Limerence

Limerence

Oleh:  Widii  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
39 Peringkat
13Bab
3.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Camelia Ayuningtias, gadis yang akrab disapa Caca tidak pernah berpikir akan mencintai kakak tirinya sendiri. Semakin berusaha melupakan, perasaan itu kian bertumbuh. Bagaimana kalau Abian, sang kakak tiri justru mengenalkan perempuan lain sebagai calon tunangan. Akankah Caca merelakan Abian atau mencari cara untuk merebut perhatian sang kakak tirinya?

Lihat lebih banyak
Limerence Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
iris
ku tunggu update-annya kakkk
2021-06-24 11:23:44
0
user avatar
Titi Soetandar
mna kelanjutanny thorr
2021-06-08 15:02:23
0
user avatar
Rain
Gemes ya sama kelakuan Chessy😁
2021-06-03 12:29:18
0
user avatar
Januar EL Capirco
Bagus kak karyanya aku suka banget
2021-05-24 22:32:05
0
user avatar
Januar EL Capirco
Bagus kak karyanya aku suka
2021-05-24 22:31:52
0
user avatar
Januar EL Capirco
Bagus kak karyanya aku suka
2021-05-24 22:31:43
0
user avatar
Evin Widiastuti
ceritanya bagus bngt
2021-05-11 11:20:29
0
user avatar
utamiwi
Kasihan si Caca pas lihat KK nya tukar cincin sama cewek lain 😭
2021-05-09 05:15:14
0
user avatar
Dinda Akasia
Wahh keren bangett😍 apalagi perjuangan untuk mendapatkan hati sang kakak tiri yg udh pasti banyak dapat penghalang. Semangatttt
2021-05-09 01:49:04
2
user avatar
Fitriani Fitriani
Keren kalii nii mantap😍😍
2021-05-08 21:42:10
0
user avatar
Kim_Meili
Aahhh keren banget kak ceritanya. Syukaa..hayuk kak aku menungggu kelanjutannya. 😍😍
2021-05-08 08:42:47
0
user avatar
Kanietha
Ughh masih banyak cowok lainlaah ...
2021-05-08 07:51:54
0
user avatar
댷Dyah
Udah ca, jangan suka sama kakak sendiri, walaupun dia kakak tiri kamu sendiri
2021-05-08 00:06:43
0
user avatar
Naya
Perjuangkan cintamu, Ca. Jangan menyerah!
2021-05-08 00:05:36
0
user avatar
Rain
Caca dan Abian semoga bersatu
2021-05-04 21:18:14
0
  • 1
  • 2
  • 3
13 Bab
Memilih Mundur
"Ca, apa segitu darutatnya sampai harus pindah sekarang?" sindir Abian mengantar sang adik ke apartemen baru seakan-akan bencana akan terjadi kalau pindahnya ditunda. Gadis yang dibalut kaus putih berlapis sweter berdecak. "Terus?" Ia melolot galak ke arah kakaknya. "Emang wajib nunggu Mas tunangan dulu sama Adelia?" "Memang apa salahnya, enggak lama ini." Abian merapatkan pintu dengan sebelah tangan, satunya menarik koper cokelat besar memasuki ruangan dan menilai apartemen sederhana minim perabot yang dipilih adiknya, memastikan layak untuk ditempati Caca. Perempuan itu, Camelia yang sejak kecil akrab dipanggil Caca sedang meletakkan kardus berisi buku-buku ke apartemen barunya. Dia sengaja bergerilya mencari tempat tinggal baru demi mengurangi frekuensi bertemu sang kakak. "Kita udah bahas di rumah, ya, Mas. Udah Mas fokus saja sama Adelia." "Mbak Adelia," koreksi Abian, berkali-kali mengingatkan kalau umur calon tunangannya lebih tua darip
Baca selengkapnya
Acara Pertunangan
Caca pikir tidak akan menangis melihat sang kakak menyematkan cincin ke jari manis perempuan lain. Dia sudah menyiapkan mental sekuat baja selagi di apartemen, mengatur pernapasan berkali-kali agar bisa menghadapi dengan senyuman. Tapi, sudut matanya tetap basah melihat interaksi keduanya dari kejauhan. Seolah ada belati menikam tepat di ulu hati. Caca mengusap air mata dengan punggung tangan, lalu bergerak ke sisi ballroom menepikan diri dari keramaian. Mama dan papanya sedang menanggapi tamu serta terlihat menunjukkan ekspresi bahagia. Evaline menyusuri meja-meja prasmanan diikuti Bibi. Tidak tanggung-tanggung, acara pertunangan dilaksanakan di ballroom hotel berbintang dengan tamu cukup banyak mulai dari rekan bisnis sang papa dan teman-teman Adelia. Acaranya terus disorot kamera mengingat calon istri sang kakak merupakan model terkenal. "Ca, Mama cari-cari, lho. Kenapa malah di sini?" Arnita berdecak lega berhasil menemukan anak perempuannya. Dia
Baca selengkapnya
Patah Hati Akut
Bagus mengamati Caca yang terus menatap lurus ke depan seakan-akan jiwanya sedang melalang buana. Aroma menggoda dari kue, segelas lemon tea, yang diambil Bagus dari kulkas tidak membuat Caca menoleh. Padahal Bagus meyakini belum ada secuil makan pun melewati kerongkongan serta mengisi perutnya di acara pertunangan tadi.  "Caca, kamu makan atau minum dulu." Bagus menyentuh bahu Caca seraya menghadapkan ke arahnya.  Sebaliknya, Caca mengabaikan niat baik Bagus. Sedikit heran kenapa temannya membawa pulang ke apartemen bukan cari tempat untuk meluapkan rasa sakitnya. Mau ke mana saja, bar sekalipun khusus hari ini Caca tidak menolak. "Ini bukan Caca yang aku kenal." Ia menyapu rambut rapinya ke belakang sedikit frustrasi. "Please ...." Bagus menggenggam tangan Caca yang terasa dingin. "Gus ...." Bibir dipulas lipstik nude bergetar dan mata bulatnya kembali berkaca-kaca. Perempuan itu masih mengenakan gaun peach sepanjang mata kaki. Model gaun
Baca selengkapnya
Pura-pura Baik
Di Starbucks, Adelia menatap ponselnya dengan kesal usai menerima telepon dari Abian. Pasalnya mereka janjian berdua setelah berhari-hari sibuk dengan pekerjaan. Adelia sibuk pemotretan sana-sini, sedangkan Abian sedang fokus merancang desain untuk mal besar yang akan dibangun. "Hari ini aku bawa Evaline soalnya tadi maksa ikut. Kamu keberatan nggak kalo kita pindah ke McD aja? Ini Evaline minta es krim sundae." Kalimat Abian yang membuat kekesalan Adelia naik berkali lipat, sudah berganti lokasi, ditambah ada anak kecil. Dari awal memang Adelia kurang suka dengan kedua adik tunangannya, terutama Caca yang seakan ingin melahapnya hidup-hidup setiap beradu pandang. Adelia juga bisa merasakan kalau Caca berusaha memisahkan dirinya dengan Abian, entah apa motifnya.  Di samping itu, Adelia juga ingin menguasai Abian sendiri. Dia paham secinta apa Abian pada dirinya yang merupakan teman masa kecil. Terpisah puluhan tahun ternyata tidak membuat Abian melupakan
Baca selengkapnya
Hari Anniversary
Malam ini merupakan anniversary papa dan mamanya yang ke sebelas. Mau tak mau, Caca hadir ke acara sederhana yang dihadiri keluarga besarnya. Caca juga sudah jauh-jauh hari membeli tiket liburan untuk kado pernikahan mama dan papanya agar meluangkan waktu berdua. "Mama dan Papa selamat, ya?" Caca memeluk tubuh ramping sang mama yang dibalut long dress putih. Kemudian beralih ke sang papa yang terlihat tampan diusia tak muda lagi. "Makasih, Sayang. Mama kira kamu lupa saking sibuknya. Mama kangen kamu nggak datang-datang, tiap Mama mau ke sana kamu bilang akan pergi ketemu klien." Mamanya merajuk. Kadang-kadang Arnita bertingkah seperti anak kecil menyindir Caca jarang sekali pulang. Mamanya paling tidak bisa melihat formasi anaknya tidak lengkap dan belum merelakan anak gadisnya tinggal terpisah. Caca tersenyum memeluk lagi mamanya sebentar. "Mana mungkin aku lupa, selalu berlebihan deh, Mama." "Yang penting sekarang anak kita berkumpul, Ma."
Baca selengkapnya
Masalah Prioritas
"Are you okay?" tanya Bagus berkali-kali melirik Caca yang sedang menyandarkan bahu lelah ke kursi mobilnya. "Memang aku kenapa?" Caca pura-pura terkekeh, padahal hatinya menjerit. Caca memang patah hati melihat interaksi Adelia dan orang yang dicintai. Apalagi saat keduanya dansa berdua, dan Caca terpaksa dansa dengan Bagus sehingga laki-laki berwajah baby face itu senang sekali.  Tapi, Caca memutuskan akan lebih kuat. Apalagi saat mendengar Adelia dengan sombong mengingatkan posisinya di hati Abian. Caca tidak mau terlihat lemah, dia menahan diri agar tidak tersulut emosi.  Barulah saat Adelia hendak mengejeknya lagi, dengan gerakan santai Caca menumpahkan sisa cocktailnya ke gaun merah marun yang membalut tubuh ideal Adelia sampai perempuan itu hendak memaki. "Sorry, aku nggak sengaja," ucap Caca tadi bertepatan dengan mamanya datang. Arnita langsung meminta maaf, sedangkan Adelia kembali memasang ekspresi sok baik. Adelia
Baca selengkapnya
Dinding Pembatas
Abian tidak mau memaksa adiknya ikut, hanya ingat dulu Caca suka merajuk minta ditemani menikmati ikan bakar dengan olesan bumbu gurih di restoran dekat kantornya. "Mas kangen sama kamu, Ca," gumamnya. Abian menarik napas panjang, dia sudah memasuki lift dan akan turun ke lantai dasar. Di dalam lift kepalanya dipenuhi nama Caca, yang berubah akhir-akhir ini. Sekarang adiknya seakan membangun dinding pembatas. Setelah sampai di lantai dasar, Abian segera melangkah ke arah mobil hitam yang terparkir di luar. Senyumnya mengembang selagi berpapasan dengan karyawan, memang Abian ramah pada siapa pun. Tidak heran orang-orang nyaman berada di dekat Abian.  Lima belas menit berlalu, dia sudah sampai di restoran seafood dan menemukan perempuan yang dicintainya duduk sendiri. Wajahnya terlihat kesal saat melihat Abian datang. Namun, kecantikannya tidak pudar apalagi dipoles make up mahal. Sekarang Abian menghampiri dan hendak mengusap pipi yang dit
Baca selengkapnya
Efek Cemburu
Bagus baru saja merebahkan tubuh ke sofa empuk warna marun pilihan maminya. Tidak ada orang yang menyambut untuk menawarkan teh seperti di rumah. Bagus terbiasa sendiri asalkan bisa berdekatan dengan Caca.Kemeja biru, dasi, dan sepatu pantofel sudah terlepas. Sekarang hanya ada kaus putih membalut otot-otot memesona. Seharian Bagus lelah menghadapi karyawan perempuan yang menargetkan dirinya sampai meminta bolak-balik untuk modus. Risiko orang ganteng, begitu pikirnya.Bagus menatap layar ponsel di genggaman yang menyala, menggulir gawainya untuk melihat chat masuk. Sementara badannya masih bertumpu pada sandaran sofa.Chessy : Pulang belum?Melihat pengirim pesan, dalam pikirannya sudah menebak kalau perempuan yang hobi merepotkan akan merecoki hidupnya. Saking lelahnya, Bagus meletakkan ponsel ke meja tanpa berniat membalas chat tidak penting.Chessy : GusChessy : PChessy : Balik belum sih? Aku dari siang di tempat C
Baca selengkapnya
Calon Suami Chessy
Chessy melangkah lebar menyusuri koridor apartemen di lantai sebelas, menuju ke unit 118 tempat sahabatnya tinggal dengan empat ekor kucing. Kadang-kadang Chessy heran, Camelia mau menghabiskan waktu mudanya merawat kucing-kucing. Tangannya merogoh ponsel di tas clutch begitu mendengar alunan lagu 'My love', setengah mengumpat menebak orang yang menelepon."Chessy. Mas nggak bisa antar kamu ketemu Arsa," ujar suara di seberang. Rambut melewati bahu yang baru dicat cokelat mengentak-entak selagi langkahnya terayun. Chessy berdecak kesal melirik dress putih selutut dan merias wajahnya sehingga terkesan niat banget menemui orang asing, paksaan sang mama dengan ceramah panjang lebar. "Oke, lagian aku malas bertemu.""Chessy, Mas nggak mau terlibat kalau kamu diusir dari rumah," sahut suara di ujung telepon tanpa rasa iba. Padahal sendirinya puluhan kali menolak perempuan yang disodorkan mamanya. Chessy berpikir sejenak, dia bisa saja
Baca selengkapnya
Mewawancarai Calon Pengantin
Bunyi nyaring ponsel mengejutkan Caca, dia terpaksa mengeluarkan ponsel dari tas mungil yang biasa dibawa keluar. Caca baru saja pulang dari rumah menuruti rengekan mamanya persis anak kecil meminta anaknya pulang. Jadilah Caca menginap satu hari. "Kenapa?" Caca malas-malasan menjawab. "Kamu sudah balik ke apartemen belum? Lupa kalau ada janji bertemu calon pengantin?"  Caca mengerutkan kening cukup dalam. "Calon pengantin?" Bagus tertawa. "Ah, jadi kamu sudah pikun. Kita mau ketemu Chessy." Caca menghempaskan tubuh ke sofa memanjang di ruang tamu, dia lupa kalau Chessy baru tunangan, hanya mengundang keluarga besarnya. Padahal Caca yang heboh mengabarkan beritanya ke Malika serta Bagus. Mendadak ketularan sifat pelupa Chessy. Efek bertemu Abian masih tersisa. "Aku sudah di apartemen," ujarnya sebelum memutus sambungan telepon, tapi suara bel apartemen langsung terdengar. Dengan malas-malasan Caca membuka pintu, lalu mendengkus se
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status