Rahasia Pewaris Culun

Rahasia Pewaris Culun

Oleh:  Naveen Kenan  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 Peringkat
96Bab
8.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

*MOHON MAAF, KARYA TIDAK SAYA LANJUTKAN, ADA HAL YANG TIDAK BISA SAYA SEBUTKAN, TERIMA KASIH🙏* Seorang pemuda dengan penampilan culun berpura-pura menjadi orang bodoh demi mengungkap orang-orang toxic yang sesungguhnya ingin menggulingkan Frederic Corp. Perusahaan besar yang diincar oleh banyak orang. Bagaimana Aksi Rion mengungkap orang-orang tersebut? Terguling, atau bahkan dia berhasil mengungkap semua setelah menjadi pewaris dari Frederic corp?

Lihat lebih banyak
Rahasia Pewaris Culun Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Oviollette
semangat nulisnya, Thor. semoga dilancarkan dan dimudahkan semuanya, ya.
2023-01-01 15:38:58
0
user avatar
Dini
I LIKE SAMA COVERNYA HUHU GANTENG BANGET ITU MARK NONGKRONG DISITU... Btw holaa om Thor
2022-11-14 18:49:15
1
user avatar
Az Zahwa Zahwa
lanjut thor,semangat
2022-11-14 14:09:18
1
user avatar
Vivi Nisfiatul Khoiroh
semangat Weh. tetep semangat Jan sampai kendorr ...
2022-10-30 22:39:40
1
user avatar
D. Naveen Kenan
Makasih lagi untuk yang udah vote, follow dan favoritin karya saya masuk ke list baca kalian. Kalian semua luar bisa, makasih banyak² dan semoga kalian semua sehat², aamiin ...
2022-10-27 17:36:38
0
user avatar
Erda Nianur
semangat thor saling follow ya
2022-10-25 18:08:31
0
user avatar
D. Naveen Kenan
Tengkyu untuk Kak Kristian Rian Wijaya, Kak Dafa Sihite, Kak Abyamel Azam, Kak Waty Hastuti untuk votenya ...
2022-10-23 10:55:09
0
user avatar
Suci Komala
Semangat Up, Thor! baru baca sebagian udah lope lope sama sosok Rion
2022-10-02 09:22:11
0
96 Bab
Menentukan Pewaris
Tepat pukul delapan malam, di kediaman Tuan Frederic telah berkumpul seluruh anggota keluarga untuk membicarakan perihal siapa yang berhak mewarisi kekayaan yang dimilikinya karena Tuan Frederic sudah renta dan kakinya lumpuh. Lelaki tersebut hanya dapat menghabiskan masa tuanya di kursi roda atau kursi goyang ketika dia bosan. "Baiklah, saya mulai saja karena Tuan Frederic tidak boleh tidur larut malam," ujar seorang pengacara bernama Willson yang ditunjuk oleh Tuan Frederic. Semua anggota keluarga menyimak ucapan Pak Willson karena memang hal yang dia sampaikan akan menjadi penentu tentang siapa yang akan menjadi pewaris di Frederic Corp, salah satu perusahaan besar di kota tersebut. "Saya ingin menyampaikan keputusan penting dari Tuan Frederic mengenai perusahaan yang akan jatuh pada sang pewaris, yaitu––" Belum juga Pak Willson selesai berbicara, seorang wanita paruh baya menyela pernyataan tersebut."Sudah tentu putra saya-lah, pewarisnya," ucap si wanita pemilik bibir merah m
Baca selengkapnya
Terkenang
Suasana hening beberapa saat ketika Rion menunggu jawaban dari Owen. "Kecuali—" "Katakan, Kak! Kecuali apa? Hal apa yang bisa membuat Opa mengubah keputusannya?" Wajah Rion terlihat kesal karena Owen terkesan bertele-tele untuk menjawab pertanyaan yang dia lontarkan."Kak? Cepat katakan!" pinta Rion kesal. Owen tersenyum, lalu mendekati Rion yang terlihat resah dari tempat dia berdiri. "Kamu ingin tau jawabannya, Rion?" Owen bertanya dengan senyum sarkastik dan Rion mengangguk cepat karena penasaran.Owen melangkah maju dan kini berdiri tepat di samping Rion. "Kecuali kalau Opa hanya bermimpi, hahaha ...." Owen tertawa puas ketika menjahili adik tirinya itu.Rion tidak bodoh, tetapi hanya penampilannya saja yang culun dan membuat siapa pun akan menilai kalau pemuda berkacamata itu kurang normal. "Ck! Percuma juga aku tanya padamu, Kak!" Bibir Rion mengerucut, ketika menyadari telah dijahili oleh Owen. "Sudah, tidur sana. Besok kamu kuliah, kan?" ucap Owen sambil menepuk pundak R
Baca selengkapnya
Lelaki Misterius
Ternyata perempuan tomboy itu berlari cukup kencang. Ditambah lagi motor dan mobil yang berlalu-lalang membuat Rion sedikit kesulitan ketika hendak berlari untuk mengejar Kenzie. Tepat di depan gerbang kampus, Kenzie terlihat sudah berkacak pinggang dengan bibir merah muda yang tersenyum seolah-olah meledek. "Haiii, Rion? Baru sampe?" ucap Kenzie saat melihat Rion dengan napas ngos-ngosan dan tangan yang mengusap peluh di dahi. "Kamu curang, Enzie," kata Rion dengan napas yang masih tersengal-sengal. "Bisa-bisanya kamu menghitung tiga, tanpa adanya dua terlebih dahulu. Dasar licik!" kesal Rion. "Wait! Dari mana liciknya? Bukannya gue bilang, setelah hitungan ketiga, kita langsung berlari?" Sejenak Rion terdiam. Dia menelaah apa yang diucapkan oleh perempuan bermata kehijauan itu. "Sial! Sepertinya kamu ngerjain aku, ya?" Kenzie tertawa terbahak-bahak ketika meyakini kalau Rion memang polos dan begitu mudah dikerjai. "Emang enak?! Gue tunggu hadiah dari lu, Rion. Byeee!" Kenzi
Baca selengkapnya
Identitas Tersembunyi
Pria jangkung berparas tampan yang terlihat rapi mengenakan jas warna hitam serta celana kain dengan warna senada itu kini berada tepat di antara Rion dan Kenzie. Mata sipit Rion melebar ketika pandangannya terfokus pada pria dengan gaya kasual dan terlihat begitu elegan. "Tu-tuan Muda?" Pemuda itu berdiri dari bangku dan menjawab dengan terbata saat menyadari ternyata Owen yang menghampirinya. Owen yang sedang berdiri tegak itu mengernyitkan dahi. Dia begitu bingung dengan ucapan adik tirinya tersebut.'Sejak kapan Rion memanggilku dengan sebutan Tuan muda?' Owen berucap di dalam hatinya. "Ada apa Tuan Muda kemari?" sambung Rion sambil mengedipkan matanya dengan cepat. Pria culun itu memang ingin merahasiakan jati dirinya di depan Kenzie, untung saja Owen mengerti. "Ayahmu sakit dan sedang dirawat, dia memintaku untuk menjemput kamu," ujar Owen yang berusaha mengimbangi sandiwara Rion. Namun, tampaknya akting mereka sedikit gagal. Kenzie akhirnya ikut berdiri, lalu dia menyengg
Baca selengkapnya
Tabir Hitam
Entah dinamakan sial atau keberuntungan, ponsel Kenzie kembali berdering dan sahabatnya meminta si tomboy itu untuk segera menemuinya di tempat kerja. "Lu selamat untuk saat ini, tapi besok, jangan harap!" ucap Kenzie sambil menunjuk wajah Rion. Pria bertubuh kerempeng itu hanya dapat mengangguk pasrah."Awas, besok gue akan kejar lu ke mana pun dan jawaban lu akan gue anggap utang! Ingat itu baik-baik, Rion!" ancam Kenzie sebelum dia pergi meninggalkan Rion.Dada Rion yang terasa sesak seketika lega ketika melihat Kenzie menaiki sebuah bus. Hal itu cukup membuat pemuda bermata sipit itu dapat tenang, meskipun dia menyadari hal ini hanya sementara karena esok hari Kenzie pasti akan mengejarnya dan mencecar dengan begitu banyak pertanyaan. Tin! Tin! Suara klakson mobil yang tiba-tiba berada di hadapannya membuat Rion terperanjat. "Maaf, Tuan muda. Saya tadi sudah mencoba memanggil, tetapi sepertinya Tuan muda Rion sedang melamun," ujar pria yang memakai breton hat di dalam mobil.
Baca selengkapnya
Ide Kenzie
Mata sipit Rion membulat saat melihat si tomboy ada di hadapannya. Debar dalam dada semakin kencang dan dalam hatinya berkata, 'akankah ini akhir dari persahabatanku dengan Enzie, Tuhan?'Keduanya terdiam. Rion yang masih sibuk dengan angannya dan Kenzie yang sibuk dengan segala perkiraan serta sanggahan yang ada di otaknya. Namun, kebisuan mereka berakhir saat pintu ruang kerja Owen terbuka. "Saya tunggu dari tadi, kenapa tidak masuk?" Tanya Owen ketika melirik seorang perempuan berseragam hitam-putih. "Tunggu, kamu siapa? Bukankah yang harusnya membawa berkas itu Angel? Ke mana dia?" "Maaf, Pak. Saya disuruh oleh Mbak Angel untuk memberikan laporan ini pada Bapak. Di sini saya hanya seseorang yang diberikan kesempatan untuk magang di perusahaan Bapak." Kenzie mencoba menjelaskan. "Baiklah, mari masuk." Owen lebih dulu masuk ke ruang kerja. "Lu jangan pergi, Rion. Urusan kita belum selesai." Kenzie pun akhirnya ikut serta masuk ke ruang kerja Owen. Rion mulai gelisah. Dia tidak
Baca selengkapnya
Perubahan Rion
Kenzie Menarik tangan Rion dan berlari di trotoar yang disoroti warna oranye dari lampu-lampu pinggir jalan. "Enzie, mau ke mana?" "Enggak usah banyak tanya, lu bawa duit cash, bukan?" "Ada, tapi buat apa?" Langkah Kenzie terhenti, mata kehijauannya kini menatap Rion––pria berkacamata yang memang terlihat culun dengan gaya rambut yang mulai panjang menutupi telinga. "Gue mau bikin lu gak dipandang culun lagi," ucap Kenzie dengan tatap penuh keyakinan. "Kamu mau merubah penampilanku?" "Ssttt .... Gue memang mau merubah penampilan lu, tapi tidak dengan hati lu. Lu tetap Rion, pria baik yang gue kenal. Gue hanya ingin, lu gak minder.""Tapi––" "Gue gak menerima bantahan, terlebih gue punya reward dari lu." Rion tidak dapat membantah, dia hanya bisa pasrah ketika jemari lentik Kenzie menariknya kembali untuk berlari. "Gak usah lari juga, Enzie!" Separuh napas Rion sudah tersengal karena Kenzie mengajaknya berlari cukup kencang. Saat ini mereka ada di salah satu mall yang cukup
Baca selengkapnya
Menghilang
Dalam keheningan malam, Rion tidak dapat beristirahat dengan tenang. Terlebih ketika mengingat Fredrick yang bisa saja nyawanya terancam. Owen masih belum pulang, sedangkan Kemala sepertinya sudah terlelap. 'Apa Kak Owen di rumah sakit, ya?' Batin Rion berkata. Lamunannya terempas ketika dering ponsel menyapa malam yang cukup dingin. "Halo?" Rion mengangkat panggilan telepon dari Kakaknya. "Rion, aku tidak dapat menemani Opa malam ini. Apakah Ibu sudah pulang dari rumah sakit?" tanya Owen dari dalam sambungan ponsel. "Mama tampaknya kelelahan, Kak. Sepertinya sudah tidur. Aku kira Kakak sudah ada di rumah sakit." "Tidak. Ada urusan lain di luar kantor." "Ya sudah, selesaikan urusan Kakak, biar aku yang menjaga Opa." "Baiklah, makasih, ya, De." Sambungan ponsel terputus dan Rion bergegas mendobel kemejanya dengan sweater warna hitam. Ya, Rion memang penyuka warna itu. Barang-barang yang dia miliki, hampir semuanya berwarna hitam. "Jalan," pinta Rion pada sopir pribadinya. "M
Baca selengkapnya
Koma
Ponsel masih ada di tangan Rion. Namun, seketika sorot matanya beralih pada seorang perempuan yang baru saja turun dari mobil angkot. Wanita itu terlihat berjalan menuju bengkel. "Mbak!" Rion memanggil wanita yang sepertinya dia kenal. Ya, pemuda itu merasa pernah melihat wanita yang baru saja turun dari mobil angkot. "Iya?" jawab wanita tersebut dan seketika langkahnya pun terhenti saat menjawab panggilan dari seorang pemuda. "Maaf, sepertinya saya pernah melihat, Mbak di kontrakan Kenzie. Apa Mbak teman kostnya Kenzie, ya?" tebak Rion cukup percaya diri karena dia cukup sering melihat wanita itu disapa oleh Kenzie. "Iya, Enzie teman satu kontrakanku. Bahkan, dia sudah seperti adikku." "Kebetulan. Saya ada perlu sama Enzie. Kami sudah janjian di bengkel ini, tapi sudah lebih dari dua jam, Enzie belum juga datang. Apakah Mbak tau dia ke mana?" tanya Rion dengan tatap heran. Seketika ekspresi wajah wanita yang ada di hadapan Rion menjadi sedih. "Sebetulnya––" Kata-kata wanita it
Baca selengkapnya
Kabar Buruk
Wajah Rion seketika heran melihat Angel yang bereaksi seperti itu. "Mbak kenapa?" "Tolong panggilkan dokter, Rion. Ada sesuatu yang terjadi pada Enzie," terang seorang wanita yang berusia lebih tua dari Rion. Sebetulnya Angel telah mencoba menghubungi dokter melalui pemanggil yang telah terhubung di ruangan. Hanya saja, dokter tidak kunjung datang dan hal tersebut membuat Angel panik. Baru saja Rion berdiri dari tempat duduknya. Seorang dokter dan asistennya terlihat menuju ke ruang ICU. "Dokter tolong, tolong adik saya, Dok. Monitornya tiba-tiba berbunyi cepat. Itu kenapa, Dok?" terang Angel setelah dokter berada di depan pintu ruang ICU. "Biar saya periksa dulu, ya, Mbak. Permisi." Dokter itu pun masuk lebih dulu. "Maaf, Mbak. Biar Dokter periksa keadaan pasien, ya? Dan maaf, Mbak tidak boleh masuk dulu," jelas suster saat menahan tubuh Angel yang berusaha masuk ke ruang ICU. Walau pun berat, akhirnya Angel menuruti apa yang dipinta oleh suster. "Mbak tenang, ya?" Rion mencoba
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status