata Renata terangkat perlahan. Temaram menyapanya bersama rasa sakit yang tajam.“Nghh ...” Renata merintih kecil. Sensasi hampa saat jiwanya diseret ke dalam kegelapan tak berujung masih tersisa. Sangat menakutkan. Seperti mimpi buruk yang teramat panjang dan melelahkan. Renata menyangga tubuh dengan susah payah, duduk dan menatap ke sekeliling. Alisnya kembali berkerut. Dengan jarak pandang terbatas, tempat itu tampak seperti lautan kabut tanpa tepi. Sangat misterius, dingin dan senyap.“Apa ini alam baka?” Renata menerka skeptis. Jarinya meraba batu pipih di mana dia berada. Terasa halus dan sangat hangat. Pantas saja ia tak menggigil dalam tekanan suhu yang begitu rendah.Renata Kembali menatap berkeliling. Mencoba melihat lebih jauh tetapi tak menemukan apa-apa selain hamparan kabut.Renata menghela napas. Menyusun ingatan terakhirnya di Padang Bulan Nirwana y
Waktu terus bergulir. Padang Bulan Nirwana telah berubah menjadi padang darah dengan aroma kematian menyengat. Kekuatan kedua belah pihak seimbang. Belum terlihat siapa yang akan menjadi pemenang.Samudera Biru dan Ramangga Kala yang menempati rantai puncak peperangan masih terus berjibaku. Tak hanya sekedar mengadu kekuatan tetapi juga mengadu strategi dan kecerdikan.Duplikat mereka telah lama menghilang, menyisakan tubuh asli masing-masing yang cerah dan menakjubkan.“Aku meremehkanmu, Nak.” Ramangga Kala menyeka sudut bibirnya yang berdarah akibat bentrokan hebat yang kesekian kali.Samudera Biru hanya menyeringai malas lantas menembak Ramangga Kala dengan selusin pedang cahaya yang keluar dari jari-jarinya.Ramangga Kala mengangkat tongkat, satu gelombang hitam keluar, menyapu seluruh pedang. Tak sampai di sana, ia juga menyisipkan pedang-pedang hitam legam sebagai balasan.Samudera Biru tak bergerak, menatap penuh cemooh pada pedang-pedang hitam yang datang seperti hujan. De
“Kemarilah sayang, biarkan aku memelukmu,” Jenderal Maracas tersenyum pada Hyang Sagara yang hampir tiba. Lidahnya membasahi bibir berulang kali.Jemari Hyang Sagara menyambut jemari Jenderal Maracas. Senyum kerinduan rekah di wajah tampannya yang patuh, membuat sang jenderal semakin terbakar oleh keinginan. “Kau sangat tampan, sayangku,” puji Jenderal Maracas sambil menarik lembut Hyang Sagara ke dalam pelukan.Aroma maskulin dan harum yang khas seketika memenuhi indera penciuman Jenderal Maracas, membuat mabuk kepayang. Ia harus mengakui di antara budaknya, aroma Hyang Sagara adalah yang terbaik. Karenanya ia menenggelamkan kepala lebih dalam, menghirup dengan rakus.“Sayang, kau sangat harum.” Jenderal Maracas membelai otot dada Hyang Sagara.Sudut bibir Hyang Sagara terangkat.“Benarkah? Kalau begitu, nikmatilah selagi kau bisa, Jenderal.” Jenderal Maracas awalnya senang mendengar ucapan Hyang Sagara. Tetapi setelah menyadari ada yang berbeda dengan dengan intonasinya ia pun m
Ramangga Kala menatap wujud baru Samudera Biru. Ia menyeringai, merasa antusias, anak itu melebihi ekspektasinya.“Cukup mengagumkan, Nak. Sayang sekali kau bukan keturunanku,” ucap Ramangga Kala ketika mereka bersitatap.Samudera Biru balas menyeringai, sedikit memiringkan kepala, anting panjangnya bergoyang, terlihat nakal dan malas. "Sudah puas basa-basi? Kalau sudah, bersiaplah."Samudera Biru tiba-tiba menghilang, sedetik kemudian telah berada ke belakang Ramangga Kala dengan pedang menempel ketat di lehernya.Gerakan Samudera Biru yang terlalu cepat membuat Ramangga Kala terkesiap, sedikit terlambat untuk menghindar.“Srettt!!”Sayatan benda tajam pada kulit dan daging terdengar.Darah menetes dari leher yang terkoyak lebar.Ramangga Kala tertegun. Alih-alih mengkhawatirkan lehernya ia malah menyentuh jubah yang ternoda darah dengan jijik.“Kau mulai membuatku kesal,” desis Ramangga Kala sambil beralih menyentuh leher yang rusak. Ia menyapu ringan dan luka mengerikan itu segera
Ratusan ribu pegasus memenuhi langit Padang Bulan Nirwana. Penunggangnya tak lain pasukan rahasia Samudera Biru yang dipimpin oleh Rama dan Ratansa.Mereka berbaris rapi dengan aura mengagumkan dan sarat dominasi.Di bawah komando Rama selapis pasukan paling depan tiba-tiba menukik rendah, menyerang pasukan iblis berwajah burung gagak yang tengah mengepung Para Bangsawan Penjaga Gerbang Lotus.Gerakan mereka sangat cepat dan efisien membuat lawan terkesiap dan tak memiliki kesempatan untuk mengantisipasi.Dalam waktu singkat pasukan iblis berwajah gagak telah dibuat hancur, tercerai berai kehilangan kendali.Para Bangsawan Penjaga Gerbang Lotus yang sebelumnya pasrah pada garis nasib seketika bersorak sorai. Merasa senang sekaligus lega. Senang karena kembali memiliki harapan, lega karena ternyata mereka tak berjuang sendiri. Di lain sisi, berkompi-kompi pasukan iblis dasar kegelapan yang berbaris rapi di belakang menggeram. Di bawah komando jenderal masing-masing mereka melesat, te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.