Ex-Husband After Divorce

Ex-Husband After Divorce

By:  5Lluna  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
110Chapters
44.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

“Ayo kita perbarui kontraknya. Jadilah teman tidurku kapan pun dan di mana pun aku mau.” Lydia yang akhirnya telah berhasil melewati kontrak pernikahan setahunnya dengan aman dan telah resmi bercerai, seharusnya kini dia sudah bebas menjalani hidupnya seperti biasa. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Lydia malah kembali terjerat dengan Reino, mantan suami kontraknya yang playboy. Reino Andersen, tidak pernah memandang mantan istrinya sebagai perempuan yang pantas mendampinginya. Namun setelah kejadian malam itu, tubuh yang selalu dihina kurus itu menjadi candu baginya.

View More
Ex-Husband After Divorce Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Destri Yanti
ko bisa sih pengen baca ulang tapi ko terkunci lagi :(
2024-03-25 06:28:17
1
user avatar
Ana Balghaits
alurnya bagus. keren juga ceritanya. FL nya ga menye-menye. mantan Thor
2023-10-05 23:11:37
1
default avatar
Angela Newman Iglesias
Can I have this book in English??
2023-06-21 03:07:21
3
110 Chapters
Belum Berakhir
“Akhirnya,” gumam Lydia pelan sambil mengulum senyum, memegang map di tangannya. Wanita berumur 25 itu mendonggak melihat pria yang duduk tepat di depannya. Pria dingin yang tidak punya begitu banya ekspresi selain marah, bingung, datar dan dingin. Oh dan mungkin puas karena sejuanya telah selesai. “Senang bisa bekerja sama dengan anda Pak Reino.” Lydia mengulurkan tangan untuk menjabat lelaki yang kini berstatus sebagai mantan suaminya itu. Reino tidak langsung menjabat tangan Lydia. Dia melihat tangan kurus itu terlebih dulu, sebelum akhirnya menjabatnya disertai dengan helaan napas lega. “Saya harap ke depannya kita tidak perlu bekerja sama lagi,” jawab Reino dengan ketus dan ekspresi dinginnya yang khas. Lydia sebenarnya kesal setengah mati dengan kelakuan Reino, tapi dia mencoba menahan diri. Bagaimana pun pria itu masih merupakan bosnya di kantor, jadi Lydia hanya bisa tersenyum saja. “Uruskan pembayarannya secepat mungkin,” Lydia masih bisa mendengar seruan malas Reino pad
Read more
Kabur
“Bagaimana bisa?” Lydia kembali memekik. Perempuan itu baru saja terbangun ketika mendengar alarmnya berbunyi. Tapi begitu dia berbalik ke sisi ranjang yang satunya karena masih mengantuk, mata Lydia yang setengah terpejam bertumbukan dengan pemandangan yang selama ini dia pikir hanya akan ditemukan di film atau novel saja. Dengan perlahan, Lydia mengalihkan pandangan matanya untuk melihat dirinya sendiri. Tanpa menyingkap selimut pun sebenarnya Lydia bisa merasakan dia tidak memakai apa-apa, tapi tetap saja dia mengintip ke dalam selimut dan nyaris saja memekik. “Apa yang terjadi di sini?” guma Lydia seraya merambat naik untuk menyandar ke kepala ranjang. “Jangan berisik.” Suara bariton yang amat sangat dikenalnya, membuat Lydia tersentak. Wanita itu menoleh ke arah pria tadi dan terkejut setengah mati ketika pria yang tadi memunggunginya, kini berbalik menghadap dirinya. “Oh, my God. Polar Bear,” pekik Lydia tertahan. Lydia berjengit ketika pria itu kembali bergerak. Untung
Read more
Awal Mula Kejadian
Beberapa jam sebelum kejadian malam itu. “Eh? Gimana Bu?” tanya Lydia dengan mata membesar. Lydia baru saja mendapat telepon interkom dari atasannya yang katanya baru saja selesai rapat dengan bos besar. Dan apa yang didengarnya saat ini membuatnya syok.“Pak Reino katanya ingin ketemu kamu, Lyd. Dia pengen apresiasi kamu soal kebocoran dana tahun lalu dan anggaran produk baru kita.” Ucapan manajernya itu makin membuat mata Lydia membesar. Kenapa bisa tiba-tiba Reino yang pelit itu mau memberi apresiasi? Dan itu untuk kejadian tahun lalu pula. Ditambah dengan hal yang sudah seharusnya dia lakukan untuk produk baru beberapa bulan lalu. “Gak salah, Bu?” tanya Lydia sangat yakin kalau manajernya salah dengar. Tidak mungkin dia dapat apresiasi hanya kerena hal seperti itu. “Gak salah kok, Lyd. Mending kamu sekarang ke ruangan di lantai paling atas deh. Jarang-jarang loh pegawai biasa seperti kita bisa melihat wajah tampan bos Reino.” ‘Tampan my ass,’ teriak Lydia dalam hati. Denga
Read more
Ucapan Selamat
“Ugh…” Lydia mengernyit kemudian meringis pelan menahan sakit saat bangkit dari toilet duduk, tuk kemudian berjalan ke wastafel. Setelah mencuci tangan, Lydia menatap pantulan dirinya di cermin. Dengan mata telanjang sekalipun bisa terlihat dengan jelas bintik-bintik merah di area lehernya. Tidak banyak sih, tapi ada satu hal yang paling mencolok. Di sekitaran pangkal leher Lydia, ada bekas serupa jari yang agak samar. Seolah dirinya pernah dicekik. Dan tak usah ditanya jejak jari siapa itu. Itu adalah milik Reino Andersen. "Ini benar-benar gila. Bagaimana mungkin jadi seperti ini sih? Polar Bear itu nyaris memhunuhku." Lydia yang sudah teringat kejadian semalam, jadi merinding. Itu benar-benar malam yang panas dan brutal. Lydia harus ingat untuk menutupi ini sebentar sore, sebelum ibu dan adiknya pulang ke rumah. “Mau buang hajat aja menderita banget ya Tuhan,” gumam Lydia setelah berhasil kembali berbaring di ranjangnya. Sumpah demi apapun, Lydia merasa sangat kesakitan seka
Read more
Tanda Biru
"Oh, Tuhan ini sangat melelahkan." Lydia memijat pelipisnya yang berdenyut. Gara-gara Erika, dua sahabatnya yang lain ikut merecokinya sampai malam. Mereka semua bahkan kompak berkunjung ke rumah Lydia, selepas jam pulang kantor. Andaikata Cinta yang sudah menikah tidak dicari suami, mungkin para sahabat Lydia itu akan menginap. Apalagi karena tuan rumah yang lainnya tidak keberatan sama sekali. “Good morning. Kok lesu banget,” salah seorang rekan kerja Lydia menyapa. “Good morning juga. Aku cuma masih ngantuk saja,” jawab Lydia seraya duduk di kursinya. Sesuai rencana, hari ini Lydia kembali bekerja. Dan rasa sakit yang dirasakannya juga sudah jauh berkurang. Yang tersisa hanyalah bekas kemerahan yang kini sudah mulai menghitam. Untung saja semua tanda itu masih bisa ditutupi dengan concealer yang banyak. Erika yang punya alat make up paling lengkap, memberinya concealer mahal yang masih baru, lengkap dengan sponge dan kuas make up. Lydia amat berterima kasih untuk yang satu i
Read more
Diikuti
“Udah mau pulang, Lyd?” Revan langsung bangkit dari kursinya, ketika Lydia berjalan menuju pintu ruangan sambil melihat ponselnya. “Yupz. Tapi aku mau cari taksi online dulu.” Lydia menunjukkan ponselnya sambil tersenyum. “Aku juga sudah mau pulang, gimana kalau sekalian kuantar pulang?” Revan terlihat buru-buru mengambil tas ranselnya. “Kebetulan aku ada bawa helm lebih hari ini.” Langkah Lydia terhenti untuk menatap rekan kerjanya sebentar. Kalau mau jujur, sebenarnya Lydia kurang nyaman dibonceng oleh lawan jenis yang belum terlalu dekat dengannya. Karena itu dia selalu memilih taksi online dibandingkan ojek. Tapi karena ini masih pertengahan bulan dan keuangannya sedang menurun, Lydia akhirnya mengiyakan. “Tapi aku gak langsung pulang ke rumah nih. Aku ada janji dulu sama teman-temanku dan sepertinya tempatnya agak jauh.” “Memangnya di mana?” Lydia menyebut nama sebuah cafe dan Revan langsung menyanggupi untuk mengantar. Katanya kebetulan dia ada urusan disekitar situ. “Ci
Read more
Hamil
“Sayang? Apa sih yang kamu lihat dari tadi?” Perempuan yang bersama Reino menoleh ke arah yang dilihat lelaki berwajah dingin itu, bertepatan dengan Lydia dkk beranjak. Dia penasaran apa yang membuat fokus Reino teralihkan darinya, tapi sama sekali tidak menemukan apa yang dilihat Reino. “Sudah kubilang berapa kali? Berhenti panggil aku sayang,” geram Reino ketika wanita di depannya sudah kembali melihat dirinya. “Tapi kita kan pacaran, masa .…” “Pacaran? Kata siapa?” tanya Reino meletakkan gelas wine dengan kasar ke atas meja. “Ah,” Reino mengangguk paham maksud wanita itu. “Apa setelah kuajak tidur beberapa kali, lantas kau merasa dirimu spesial?” tanya pria berwajah masam itu pada wanita di depannya. “Bukan begitu … aku .…” “Than behave,” potong Reino dingin. “Aku masih punya banyak cadangan selain kau. Dan ini kali terakhir aku menuruti permintaan makan malam absurd ini sebelum kita check in.” Reino mengelap bibirnya dengan serbet putih, kemudian melempar kain itu ke ata
Read more
Kehormatan Wanita
“Makasih, Bang.” Lydia tersenyum sambil mengambil plastik merah yang disodorkan abang ojek online yang dipesannya. Lydia kemudian dengan tergesa kembali masuk ke lobi kantornya. Ini sebenarnya sudah jam pulang kantor dan orang-orang mulai keluar dari gedung kantor. Dan Rasanya hanya Lydia saja yang justru berlari masuk, lebih tepatnya ke arah toilet yang ada di lantai satu. Sialnya karena terlalu terburu-buru, Lydia malah menabrak seseorang. “Aduh maaf, Pak. Saya gak perhatiin jalan.” Lydia segera menunduk untuk minta maaf pada orang yang ditabraknya. Lydia sebenarnnya tidak memperhatikan siapa yang ditabraknya, tapi dari pakaian dia tahu itu adalah lelaki. Dan Lydia tak menyangka kalau bungkusan obat dengan label aplikasi kesehatan online yang dipegangnya terjatuh ke lantai, tuk kemudian dipungut oleh pria itu. “Kamu sakit?” Suara baritone yang terdengar dalam itu menyentak Lydia. Dia segera mendonggak dan menemukan Reino memegang plastik obat miliknya. Padahal Lydia sudah ber
Read more
Ketagihan
“KELUAR.” Reino menyeret perempuan yang menurutnya terlalu lamban dalam bergerak itu keluar dari kamar hotel yang dipesannya. Sama sekali tidak peduli jika wanita itu masih dalam keadaan setengah telanjang. “Tunggu Reino. Aku belum selesai berpakaian,” teriak wanita itu kesal setengah mati. Tapi tidak ada gunanya, Reino sudah membanting pintu hingga menutup.Lelaki putih nun jangkung yang masih dalam keadaan telanjang itu menggeram kesal di dalam kamar suite yang sudah berantakan. Bukan berantakan habis bercinta, tapi Reino menghancurkan sebagian isi kamar itu. Pecahan lampu hias tergeletak di lantai, demikian pula dengan vas bunga. Belum termasuk dengan telepon dan teko listrik yang teronggok tak berdaya di bawah televis layar datar yang sudah pecah. “Sialan. Apa sih yang perempuan itu lakukan padaku?” geram Reino yang sudah duduk di pinggir ranjang, sedang menyumpahi Lydia. Yes, thats right. Lydia Amarta mantan istri kontraknya Reino Andersen. Pria itu sedang memaki mantan ist
Read more
Perbaruan Kontrak
“Eh? Ini apaan?” gumam Lydia ketika merasakan ada sesuatu yang mengganjal di bawah keyboardnya. “Ah, tadi Pak Reino duduk di sana waktu periksa laporan. Mungkin ada paper klip yang gak sengaja tersangkut tadi,” Kiara yang mendengar gumaman Lydia segera menyahut. Mulut Lydia langsung terbuka cukup lebar mendengar kalimat Kiara. Dia baru mendengar kalau Reino duduk di tempatnya saat berkunjung tadi. Untung saja Lydia kembali setelah pria itu telah pergi. Entah kenapa, Lydia punya pikiran kalau yang ada di bawah keyboardnya bukan paper clip yang gak sengaja nyempil. Dan ketika dia mengangkat keyboardnya, ada lipatan kertas kecil berwarna kuning di sana. Tidak hanya satu, tapi ada beberapa. Dengan gerakan pelan agar tidak terlihat orang sekitarnya, Lydia mengambil kertas-kertas itu dan membukanya. Dia tidak terkejut lagi menemukan tulisan yang nyaris serupa pada kertas-kertas itu.‘Temui aku di parkiran basement selepas pulang kantor. Awas saja kalau terlambat. Aku akan memecatmu.’
Read more
DMCA.com Protection Status