Share

BROKEN HOME
BROKEN HOME
Penulis: RISTA

Kelahiran Yang Tak Diinginkan

Setiap orang tua pasti mendambakan seorang anak karena darah daging mereka sendiri.

            “Aaaaakkkhhh.”

            “Trus sayang, bertahanlah.”

            “Aaaaakkhhh.”

            “Jangan tutup mata bu, trus bu, kepalanya sudah keluar!.”

            “Oeeeeek oeeekk oeekk.”

            Suara bayi yang dinantikan telah terdengar, tapi entah kenapa semuanya terdiam. Suasanya mencekam. Ekspresi Rudi- seseorang yang baru saja sah menjadi ayah itu menunjukkan raut yang tak bisa diartikan. Ratih dan bu dokter pun terpaku melihat sosok bayi yang telah lahir tak seperti bayi yang lainya.

            “Ahhhh!,”

            “Bu ratih!, tolong bertahanlah,” ucap bu dokter saat melihat darah yang masih keluar setelah melahirkan lagi.

            “Sayang bertahanlah, bu dokter!,” ucap Rudi dengan panik.

            Alat-alat medis segera dipasang di tubuh Ratih, keadaan menjadi tegang setelah Ratih memejamkan mata. padahal saat seperti ini memjamkan mata adalah hal yang paling berbahaya.

            “Oh tidak!, suster cepat pindah ke ruangan operasi”

            “bu dokter, gimana istri saya?,” ucap rudi dengan tatapan khawatir.

            “Sebentar, kami akan berusaha sekuat tenaga, bapak disini dulu,”

            “Baik dok.”

            Suasana malam di rumah sakit ini mendadak sangat dingin, ditambah lagi istri yang baru saja menjadi seorang ibu harus berjuang di penghujung maut. Dokter dan suster dari tadi berlalu lalang keluar masuk ruang operasi.

            “Sus, bagaimana istri saya?,” dengan wajah pasrah, Rudi menghentikan langkah salah satu suster yang menangani istrinya.

            “keadaanya masih kritis pak, mohon ditunggu,” ucap suster dan segera kembali ke ruang operasi.

            “hahh!,” Rudi mengacak rambut frustasi. Ratih, istri yang dicintainya seperti ini karna melahirkan anak itu.

            Rudi sepertinya tidak memperdulikan kelahiran anaknya. Setelah tau anak yang baru saya lahir itu jari tanganya bagian kanan cacat. Ia selama ini menginginkan sosok anak yang sempurna fisiknya, Karna akan ia jadikan penerus perusahaan. Tapi sepertinya hal itu hanyalah anganya. Ia merasa tiada gunanya menjadikan anak yang cacat menjadi penerus.

            12 jam Rudi menunggu di depan ruang operasi dan tak ada rasa ingin menjenguk bayinya. Dan dokter yang telah mengoperasi istrinya keluar dari ruangan.

            “Bu dokter, bagaimana keadaan istri saya?,” ucapnya dengan raut yang benar-benar kacau.

            “maaf pak, saya sudah berusaha dengan sekuatnya, istri bapak berhasil diselamatkan tapi…”

            “Tapi apa dok?!.”

            “-Tapi istri anda mengalami koma,”

            DEG

            Seperti tersambar petir, Rudi menangis sejadi-jadinya. Istrinya koma, sedangkan anaknya masih bayi. Ia tak tau harus bagaimana merawat anak yang cacat baginya dia hanya anak yang membawa beban dan kesialan.

            “Yang tabah ya pak.”

            “Terimakasih dok, tapi kira-kira kapa istri saya sadar dari koma?” rudi bertanya sambil menyeka air mata yang terus jatuh.

            “Saya belum tau pasti pak, karna kondisinya yang begitu kritis.” Setelah mengatakan itu, dokter pergi meninggalkan Rudi yang kalut dalam pikiranya.   Seketika itu tanganya merogoh saku celana mengambil sebuah Hp dan menelpon seseorang. “Halo yah”

            “Halo,” sahut orang di sebrang sana.

            Seseorang itu bernama Ali yang tak lain adalah ayah dari Rudi. Rudi mencoba menghubungi kedua orang tuanya guna memberitahu keadaan Ratih.

            “Ayah bisa ke rumah sakit pelita?”

            “Siapa yang sakit rud?.”

Dengan nada bergetar dan tangan mengapal rudi menjawab, “Ratih melahirkan yah, dan dia sekarang koma.”

Air mata udi turun dari pipi lagi. Dan ia segera mengusapnya tak mau terlihat lemah. Ratih dan rudi memang dua sejoli yang menikah karena cinta dan rudi tak menyangka kekasih hatinya itu terbaring tak berdaya.

            “Hah! Ratih melahirkan dan kamu baru mengabari ayah dan ibu?,” sahutnya dengan geram.

            Rudi hanya menjelaskan tentang kondisi ratih tanpa memberitahu keadaan anaknya yang baru lahir itu.

             “Ya sudah, ayah dan ibu akan kesana,” Ali menutup telpon dan membangunkan Lina dari tidurnya. 

            “Buk bangun,” ali menepuk bahu Lina – wanita paruh baya yang sudah menemaninya 30 tahun.

            Lina mengerjapkan matanya perlahan. “ada apa mas?” Tanya Lina dengan ekspreksi kebingungan. “istrinya rudi melahirkan, ayo kita kesana.”

            “oh ya sudah loh biarin saja” ucap lina dan kembali mencari posisi nyaman untuk tidur.

            “Astagfirullah, buk dia itu menantu kita istri dari anakmu loh,” balas aLi. Ia mengerti kalau pasti reaksi istrinya akan seperti ini karna memang istrinya itu tidak menyukai ratih.

            “Alah mas, paling dia Cuma melahirkan biasa! Ganggu orang tidur aja dia itu,” ucapnya dengan emosi yang sedikit naik.

            “tapi kita harus kesana buk! Rudi butuh bantuan”

            Lina mengernyit “ha? Maksud mas apa?”

            “istrinya koma, kalau kamu tidak suka dengan Ratih setidaknya kamu kasihan dengan Rudi, cepat bergegas,” ucapan Ali membuat istrinya itu memutar bola mata bosan. Dia sebenarnya malas untuk pergi ke sana tapi di lain sisi ia kasihan dengan anak kesayanganya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status