Bukan Wanita Cadangan

Bukan Wanita Cadangan

Oleh:  syahdazaza  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
16Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Perlakuan buruk dan bejad dari masa lalu, membuat Hana mengalami trauma. Sosok tersangka yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang menimpanya, seolah tak mengingat akan hal itu. Si berengsek yang justru membawanya masuk ke dalam kehidupan rumah tangganya.

Lihat lebih banyak
Bukan Wanita Cadangan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
16 Bab
BWC 1
 Telpon di meja kerjaku berdering."Reihanaaaaa!!" Suara Nola memasuki runguku."Bisa pecah gendang telinga gue, Nolaa! Gue Bisa jadi pasien dokter THT," protesku memutar bola mata jengah. Kebiasaannya yang suka heboh."Gue lagi masak banyak nih. Coba resep baru di youtube. channel chef tampan yang ototnya bikin dada berdebar," cerocosnya nggak jelas."Lu, keruangan gue, ya! Kita makan bareng," lanjutnya bersemangat."Aman nggah tuh masakan, Lu.""Dari bahan pilihan yang ditanam dan dirawat seperti anak sendiri. Tanpa MSG dan bahan pengawet. Trus dari porsi juga berlebih, jadi lu bisa nambah. Tapi yang nggak aman mungkin dari ... ya rasanya," ucapnya panjang lebar kemudian disusul tawanya yang membahana."Dasar, gila! Ya udah, nanti lima belas menit lagi gue kesana.""Lama lima belas menit, iih. Gue tungguin lima menit, ya.""Gue beresin kerjaan bentar. Lagian ruangan lu dilantai tujuh ibu Manager ... dan sekarang g
Baca selengkapnya
BWC 2
Aku menelpon ambulance untuk membawa ibuku menuju rumah sakit. Sejak tiga bulan beliau diperbolehkan pulang ke rumah. Ibu kembali kelelahan dan penyakit jantungnya kambuh lagi.Terkadang ibu mengindahkan permintaanku untuk istirahat total saja. Menutup usaha menjahitnya.Masih dengan deraian air mata, aku terus memeluk ibu yang tengah berjuang dengan nafas yang sesak dan tubuh membiru dibeberapa bagian.Aku berlari kemeja administrasi dan menyelesaikan beberapa dokumen terkait tindakan yang akan dilakukan dokter untuk menangani ibu.Selalu seperti itu, sejak lima tahun. Aku sudah melatih diri untuk selalu bersiap dengan kondisi ibu yang jatuh bangun.Membuka ruang rawat inap ibu, seakan tak memiliki  beban dipundak. Dihadapan ibu aku harus terlihat kuat. Lagipula ibu bukanlah beban dalam hidupku.Meski terasa berat dan melelahkan. Suatu kenikmatan yang harus disyukuri masih memiliki orang tua."Bu ..., Istirahat ya, jangan pikirkan apa
Baca selengkapnya
BWC 3
POV Narendra"Rendra." suara lembut Tiara memasuki runguku.Aku membuka mata perlahan, melirik angka yang ditunjukan oleh jarum jam dinding. Pukul dua dini hari, dan Tiara membangunkanku dari tidurku."Aku mimpi buruk."Lagi. Akhir-akhir ini Tiara sering mengalami mimpi buruk. Membuat tidurnya terganggu dan merasa tidak tenang.Tiara merangsek kedalam pelukanku. Meletakkan wajahnya didadaku. Seperti biasa aku mengusap kepala hingga punggungnya. Memberikan rasa nyaman."Making love? Mungkin dengan sedikit bergerak, kamu akan bisa tidur lebih nyenyak," tawarku kepada Tiara dengan sedikit mengodanya.Istriku menggeleng pelan."Nggak mau. Percuma, Aku nggak akan bisa hamil juga meski sesering apapun kita melakukanya." lirihnya sendu."Aku nggak memaksa kamu harus bisa hamil, honey. I just need you to happy.""Rendara.""Hmm.""Apa kamu nggak mau menikah lagi?""Hah?!""Mungkin aku nggak bisa
Baca selengkapnya
BWC 4
Mutiara candra, istri Narendra Bagaskara mungkin salah minum obat. Bagaimana bisa dia terang-terangan memintaku menjadi istri kedua dalam rumah tangganya.Aku sempat terkejut saat sekertaris Direktur utama menghubungiku. Memberi tahu kalau istri diriktur memintaku menemuinya.Awalnya kami hanya mengobrol ringan. Meski merasa aneh, akupun menanggapi sesantai mungkin.Dia menanyakan bagaima hubungan persahabatanku dengan Nola. Kehidupan keluargaku dan tentang adik-adikku.Saat tiba giliran Tiara menceritakan tentang dirinya. Bagaimana kehidupan pernikahannya dengan Narendra. Jujur, saat dia bercerita bagaimana romantisnya dan lembutnya Narendra pada istrinya, hatiku seolah tak terima. Si brengsek yang sudah mengkoyak harga diriku.Hingga saat Tiara mengatakan kalau dia tidak mungkin bisa memberikan keturunan pada Narendra. Sebenarnya aku iba dan simpati pada wanita cantik itu. Meski di satu sisi tersenyum miris pada diriku sendiri.Tiara berkata
Baca selengkapnya
BWC 5
"Selamat pagi," Sapaku seraya tersenyum saat menghampiri meja makan. Mendapati sepasang suami istri itu sedang menikmati sarapan.Tadi asisten rumah tangga yang memanggilku kekamar, memintaku segera turun untuk sarapan atas perintah sang Tuan rumah."Pagi, Hana. Sorry, semalam aku sudah tidur saat kamu datang," ujar Tiara menatapku yang kini ikut duduk dikursi kosong menghadap meja bundar."Saya yang minta maaf jika kehadiran saya jadi merepotkan.""Kamu ngomong apa, Hana! Sekarang kamu juga istri, Narendra. Kamu juga bagian dari keluarga ini dan berhak untuk tinggal disini, tak perlu sungkan," Tiara melirik pria disebelahnya yang tampak santai mengoles roti dengan selai strobery."Thanks, Ren," ucap Tiara, Saat roti itu diletakkan diatas piringnya. Pria itu membalas dengan senyuman.Aku lebih memilih meyendok nasi goreng yang tersaji, sebagai menu sarapanku. Harus terbiasa dengan hal seperti ini. Sikap manis dan mesra mereka berdua yang mun
Baca selengkapnya
BWC 6
"Hana." Sapa Tiara saat aku baru saja pulang kerja. Kali ini aku pulang dengan taksi online. Jangan tanyakan orang yang tadi pagi berangkat bersamaku. Bahkan sejak aku turun dari mobilnya. Aku sama sekali tak berjumpa dengan dirinya seharian tadi."Terima Kasih, Hana," ucap Tiara saat aku meraih belakang kursi rodanya dan membantu mendorongnya masuk kedalam rumah. Karena angin bertiup cukup kencang. Mungkin sebentar lagi akan segera turun hujan.Tiara yang sedang berada sendirian diteras, entah sedang apa. Mungkin dia tengah menunggu suaminya. Aku melihat kondisi Tiara tak bisa dikatakan membaik saat ini. Yang aku dengar sekarang ada lagi tambahan penyaki ditubuhnya. Ginjalnya ikut bermasalah. Sungguh aku kasihan padanya."Rendra tadi bilang dia masih dicafe," ujarnya tanpa aku bertanya tentang keberadaan laki-laki itu.Oh. Tentu saja Narendra  selalu memberi kabar kepada istri pertamanya dimanapun kini dia berada. Apalah aku
Baca selengkapnya
BWC 7
Pov NarendraAku merasakan rajang yang kutiduri bergerak pelan. Suara isakan yang tertangkap di runguku membuatku berpikir. Ada apa dengan wanita yang kini berstatus menjadi istri keduaku itu?Membuka mata dan menangkap punggung berbalut piyama itu melangkah dengan sedikit berjinjit. Sepertinya dia memang berhati-hati seolah tidak ingin menimbulkan suara sedikitpun.Aku hanya mengajaknya beristirahat. Bukan untuk meminta hak. Mengapa dia malah menangis begitu dan seolah mau menghindariku.Aku semakin bingung, ada apa dengan anak ini?"Mau kemana?"Dia nampak kaget. Terlihat dari tubuhnya yang berjengkit dan tiba-tiba memaku di tempat."Ke-keluar sebentar. Aku haus, mau kedapur ingin minum." suaranya sangat lirih. Nadanya terdengar takut-takut. Apa aku begitu menyeramkan baginya?"Itu ada air minum diatas nakas. Tadi aku sudah menyiapkannya."Aku memang sudah biasa menyiapkan sendiri persediaan minum di kala menjelang akan ti
Baca selengkapnya
BWC 8
Aku mendaftar konseling pada psikolog yang praktek di Rumah sakit. Setelah mendapat giliran, aku masuk dan mulai melakukan sesi cerita. Ibu Sarah selaku psikolog yang pernah membantuku beberapa tahun yang lalu. Beliau sangat pandai mensugestiku untuk memaafkan dan berdamai dengan insiden itu. Keluhanku mengenai traumaku. Jika teringat malam itu. Satu sisi aku juga merasa bersalah pada Narendra. Namun sebagian besar sisi hatiku entah mengapa menolak bersentuhan dengan dirinya. Menurut psikolog yang menanganiku, memiliki teman curhat untuk mengeluarkan semua uneg-uneg dihatiku adalah salah satu cara. Namun aku tak berani melakukan itu. Aku tak mungkin bercerita pada Nola, meski kami sangat dekat. Masalah yang menurutku sangatlah pribadi, aku cenderung menyimpannya sendiri. Apalagi masalah yang menimpaku beberapa tahun yang lalu. Bahkan keluargaku tidak ada yang tau. Hingga, caraku untuk menumpahkan semuanya adalah lewat diary-ku.  Membuat s
Baca selengkapnya
BWC 9
Pov Narendra Entah apa yang terjadi dengan sahabat Nola itu. Sikapnya sungguh aneh.Jangan katanya? Aku memeluk istri sah ku dan dia bilang jangan?Aku mengajak dia menjalani hubungan dan dia juga bilang jangan? Bagaimana jika aku benar-benar meminta apa yang sudah menjadi hak ku sebagai seorang suami?Memaksanya melayaniku di atas ranjang.Bersikap masa bodoh dengan segala tetesan air mata dan raut takutnya. Setiap kali dia berada hanya berdua denganku, selalu menunjukan sikap seolah aku ini adalah hantu yang tampak menyeramkan. Sekarang dia sudah berstatus sebagai istriku. Aku menikahinya untuk memiliki keturunan. Akupun menikahinya untuk menolong persoalan keluarganya. Tapi apa yang kudapat? Hampir satu bulan hubungan ini stagnan. Bagaimana aku meminta Tiara untuk terus bersabar dengan Hana. Wanita itu selalu bersikap kerap menjauhiku. Kali ini, aku merasa sedang dimanfaatkan olehnya. Iya. dimanfaatkan! Dia hanya ingin karirnya di bagas
Baca selengkapnya
BWC 10
"Pulang kerja jalan, yuk. Suntuk nih pengen ke salon dan shopping," ajak Nola yang sore ini menghampiri keruang kerjaku. Mengenakan setelan warna tosca yang begitu cocok dengan kulit tubuhnya Aku menggeleng."Tanggal tua. Gue belum gajian Bu Manajer," tolakku masih fokus pada layar laptop."Hello, lo itu sekarang istri Direktur Utama, jangan kayak orang susah, deh," ledek  putri tunggal Pak Bagaskara itu."Menikah sama Abang lo berasa mimpi. Apalagi statusnya jadi yang kedua," ungkapku jujur.Nola kemudian melangkah lebih dekat denganku. Lalu membungkukkan badanya dan memelukku dari samping. Aroma parfumnya menyapa hidungku."Lo itu special, Hana. Melengkapi rumah tangga Abang gue. Tenang saja, gue akan selalu suport lo, kok." Dari awal Nola memang langsung setuju saat Abangnya bermaksud akan menikahiku. Jika dengan orang lain, dia bilang akan berpikir ratusan kali untuk memberi izin pada Abangnya itu.Ya, Nola juga sesayang
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status