Zhen duduk di ruangan kecil di kediamannya, pikirannya berputar-putar. Meskipun berhasil melewati ujian fisik dan spiritual dengan baik, dia tahu bahwa ujian sebenarnya baru saja dimulai. Di balik sorakan dan tepuk tangan, ada banyak yang menginginkan kegagalannya. Dan Ling Jun, dengan rasa iri yang jelas, adalah ancaman yang paling nyata.
Namun, Zhen juga merasakan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar permusuhan biasa. Sebuah perasaan aneh, seolah ada sesuatu yang tersembunyi di dalam klan ini—sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar persaingan antaranggota. Pagi hari, Zhen melangkah ke halaman depan, tempat para anggota klan berkumpul untuk mendengarkan pengumuman hasil ujian. Para tetua klan, termasuk ayah Zhen, sudah berkumpul di atas panggung yang megah. Zhen menghela napas dan menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di ujian kemarin akan menentukan posisinya dalam klan ini. Ketika para peserta ujian mulai berkumpul, Ling Jun terlihat lebih tenang dari biasanya. Namun Zhen bisa merasakan aura negatif yang masih mengelilinginya. Ling Jun tetap diam, menyembunyikan perasaan kesalnya. Di sudut lain, Ying dan Xian berdiri, siap memberikan dukungan, meskipun Zhen tahu bahwa banyak dari mereka juga merasa cemas. "Zhen!" suara kepala klan terdengar dari atas panggung. Semua orang langsung terdiam. Ayah Zhen mengangkat tangannya untuk memberikan isyarat agar semua orang tenang. "Ujian klan tahun ini cukup ketat. Namun, ada satu yang menonjol. Zhen, anakku, telah menunjukkan bakat yang luar biasa." Sorakan terdengar dari kerumunan, tetapi Zhen bisa merasakan bahwa beberapa tatapan penuh ketidakpuasan tertuju kepadanya. Dia tahu bahwa tidak semua orang senang dengan pengakuan yang dia terima. "Namun, Zhen," ayahnya melanjutkan, "tidak cukup hanya dengan bakat untuk memimpin klan ini. Untuk menjadi penerus klan, kamu harus membuktikan bahwa kamu tidak hanya kuat dalam kultivasi, tetapi juga dalam kebijaksanaan dan pengendalian diri." Zhen menundukkan kepala. Itu adalah ujian kedua yang lebih sulit, ujian yang akan menguji mentalitas dan kemampuannya untuk menghadapi manipulasi politik klan. --- Setelah pengumuman, Zhen pergi menuju ruang meditasi. Tempat itu sunyi dan tenang, seolah memisahkannya dari dunia luar yang penuh dengan intrik dan permainan kekuasaan. Namun, perasaan cemas yang dia rasakan tidak bisa dihilangkan. Ling Jun tidak akan diam begitu saja. Selain itu, ada seseorang yang lebih berbahaya yang memperhatikan langkah Zhen—Ling Kai, seorang tetua klan yang sangat dihormati, namun dikenal memiliki ambisi besar untuk menguasai klan ini. "Zhen," suara Ling Kai terdengar di belakangnya, membuat Zhen terkejut. Ling Kai, meskipun sudah tua, memiliki aura yang sangat kuat. Mungkin dia adalah salah satu orang yang paling berpengaruh dalam klan ini. Zhen berbalik dengan hormat. "Tuan Ling Kai." "Jangan pikir semua orang akan menyambut baik bakatmu," kata Ling Kai dengan nada yang penuh arti. "Dalam klan kita, kekuatan bukanlah segalanya. Ada banyak hal yang lebih penting—seperti aliansi dan hubungan. Dan jangan lupa, Ling Jun tidak akan berhenti berusaha menjatuhkanmu." Zhen menatap Ling Kai dengan penuh kewaspadaan. "Saya tahu. Namun, saya tidak takut." Ling Kai mengangguk. "Takut adalah hal yang tidak baik, tapi terlalu percaya diri juga bisa berbahaya. Jangan sampai ambisi pribadi membutakanmu. Ketahuilah, dalam klan ini, tidak ada yang bisa dianggap sebagai teman sejati." Zhen merasa sebuah pesan tersirat dalam kata-kata Ling Kai, tapi dia tahu bahwa dia harus fokus pada ujian yang lebih besar. "Terima kasih atas nasihatnya, Tuan." Ling Kai tersenyum sinis. "Ingatlah, Zhen. Klan ini penuh dengan teka-teki yang tak terlihat. Hanya mereka yang cukup bijak yang bisa mengungkap rahasia-rahasia itu." --- Beberapa hari setelah pertemuan dengan Ling Kai, ujian ketiga dimulai. Kali ini, ujian pengendalian elemen lebih menantang daripada sebelumnya. Zhen harus mengendalikan lebih dari satu elemen dalam waktu yang bersamaan. Ini adalah tes yang menentukan seberapa jauh dia telah menguasai tujuh elemen legendaris yang ada dalam tubuhnya. Namun, ujian ini bukan hanya tentang kemampuan mengendalikan elemen. Tiba-tiba, Zhen merasakan sebuah gangguan yang datang dari dalam dirinya. Ada sesuatu yang bergerak dalam tubuhnya—sesuatu yang tersembunyi. Dia segera menyadari bahwa elemen-elemen dalam tubuhnya tidak sepenuhnya stabil. Seolah ada kekuatan lain yang berusaha menguasainya. Zhen menggertakkan gigi dan berusaha tetap fokus. Dia menarik aliran energi spiritualnya dengan hati-hati, mencoba mengendalikan ketujuh elemen secara bersamaan. Angin berputar di sekitarnya, api mulai berkobar, air mengalir dengan sempurna, dan tanah bergerak tanpa hambatan. Tetapi ada sesuatu yang lebih besar yang mulai muncul di dalam dirinya. Sebuah kekuatan yang seharusnya tidak ada di sana. "Kamu tidak akan bisa mengendalikan semuanya," bisik suara itu di dalam pikirannya. Zhen hampir terkejut. Suara itu datang dari dalam dirinya—suara yang tidak dikenalnya. Sepertinya ada sesuatu dalam tubuhnya yang sangat kuat dan berbahaya. Zhen memfokuskan pikirannya dan berusaha menahan kekuatan itu. "Aku harus mengendalikan ini," gumamnya. Tiba-tiba, suara itu hilang. Zhen merasa kelelahan, tetapi dia berhasil menyelesaikan ujian dengan baik. Ketujuh elemen berada di bawah kendalinya, meskipun Zhen merasakan bahwa tubuhnya bergetar, seolah-olah kekuatan dalam dirinya menuntut lebih banyak lagi. --- Ketika Zhen selesai dengan ujian elemen, Ling Jun muncul di hadapannya dengan tatapan sinis. "Bagus sekali, Zhen. Tapi kamu tidak akan bisa melarikan diri selamanya. Rahasia dalam dirimu akan terungkap pada waktunya." Zhen menatapnya dengan tajam, tidak membalas sepatah kata pun. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa bahaya semakin dekat. Semua ini bukan hanya ujian untuk dirinya, tetapi juga ujian yang akan mengungkapkan masa depan klan ini.Zhen melangkah keluar dari Kota Kabut Hitam, meninggalkan jejak perjalanannya yang penuh dengan pertempuran dan pengalaman berharga. Dengan poin kontribusi yang ia kumpulkan, ia telah mendapatkan berbagai sumber daya yang memperkuat kemampuan alkemis dan kultivasinya. Namun, perjalanan ini belum berakhir—justru semakin mendekati puncaknya.Langit Ketiga masih menyimpan banyak misteri. Kota-kota besar, sekte-sekte kuno, dan kekuatan tersembunyi yang belum pernah ia temui menantinya. Namun, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah Kota Suci Alkemis, tempat para alkemis terbaik berkumpul dan tempat legenda tentang Pil Keabadian berasal.Bersama Bai Yue, yang kini selalu berada di sisinya, Zhen menatap cakrawala yang luas.> Bai Yue: "Langit Ketiga begitu luas… Apakah kau siap menaklukkannya?"Zhen (tersenyum tipis): "Aku harus. Tidak ada jalan mundur."---Sementara itu, di dalam Kota Suci Alkemis, para tetua agung sedang membahas peristiwa besar yang akan datang. Ramalan Surgawi
Di bawah sinar bulan yang pucat, Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri dalam kepungan bandit. Sekitar dua puluh orang bersenjata mengepung mereka, dengan Bai Tu—pemimpin mereka—berdiri di tengah, menatap Zhen dengan tatapan penuh rasa percaya diri.> Bai Tu (tertawa kecil): "Aku sudah lama mendengar namamu, Zhen. Kau benar-benar bodoh telah datang ke tempat ini tanpa persiapan."Zhen tetap tenang, memegang Pedang Petir Surgawi dengan erat.> Zhen: "Kau yakin aku tidak datang dengan persiapan?"Bai Tu menyeringai, lalu melambaikan tangannya.> Bai Tu: "Hancurkan mereka!"Para bandit langsung melompat ke depan dengan senjata terangkat.Zhen mengaktifkan Teknik Langkah Petir, tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya biru. Dalam sekejap, ia muncul di belakang salah satu bandit dan menebasnya dengan cepat.Srekk!Darah menyembur saat salah satu bandit jatuh tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.> Wen Ling (melompat mundur): "Mereka bukan lawan sembarangan!"Bai Yue mengangkat tangannya, me
Angin pagi bertiup lembut saat Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berjalan melewati gerbang sekte, memulai perjalanan mereka menuju Lembah Hitam.Lembah Hitam terletak ratusan kilometer dari Sekte Langit Ketiga, di perbatasan wilayah yang dikuasai oleh kelompok bandit terkenal—Serigala Hitam.> Bai Yue (menatap peta): "Jika kita terus berjalan tanpa henti, kita bisa mencapai lembah dalam dua hari."Zhen mengangguk.> Zhen: "Kita tidak tahu seberapa kuat bandit-bandit di sana. Kita harus tetap waspada."Wen Ling tampak sedikit gelisah.> Wen Ling: "Aku mendengar rumor bahwa pemimpin mereka, Bai Tu, dulunya adalah seorang murid dari sekte besar, tapi diusir karena membunuh rekan-rekannya sendiri."Zhen mengangkat alis.> Zhen: "Kalau benar begitu, berarti dia bukan musuh sembarangan."Bai Yue menghela napas.> Bai Yue: "Kita akan mengetahuinya begitu sampai di sana."Tanpa membuang waktu, mereka melanjutkan perjalanan.---Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sebuah wilayah bernama Huta
Langit di atas Kota Kabut Hitam masih dipenuhi sisa-sisa energi pertempuran. Puing-puing bangunan berserakan, dan beberapa tempat masih dipenuhi asap hitam. Namun, meskipun kota ini baru saja mengalami serangan besar, mereka berhasil bertahan.Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri di tengah reruntuhan, napas mereka masih terengah-engah setelah pertarungan sengit melawan Mo Jian.> Wen Ling (menghela napas): "Dia berhasil kabur... tapi setidaknya kita sudah menghancurkan pasukan iblisnya."Zhen tidak menjawab. Tatapannya masih tajam menatap titik di mana Mo Jian menghilang. Perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.> Zhen (dalam hati): "Orang sepertinya tidak akan menyerah begitu saja. Ini pasti belum selesai..."Suara langkah kaki mendekat.Dari sudut jalan, pasukan penjaga kota yang tersisa mulai berdatangan. Salah satu dari mereka adalah seorang pria paruh baya dengan jubah berwarna hitam dan lambang Kota Kabut Hitam di dadanya.> Pria itu: "Aku Jenderal Hu Wei. Siapa kalian? Dan bagai
Kota Kabut Hitam masih bergema dengan suara pertempuran. Api berkobar di beberapa sudut, dan mayat-mayat berserakan di jalanan. Paviliun Iblis Merah telah membawa kehancuran besar, dan sekarang Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling harus menghadapi pemimpinnya—Mo Jian.Mo Jian berdiri dengan santai di tengah reruntuhan, jubah ungunya berkibar ditiup angin malam. Tatapannya dingin, tetapi senyum di wajahnya menunjukkan rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.> Mo Jian: "Kalian benar-benar berani melawanku? Bahkan tiga orang pun tidak cukup untuk menjatuhkanku."SWOOSH!Tiba-tiba, Bai Yue menghilang dari pandangan! Dalam sekejap, ia sudah muncul di belakang Mo Jian, pedangnya meluncur dengan kecepatan luar biasa!> Bai Yue: "Tebasan Langit Es!"ZRAAAAK!Sebuah gelombang energi es menerjang tubuh Mo Jian, membekukan udara di sekitarnya. Jalanan di bawah kaki mereka berubah menjadi lapisan es, dan suhu turun drastis.Namun, Mo Jian hanya terkekeh.> Mo Jian: "Menarik... tapi tidak cukup."CRACK!Ia
Zhen, Wen Ling, dan Shen Lao akhirnya meninggalkan reruntuhan Lembah Kegelapan. Mereka melintasi jalur berbatu yang dipenuhi kabut tebal, menuju kembali ke Kota Kabut Hitam. Akar Roh Suci kini berada di tangan Zhen, dan ia tahu bahwa benda ini bisa menjadi harapan terakhir kota yang hampir hancur karena kutukan Bai Yun.> Zhen (dalam hati): "Semoga kita tidak terlambat..."Namun, saat mereka mendekati gerbang kota, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan. Darah menggenang di jalanan, mayat-mayat para penjaga berserakan di tanah, dan bangunan utama kota tampak terbakar.> Wen Ling: "Tidak… apa yang terjadi di sini?! Baru beberapa hari kita pergi, tapi kota ini sudah jadi seperti neraka!"Shen Lao menghela napas panjang, tatapannya kelam.> Shen Lao: "Sepertinya kita sudah kedatangan tamu tak diundang..."Di tengah kota yang hancur, terlihat sekelompok orang berbaju hitam dengan lambang mata merah di dada mereka. Mereka berdiri di tengah jalan, mengelilingi seorang pria tua y