Share

I Got You, Baby

Tak lama setelah mengikuti Bu Mira dan juga koleganya yang menunjukkan beberapa dokumen pembukaan cabang RD Corporation, Tiara kembali mengekor keduanya untuk masuk kembali ke ruang rapat. Nampak sudah hadir para kolega lain yang sudah dapat Tiara pastikan memegang peranan penting dalam perusahaan.

Bu Mira nampak akrab dengan melempar senyum dan sapaan. Terlihat akrab meski senyuman yang tercipta mengandung ancaman yang akan siap merebut semua yang dimiliki bila salah strategi dalam bisnis.

Itu adalah realita dalam bisnis. Tidak seluruhnya baik saat berada di atas. Karena dalam bisnis pasti ada yang akan merebut posisi dan mengoyak apa yang didapat secara diam-diam.

"Apa dia putrimu? Dia cantik sekali." Wanita yang duduk didekat Bu Mira berkata dengan memandang Tiara.

"Benar, dibanding menjadi asisten, dia justru terlihat seperti CEO muda," timpal rekannya yang lain.

Bu Mira tersenyum sinis, melirik Tiara yang tengah menyiapkan beberapa dokumennya.

"Kalian terlalu memujinya." Bu Mira singkat tak ingin menimpali lebih.

"Apa dia sudah punya pasangan? Ku rasa anakku cocok dengan tipe wanita cantik seperti dia."

"Ah, aku rasa anak sulung ku juga tak akan menolak."

Bu Mira tertawa mendengar ucapan para teman-temannya yang entah mengapa begitu menggilai anak angkatnya. Sedikit menyesal dalam hati mengajak Tiara untuk rapat pertama kalinya bersama para kolega besar yang ternyata mulutnya persis seperti ibu-ibu kompleks.

"Apa anak-anak kalian akan mau dengan asisten seperti dia? Ayolah." Bu Mira menyahuti dengan tawa.

"Ah, kalau secantik ini siapa yang peduli jika statusnya adalah asisten? Sikap dan wajahnya sungguh bukan kelas bawah."

Bu Mira kembali melirik Tiara yang menunduk. "Kalian terlalu berlebihan, dia tidak sesempurna itu."

Obrolan ringan masih berlangsung, sampai akhirnya pintu ruangan terbuka. Seorang pria memasuki ruang rapat dan seketika itu pula perbincangan didalamnya berakhir. Suasana berubah hening dan sedikit tidak nyaman terasa karena semua mengenal siapa yang datang. Semua, kecuali Tiara. Gadis itu justru bingung mengapa mendadak hening karena seseorang.

Pria itu duduk tanpa dipersilahkan di sebuah kursi tepat berseberangan dengan Bu Mira.

"Selamat datang, Tuan Karisma," kata Bu Mira mencairkan suasana.

Pria yang disapa itu hanya menampilkan senyum singkat membalas.

Cukup untuk mengembalikan suasana yang tadi sempat tak nyaman.

Arya Bagus Karisma. Wajar semua orang bungkam karena kedatangannya. Siapa yang tak kenal dengan salah satu pemimpin perusahaan monster itu? Bahkan bila dibandingkan dengan RD Corporation yang notabenenya adalah pemegang rekor bisnis tersukses satu dekade ini, kekayaan seorang Arya jauh di atasnya.

"Sepertinya anda baru saja bersenang-senang, Tuan Karisma," kata Bu Mira.

Arya menaikan satu alisnya. Diam menunggu penjelasan Bu Mira yang melontarkan kalimat yang sedikit menyeletuk. Orang-orang yang ada didalam ruang rapat juga nampak diam memperhatikan sembari dalam hati memuji Bu Mira sudah berani menyapa dengan kalimat lain pada Arya.

"Ya, wanitamu sungguh pintar meninggalkan jejak di kemejamu. Aku tebak itu lipstik mahal, pasti tak sembarang orang bisa mencium seorang Tuan Arya Karisma."

Arya melihat kemeja putihnya, benar ada noda lipstik di sana. Dan satu lagi, sebuah rantai anting kecil tertinggal dikancing baju Arya.

Para kolega yang hadir dalam rapat juga mulai berbisik-bisik tak nyaman saat melihat bekas lipstik itu. Tak terkecuali Tiara yang kini mengerjap sedikit kaget, baru menyadari jika orang itu adalah orang yang ia tabrak beberapa saat lalu. Sekejap dirinya langsung merasa tak nyaman. Ingin rasanya segera keluar dari ruang rapat itu.

"Anda tahu banyak hal ternyata, Nyonya Mira. Ya, dia memang bukan sembarang wanita."

Arya menjawab dengan santai, mengambil rantai anting kecil yang tersangkut di kancing kemejanya.

Tiara terlihat kembali tersentak kaget, spontan tangannya memeriksa anting yang dikenakannya. Benar saja, satu antingnya patah.

"Tapi setidaknya anda bisa bersihkan dahulu sebelum rapat." Bu Mira menyahuti.

"Tidak perlu. Karena rapat ini membahas bisnis, bukan bekas lipstik. Lagi pula, aku suka noda yang dibuat oleh perempuan di sebelah mu,” kata Arya menjawab, pandangannya tertuju pada Tiara dengan senyuman miring yang menakutkan.

"Kamu—" lirih Bu Mira pada Tiara yang kini menunduk takut.

Jantung gadis itu berdegup dengan kencang. Tiara yakin pasti dirinya akan mendapat amukan setelah ini. Suasana dalam ruang rapat itu nampak tak nyaman. Beberapa berbisik-bisik, beberapa juga mengomentari Tiara kali ini.

"Tiara, keluarlah." Bu Mira menahan amarah.

"B-baik, Nyonya."

 Sangat lirih Tiara menjawab, sebelum akhirnya beranjak hendak melangkah keluar dari ruangan besar.

"Hei, kamu."

Suara berat itu membuat langkah Tiara terhenti. Ragu untuk menoleh.

"Bisa tolong tukar dokumenku pada sekretarisku? Aku rasa aku membawa dokumen yang salah, dia ada di tempat tunggu," kata Arya dengan santai.

Tiara tak langsung menjawab, ia lirik Bu Mira yang menatapnya tajam. Perasaannya mengatakan kalau ia harus menolak, tapi nyatanya respon tubuhnya tak sejalan. Mengingat keadaan sekitar yang kini menatapnya dengan diam, Tiara mengangguk pelan. Tak kuasa untuk menolak permintaan tolong dari Arya. Dalam hati berdoa semoga tak ada hal buruk yang terjadi. Perlahan, gadis itu melangkah mendekat kearah Arya.

Namun Dewi Fortuna tidak meihak kepadanya kali ini.

"Ahk!"

Tiara mengerang, saat sekian mili detik kakinya terkena pecahan beling dari gelas yang terjatuh dari meja. Tangannya yang tadi hendak mengambil dokumen milik Arya terurung. Sakit di kakinya menyita perhatiannya. Tiara bisa jamin kalau tangannya sama sekali tak menyentuh gelas minum didekat Arya.

"Tiara, kammu tidak apa-apa?"

 Bu Mira berdiri, menghampiri Tiara yang terlihat membungkuk menahan sakit di kakinya. Perhatian yang hadir dalam rapat juga tertuju padanya, bahkan seseorang yang duduk di dekat Tiara menolongnya untuk menjauh dari pecahan beling yang berserak.

"T-tidak apa-apa, Nyonya. S-saya minta maaf. Saya tidak sengaja. Saya akan bersihkan dahulu. Saya minta maaf," kata Tiara dengan gemetar menahan takut.

"Tidak. Keluarlah. Panggil OB untuk membersihkan pecahan gelasnya. Kamu segera obati kakimu!”

Terdengar tegas suara Bu Mira kali ini, tapi ada sedikit gurat khawatir saat melihat darah di kaki anak angkatnya.

Tiara mengangguk ragu, menurut meski tak yakin apakah ini bertanda Bu Mira tak akan memarahinya. Dengan tertatih, Tiara berjalan keluar dari ruang rapat itu. Hanya Arya yang diam tanpa bersuara saat yang lain berbisik mengomentari asisten Bu Mira yang terluka karena pecahan gelas.

"Maaf atas kejadian tadi," kata Bu Mira mencoba menetralkan suasana. "Tuan Karisma, apa perlu saya panggilkan sekretaris anda untuk menukar dokumen?" tawar Bu Mira pada Arya yang hanya diam.

Arya dengan kritik memandang pemimpin wanita itu. Senyuman remeh ia berikan,

"Tidak perlu."

Bu Mira mengernyitkan dahinya, sikap dari Arya sangat tidak menyenangkan untuknya. Bahkan dengan jelas ia bisa melihat gelas yang jatuh tadi bukan karena Tiara. Tapi memang dijatuhkan oleh Arya. Apa orang ini memang berniat melukai putrinya?

"Saya ingatkan kembali, Tuan Karisma. Saya mengundang anda untuk berbicara masalah bisnis. Bukan untuk hal lain."

"Saya rasa saya tidak melakukan apapun yang bisa merugikan bisnis anda. Anda bisa memulainya, Nyonya Mira."

Arya menjawab santai, tersenyum dengan penuh arti memandang Bu Mira yang terlihat menahan marah. Pembicaraan mengenai bisnis kini kembali dimulai saat seseorang menginterupsi suasana yang cukup tegang. Semua mulai berfokus dengan argumen dan gagasan masing-masing, kecuali Arya yang justru masih terpaku dengan rantai anting di tangannya.

“I got you, Baby.”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Endah Spy
duhh arya sengaja apa gimana nih ..
goodnovel comment avatar
Diajheng WD
duhhh ARYA pake bilang lagi yg nabrak orang disebelah bu miraa hmmm bakalaann kena amukk inihhhh tiaraa
goodnovel comment avatar
ida Sari
masalah besar bakalan menghampiri Tiara nih ,,apalagi berurusan sama Arya ,,kek nya td Arya sengaja menjatuhkan gelas milik nya,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status