Ramalan Buku Merah

Ramalan Buku Merah

Oleh:  Arsenerka  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
122 Peringkat
108Bab
12.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Si kembar Airel dan Airen yang kecil terpaksa melihat pembunuhan sang ibu di depan mata. Dua belas tahun kemudian, mereka berusaha mengungkap dalang kematian sang ibu. Dalam perjalanannya, mereka menemukan sebuah buku merah misterius. Buku yang berisi tentang kejadian yang akan mereka temui di masa depan. Beberapa kasus harus mereka lalui. Berbagai kejanggalan juga mereka temui. Mampukah si kembar mengungkap kematian sang ibu? Siapakah penulis buku itu?

Lihat lebih banyak
Ramalan Buku Merah Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
ErKaEf *_*
Semangat Updatenya thor.
2022-06-21 22:04:22
1
user avatar
Dewa Amour
Belum kelar juga ini, Bang?
2022-04-21 10:35:25
0
user avatar
Lengkunglangit
ini kapan lanjutan nya? udh lama ga update
2022-04-19 19:13:50
1
user avatar
Nyi Ratu
keren, thor
2022-04-07 12:48:02
0
user avatar
icher
baru baca prolognya aja udah jamin ini novel pasti keren...️
2022-02-02 11:54:50
1
user avatar
Triwahyuni Triwahyuni
ceritanya keren Kak,, lanjutt...
2022-02-01 12:19:30
1
user avatar
Elfira Ferafqu
ceritanya bagus Kak saya suka, apalagi sama kemampuan si kembar wah keren banget .........
2021-11-26 07:37:24
1
user avatar
Tya Prajana
novelnya bagus bikin penasaran
2021-11-23 22:01:12
0
user avatar
bundaRey
semakin seru saja
2021-11-23 09:23:49
0
user avatar
Donat Mblondo
Bagus Kak, semangat.... lanjuuut. Aku kalo bikin misteri mikir keras kepala sampe nyut-nyutan. Haha
2021-11-22 20:09:06
0
user avatar
Mocha Latte
Daebakkk! Novelnya bikin penasaran thor. Terus semangat nulisnya!!!
2021-11-22 17:04:42
0
user avatar
Mia Ariani
Membaca cerita misteri membuat kita semakin penasaran di tiap episodenya, semangat Thor ceritanya bagus
2021-11-22 06:31:52
1
user avatar
Askama95
makin penasaran aja. lanjut dong!
2021-11-21 23:09:56
1
user avatar
Aleena
kereen. pengen baca terus rasanya
2021-11-21 22:57:10
1
user avatar
Sebbie
seruu, ceritanya bikin nagih
2021-11-21 22:56:12
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 9
108 Bab
PROLOG
Langkah-langkah ketakutan itu terus menyusuri jalanan yang remang. Tetap berlari adalah pilihan terakhir yang dapat mereka lakukan. Semakin lama dan semakin jauh jalan yang disusuri, tiga pasang kaki itu mulai lemah dan melambat. Wanita paruh baya yang memimpin lari itu semakin ketakutan. Ia takut terjadi sesuatu pada kedua anak kecil yang dipimpinnya. Napas kedua anaknya sudah terengah-engah. Mereka dipaksa berlari tanpa tahu batasnya oleh sang ibu. "Bu, aku capek. Kenapa harus berlari malam-malam begini?" "Kita tak mungkin berhenti, Nak. Bertahanlah!" "Bu, aku juga lelah," seru anak yang satunya lagi. "Sabar, Nak. Ibu—" DORRR. Belum selesai ia melanjutkan ucapannya, letupan pistol kentara berbunyi. Sebuah biji besi panas telah mendarat di punggung wanita itu sehingga membuat derap langkahnya terhenti. "IBUUU!" teriak kedua anak kembar itu saat melihat ibunya roboh. Wanita itu berusaha berbicara pada p
Baca selengkapnya
- 1 -
Hampir setengah jam Airel masih saja berdiri di dekat jendela. Tatapannya terpaku ke arah balik kaca. Ia melihat seorang lelaki beruban sedang berbicara dengan seorang kurir. Obrolan yang terlihat sangat intens. "Apa kau tidak punya kegiatan lain selain memperhatikan orang lain?" tanya Airen berjalan mendekati kakaknya. Airel tak menoleh, matanya tak mau lepas dari dua orang yang ia amati. Bukannya menjawab, ia malah balik bertanya. "Mana foto yang ingin kau mintai pendapat?" Airen menyembunyikan kamera yang ia bawa ke balik punggungnya. Ia memang sering meminta pendapat Airel mengenai koleksi jepretannya. Apalagi untuk dikirimkan ke media ataupun mengikuti lomba. "Bukan itu maksudku, aku hanya merasa sedikit heran dengan kebiasaan anehmu itu." Airel melayangkan pandangannya ke Airen seraya merapikan surai panjangnya yang tergerai, "Setelah delapan belas tahun kita hidup bersama, kau masih heran?" "Hem, oke. Aku tak mau berdeba
Baca selengkapnya
- 2 -
Si Kembar pikir pameran fotografi tahun ini akan terlihat mewah, tapi mungkin mereka akan sedikit kaget. Bagaimana tidak, setibanya di gedung Kartini—tempat diadakannya pameran—, netra mereka di sambut dengan kerumunan manusia. Ramainya di luar prediksi mereka. "Ramai sekali. Kurasa kita salah tempat. Kita bukan pergi ke tempat konser, kan?" ledek Airel. Airen tertawa, "Tentu saja tidak. Jangan mencoba untuk melucu." Ia mengeluarkan kameranya dan memulai mencari objek yang bisa difoto. "Ya, awalnya kukira ini menjadi acara yang elegan seperti tahun sebelumnya. Dulu tak seramai ini," timpal Airen lagi. "Kurasa ini hal yang wajar. Semua yang menyenangi fotografi pasti mau melihat secara langsung seorang legenda fotografer dunia." "Eh, maksudmu?" Airen heran. "Adwin Hugo ada di acara ini." "Candaanmu garing. Mana mungkin fotografer asal Afrika itu datang ke sini. Aku tidak mendapatkan info tentang itu." "Kau bisa memastika
Baca selengkapnya
- 3 -
Airel menyeruput cokelat panas yang telah dipesannya. Matanya melihat ke arah balik jendela yang terbias air hujan. Sedangkan Airen tampak senyum-senyum sendiri melihat foto-foto yang ada di kameranya. Ia begitu senang dapat mengabadikan gambar idolanya secara langsung. "Sudah setengah jam kita di sini. Apa kita harus tetap menunggunya?" tanya Airen memecah keheningan. Airel menyesap cokelatnya lagi, "Permintaan Paman adalah perintah." "Tapi—" "Tenang saja, aku tak masalah." Airel langsung memotong omongan adiknya. "Ya ... aku tau kebiasaan anehmu itu. Hanya saja dari tadi kerjaanmu menunggu dan terus menunggu. Apa kau tidak bosan?" "Bosan. Barusan saja terjadi. Bertahun-tahun aku mendengar pertanyaan sama dari orang yang sama." Airen paham sedang disindir kakaknya. "Lalu berapa lama lagi kita harus menunggu?" "Jika kau ingin pulang duluan, aku tak masalah jika harus menemuinya sendiri." "Dan kau tahu kan, aku t
Baca selengkapnya
- 4 -
"Apa sudah ada kabar dari Mira?" tanya Alfie saat Airel menyuguhkan cokelat hangat dan beberapa potong roti untuknya dan Airen.Airel menggeleng. "Kurasa hari ini dia akan mengabariku.""Hampir dua hari gadis ceroboh itu menghilang," gumam Airen. "Emm... Setidaknya membuatku lebih baik. Aku sedikit terganggu dengan orang yang terlalu mengikuti perasaannya."Senyum Airel merekah. Rona merah di pipi kentara di kulitnya yang terang. Ia merasa lucu setiap Airen berusaha menampakkan ketidaksukaannya terhadap kasus yang mereka hadapi. "Kurasa kau juga akan melakukan hal yang sama, jika kau kehilangan figurku. Mungkin lebih histeris."Airen mencebikkan bibir tipisnya. "Terserahlah," jawabnya malas. Drrrttt....Sebuah pesan singkat baru saja diterima Airel di ponselnya. Ia langsung membukanya. "Sebuas pesan dari Mira," ucap Airel singkat. "Apa isinya?" selidik Alfie."Kemarin sore dia ke rumah
Baca selengkapnya
- 5 -
Waktu telah menunjukkan pukul 11.30 WIB. Pandangan Airen langsung tertuju ke pintu sebuah ruangan yang di atasnya bertuliskan laboratorium fisika. Beberapa orang mulai keluar dari ruangan itu. Mereka mengenakan pakaian luar yang seragam berwarna putih. Tampaknya orang yang dicari Airen belum juga keluar.Hampir sepuluh menit Airen menunggu. Akhirnya sosok yang ditunggu pun keluar dari ruangan itu. Perempuan berparas menarik dengan bibir tipis berwarna merah jambu. Perempuan yang ia pernah lihat sebelumnya di halte tepat di seberang kafe Digulis. Ya, sosok itu adalah Anggi.Anggi berjalan dengan langkah lambat. Tatapan matanya kosong. Ia berjalan seperti tanpa tujuan."Anggi," sapa Airen yang mengekorinya dari belakang.Anggi sepertinya tak mendengar atau hanya sekedar menuli.Airen pun menepuk pelan pundak Anggi untuk mencari atensi. Usahanya tak percuma. Anggi membalikkan badannya. Alangkah terkejutnya Anggi melihat Airen di depannya. Matanya terb
Baca selengkapnya
- 6 -
Sebuah mobil sedan keluaran tahun 2020 dengan kelir cokelat berbelok ke pelataran sebuah rumah besar. Bangunan itu mengaplikasikan arsitektur melayu yang begitu kental. Sebagian besar bangunan tersusun dari kayu yang tertata rapi dan penuh nuansa etnik. Beberapa pohon besar juga sengaja ditanam di sekitar rumah untuk menambahkan kesan asri.Airel telah memarkirkan mobilnya tepat di bawah naungan salah satu pohon yang besar. Ia keluar dari kereta besinya itu diikuti oleh Airen dan Mira. Seperti biasa, mata Airel pasti menyisir daerah sekitarnya. Entah apa yang ia cari. Setiap berada di tempat yang pertama kali ia kunjungi, sikapnya begitu mengerikan. Ia berjalan perlahan dengan pandangan yang tajam, muka tanpa ekspresi dan kedua tangan yang saling menggenggam.Airen yang sudah terbiasa dengan sikap kakaknya memilih untuk mencari kesibukan sendiri. Ia mengeluarkan kamera dari tasnya dan mencari objek yang bisa difoto. Ia sangat gemar hunting foto di pagi hari. A
Baca selengkapnya
- 7 -
Si Kembar melangkahkan kaki masuk ke kamar Anggi. Mira yang terlihat masih gugup memberanikan diri masuk mengekori mereka. Tampak kamar yang berantakan untuk ukuran seorang perempuan. Bantal dan guling berserakan di lantai, seprai tempat tidur juga acak-acakan.Ada yang menarik perhatian Airel. Matanya melihat selembar bed cover berwarna putih. Pada bagian tengahnya terdapat bercak bekas cairan yang sudah mengering dan agak pudar kekuningan. Ia memegang sisi lain kain itu untuk memastikan pandangannya lebih dekat. Kini arah netranya beralih ke Airen. “Sepertinya ini bekas sperma,” ucap Airel.Airen mengangguk pelan seperti paham maksud kakaknya. Sedangkan Mira yang mendengar kalimat itu tak bisa menyembunyikan wajah tak percayanya.Airen melangkah ke sisi lain kamar sambil memotret, berharap objek jepretannya bisa dijadikan sebagai petunjuk. Ia menemukan sebuah silet di lantai. Bagian sisi silet itu ada darah yang mengering. Tak
Baca selengkapnya
- 8 -
Airen mengakhiri pembicaraannya dengan Nuella. Dahinya sedikit berkerut sembari memasukkan ponsel pintarnya ke dalam tas. "Apa kita perlu menemuinya?" tanya Airen kepada Airel. Airel menyibakkan rambut dan matanya lekat menatap Airen. "Kurasa tidak. Dia hanya sebatas informan pelengkap untuk menyinergikan analisis kita. Aku yakin dia sama sekali tak terlibat dalam kasus ini. Lalu, informasi apa yang kau dapat dari Nuella?" Airen seperti menghindari tatapan saudara kembarnya. Kini wajahnya beralih ke arah lain dengan pandangan yang kosong. Ia melepaskan napas beratnya dan mulai bercerita. "Dulu Anggi adalah gadis yang ceria dan pintar. Beberapa bulan terakhir perubahan sikapnya begitu drastis. Ia tak lagi mau bergaul dengan siapa pun." Airen terdiam sejenak seperti ada hal lain yang mucul di pikirannya. Ia lalu melanjutkan lagi ceritanya. "Kata Nuella, dia tak lagi melihat ketertarikan Anggi saat kuliah. Anggi sering dimarahi dosen karena tidak fokus dalam kelas. Sela
Baca selengkapnya
- 9 -
Airel menghidupkan mobil dan menyalakan mesinnya. Ia harus segera menemui Inspektur Yoga dan menyelesaikan kasus Anggi secepat mungkin. Namun saat Airen masuk ke dalam mobil, ia mengisyaratkan untuk tidak langsung pergi. Airen meletakkan buku merah ke pangkuan Airel. "Coba kau lihat halaman selanjutnya, kemudian hubungkan dengan cerita Mbok Ina dan Mira. Bagaimana pendapatmu?" Airen melontar tanya pada kembarannya. Airel pun membuka buku tersebut dengan raut sedikit heran. Matanya lekat menatap kata per kata dari isi halaman itu. Gadis yang apik dalam memainkan perannya sebagai manusia bodoh. Bodoh karena memendam rasa dan tak berani mengakuinya. Bodoh karena menutup mata dari peduli orang lain padanya. Berusaha mengaku kokoh dan berpijak pada kaki sendiri. Padahal ia hanya mengalah dengan keadaan tanpa pernah berusaha. Benar-benar BODOH!! Aku ben
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status