Cinderella After Marriage

Cinderella After Marriage

Oleh:  Queen Natha  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
66Bab
5.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

““Namaku Lairana Nora, panggil saja Nora,” senyum gadis polos yang berada di depan Tian cukup membuatnya sedikit tersipu, namun tetap saja gadis kampung sepertinya bukan selera Tian, kalau bukan karena persyaratan dari ayahnya untuk mendapatkan warisan, dia tentu saja tidak mau menikahi gadis kampung ini. Nora yang baru menginjakan kakinya di kota untuk menjalankan perjodohan yang di tawarkan orang tuanya masih tak percaya, dia merasa sedang bermimpi, bagaimana bisa gadis kampung sepertinya berjodoh dengan keluarga kaya raya, namun Nora yang polos hanya menuruti kata sang ayah, karena baginya tidak mungkin ayahnya hanya asal menjodohkan dirinya dengan orang lain. Nora merasa hidupnya seperti dongeng, menikah dengan Tian membuat dirinya hidup bagaikan Cinderella, tentu saja tidak semua gadis kampung sepertinya bisa menikahi laki-laki tampan dan terpandang, karena itu Nora berjanji pada keluarganya akan menjadi istri yang baik bagi suaminya nanti. Namun selama lima bulan pernikahan mereka, Nora merasa Tian belum juga bisa menerima dan mencintainya, meskipun Tian selalu memperlakukan Nora dengan sangat baik, namun Nora selalu merasa seperti istri pajangan bagi Tian, namun Nora selalu memaklumi Tian, Nora selalu bersabar dengan alasan pernikahan mereka berlangsung karena perjodohan, tapi apakah wajar bila selama lima bulan Tian belum juga menyentuh Nora meskipun hanya untuk menciumnya sesekali saja, tapi lagi-lagi Nora memaklumi sikap suaminya, Tian. Hari terus berganti saat perasaan cinta Nora kepada Tian sudah semakin dalam, tiba-tiba seorang wanita cantik datang kepada Nora, betapa terkejutnya Nora saat wanita itu mengaku dirinya adalah kekasih Tian dan sekarang sedang mengandung bayi hasil hubungan dengan suaminya.

Lihat lebih banyak
Cinderella After Marriage Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
neyskhaathr
lanjut dong, di tunggu naxt chapternya
2022-05-19 05:52:44
0
user avatar
Arsyad Shankara
updatenya jangan lama2 Thor, gak sabar nunggu kelanjutan Nora dan tian
2022-05-07 11:09:56
0
user avatar
Arsyad Shankara
ceritanya seruuu...update terus thorr..
2022-05-07 11:08:03
0
66 Bab
Nora dan Tian
“Tok..tok..tok,” Nora mendengar pintu kamarnya di ketuk, tubuhnya masih tertutup selimut, Nora perlahan membuka matanya, dia melihat jam kecil di samping tempat tidurnya, sudah jam lima pagi, Nora bangkit dari tempat tidurnya, berjalan dan membuka pintu kamar, didepan pintu Ayahnya sudah berdiri menunggu Nora membuka pintu.    “Sudah solat subuh nak?” tanya Ayahnya.    “Iya pak, ini mau ambil wudhu dulu,” jawab Nora.    “Nanti setelah selesai solat, bapak mau bicara ya nak,” balas Ayahnya.    “Iya pak, Nora solat dulu ya pak,” jawab Nora.    Selesai solat subuh Nora menghampiri Ayahnya yang sedang duduk sambil minum kopi di teras rumah, Nora duduk di samping ayahnya sambil membawa piring berisikan pisang goreng yang baru di masak ibunya.    “Ayah mau bicara dengan Nora mengenai apa
Baca selengkapnya
Seperti Mimpi
Sudah lima bulan sejak pernikahan Nora dan Tian dilangsungkan, setiap pagi Nora selalu menyiapkan makanan untuk sarapan Tian, meskipun Tian hanya menyentuh sedikit dari masakannya, namun Nora tetap menyediakan berbagai santapan pagi hari, bila tidak habis biasanya Nora menyuruh pelayan dan sopir untuk menghabiskannya.    “Bu, apa tidak sebaiknya masak seperlunya saja?” tanya bi Tiyem, asisten rumah tangganya.    “Gak apa-apa bi, bisa saja hari ini bapak sedang mau sarapan banyak,” jawab Nora tak mengindahkan pertanyaan bi Tiyem.    Setiap pagi bi Tiyem selalu mengingatkan hal yang sama pada Nora, namun Nora tetap saja meyajikan Tian sarapan yang bermacam pilihan, meskipun Nora yakin Tian hanya akan menyentuh Kopi dan memakan roti bakar, itupun hanya satu gigitan saja.    Tian sudah bersiap untuk berangkat ke kantor, dia duduk di meja makan dan memandang semua makanan d
Baca selengkapnya
Luka Nora
Nora bersiap untuk pergi ke rumah keluarga Winata setelah menemani Tian sarapan dan berangkat kerja, meskipun tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibir Tian, Nora yakin Tian sadar yang apa yang telah mereka lakukan semalam, Nora pun masih tidak percaya sampai saat ini, saat dia terbangun, Tian sudah berada disampingnya dan sama-sama tidak ada satu helai pun benang yang menempel di tubuh mereka, Nora terbangun dan terduduk di tempat tidurnya, dia diam terpaku, membereskan rambut dan menatap Tian yang masih tertidur.    Nora dengan cepat bangkit dari tempat tidurnya, dan sedikit berlari ke kamar mandi tanpa mengetahui bahwa Tian mengintip dari tempat tidurnya, Tian pun tidak percaya yang telah dia lakukan semalam pada Nora, bukankah dia hanya menganggap Nora sebagai alat untuk mendapatkan warisan ayahnya, namun entah mengapa semalam dia melihat Nora begitu cantik, dan tidak bisa menghentikan tubuhnya untuk tidak menyentuh Nora.    
Baca selengkapnya
Ternyata Tak Seindah Mimpi
Nora terbangun, dia melihat jam di sebelah tempat tidurnya, sudah jam delapan pagi, dia melirik ke samping kanannya, tempat Tian biasa tidur namun tidak ada tanda-tanda orang tertidur di sana, Nora melihat lantai kamarnya berserakan dengan barang-barang yang baru dia beli kemarin, Nora ingin beranjak dari tempat tidur, namun kepalanya masih terasa berat dan pusing, dia tidak tahu berapa kali dia menangis semalam hingga terbangun jam delapan pagi, Nora berusaha untuk bangkit dan mendinginkan kepala, Tian tidak pulang ke rumah, batin Nora.    Setelah membereskan mandi dan membereskan kamarnya, Nora bersiap untuk keluar rumah, dia memutuskan untuk jalan-jalan membeli perlengkapan lukis yang banyak, lebih baik dia menyibukan diri dari pada harus menunggu Tian yang hanya menganggapnya sebagai alat, Nora menahan rasa sakit di dadanya agar air matanya tidak tumpah lagi bila mengingat kata-kata itu.    Nora meminta supirnya mengantarkan dia ke t
Baca selengkapnya
Penderitaan Yang Tak Ada Habisnya
“Kenapa kamu bisa bersama Tomi,” suara Tian meninggi setelah menarik dan melempar Nora ke atas tempat tidur, Nora  tersungkur dan memegang pergelangan tangannya yang kesakitan karena genggaman Tian.    “Hanya kebetulan bertemu, aku sedang membeli alat lukis di dekat situ, lalu mas Tomi mengajakku minum kopi,” jawab Nora.    “Kebetulan bertemu? memang kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?” tanya Tian yang terlihat marah.    “Kami bertemu pertama kali saat aku datang ke kantormu kemarin,” jawab Nora sambil menundukan wajahnya, dia tak berani melihat wajah Tian, dia tahu Tian marah besar padanya   “Apa? aku bilang sama kamu dan tolong dengarkan baik-baik, aku mohon kamu jangan pernah muncul di kantorku atau di hadapan teman-temanku lagi,” balas Tian.     Nora yang mendengar apa yang diucapkan Tian tersentak
Baca selengkapnya
Aku Mencintaimu, Tian
Nora masih memandangi foto-foto yang dikirimkan pengirim tanpa nama tersebut, dia perhatikan satu persatu, wajah Tian yang tak pernah dia lihat sebahagia itu saat bersamanya. Banyak pertanyaan yang terlintas di kepala Nora, apakah wanita yang bersama Tian di foto ini adalah Citra, orang yang mengirimkan foto itu padanya.    Jam menunjukan pukul sepuluh malam, Nora tida bisa memejamkan matanya, gambaran foto itu terus datang saat dia memejamkan matanya, Nora sudah berjanji tidak ingin menangis lagi, untuk bertanya pada Tian, Nora tidak punya keberanian setelah mereka bertengkar semalam, tapi Nora tidak akan tenang sebelum tahu kenyataannya.   “Apakah aku harus menemui mas Tomi ataukah Tyas,” gumam Nora dalam hati.   Nora mengambil handphone yang berada di meja samping tempat tidurnya, dia mulai mengirikan pesan kepada seseorang, Nora memutuskan untuk bertemu besok pagi setelah Tian berangkat kerja, dan pesan Nora
Baca selengkapnya
Kenalkan, saya Almeera
Nora mematung di depan kanvas lukisnya, tangannya memegang kuas yang yang catnya sudah mengering, hampir satu jam lamanya Nora hanya memandang kanvas kosong, tidak seperti biasanya, bila di depan kanvas Nora dengan gamblang melukis dan memainkan kuasnya sehingga menjadi lukisan yang indah, hati Nora bimbang, dia merasa seperti perempuan bodoh yang hanya menurut dan akhirnya harga dirinya terinjak-injak.   Foto-foto Tian dengan wanita lain masih terbayang dalam benak Nora, bahkan dia istrinya tidak pernah berpose seperti itu dengan suaminya sendiri, selama berbulan-bulan dia menikah baru kemarin Tian benar-benar menyentuhnya, itu pun mungkin bukan karena Tian mencintai dirinya.    Nora meletakan kuasnya, dia berjalan ke kamar, membuka lemari bajunya, namun wajahnya terlihat ragu, Nora ingin pulang sejenak ke kampungnya, bertemu ayah dan ibunya, menangis dan bercerita dengan puas dengan adiknya hingga beban di pundaknya berkurang meskipun sedik
Baca selengkapnya
Kehamilan Almeera
“Tian, aku mau bicara,” isi pesan singkat Tomi di handphone membuat Tian bertanya, tidak seperti biasa Tomi mengirimkan pesan hanya untuk bicara padanya, sepertinya kali ini dia ingin berbicara serius, batinnya dalam hati.    Lima belas menit kemudian Tomi sudah berada di depan ruangan Tian, dia membuka pintu dan melihat Tian sudah duduk dan meracik kopi untuk mereka berdua, Tomi duduk di sofa sambil melihat ke arah Tian, setelah Nora menceritakan kejadian di museum tadi, Tomi langsung pergi menemui Tian.   “Katanya mau bicara, kok malah diam aja sekarang,” tanya Tian pada Tomi.   “Tapi sebelumnya aku tidak ada maksud apa-apa, aku hanya mau bertanya sesuatu padamu Ian, dan ini demi masa depan dan warisanmu itu,” jawab Tomi.   “Ha ha ha sejak kapan jadi serius begini sob, kita sudah lama kenal, jangan tegang begini lah,” balas Tian yang memandang wajah Tomi, ad
Baca selengkapnya
Panggung Pernikahan
Jam menunjukan pukul sepuluh pagi, kamar Nora masih terlihat gelap, dan Nora masih terbaring di tempat tidurnya, matanya tak mau terpejam hingga jam empat subuh, kata-kata wanita kemarin siang yang menemuinya masih terbayang di kepala Nora. dia tidak membayangkan Tian menghamili wanita itu, apakah mereka sudah menikah siri di belakang Nora, sesaat Nora merasa sebagai istri yang tak berguna, bagaimana tidak, harusnya dia yang mengandung anak Tian bukan wanita lain, rasa sesak kembali memenuhi dada Nora.    Nora mencoba bangkit dari tempat tidur, dia menyandarkan punggungnya dan mengambil handphone yang dia letakan di dalam laci, Nora sengaja menyimpannya di sana, selepas pulang dari museum dia tidak ingin berbicara dengan siapapun, dia melihat layar handphone, tiga puluh dua panggilan tak terjawab dari Tian dan Tomi, Nora kembali meletakan handphonenya, dia tak menggubris semua panggilan yang masuk.   Nora mencoba membuat dirinya sibuk untuk m
Baca selengkapnya
Rencana Almeera
Almeera memandangi layar handphonenya, dia mencoba menghubungi Tian berulang kali, tidak ada jawaban, panggilannya tak di jawab dan pesannya tak di balas, Almeera gelisah, tidak pernah Tian melakukan hal ini padanya, setiap telephone dan pesannya selama ini tidak pernah menunggu lama, Tian pasti langsung membalasnya, namun saat ini tak ada balasan apapun dari Tian, Almeeran tidak bisa menunggu lagi, dia bergegas mengambil tasnya dan bergegas untuk pergi menemui Tian.    “Tring…tring…tring,” bunyi pesan masuk di handphonenya membuat Almeera mengehntikan langkah kakinya, dia membuka pesan, berharap Tian yang membalas salah satu chatnya.   “Nora sakit, dia pingsan kemarin malam, maaf sayang aku tidak sempat membalas pesanmu,” kata Tian di pesan itu.   Raut wajah Almeera berubah kesal, semalaman perasaannya tidak tenang menunggu Tian, dia tidak pernah absen untuk datang ke apartemennya, namu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status